Episode 10 - I'll Run to You

55 1 0
                                    

Seoul, Akhir Musim Panas 2022

"Sumpah gak enak banget sepedaan pakai masker, Jen," omelan Jaemin hanya ditanggapi tawa oleh Jeno. Sudah terbiasa dengan omelan ibu-ibu sahabatnya itu. Malam ini akhirnya mereka bisa bersepeda dengan sedikit leluasa. Awal musim panas, sedikit panas namun waktu paling tepat karena hanya di minggu ini mereka mendapatkan break sebelum musim promosi di mulai minggu depan. Bersepeda menuju kafe ibu Jeno adalah agenda mereka malam ini. Alasan Jaemin karena sudah lama tidak bertemu Ibu dan Kakak perempuan Jeno, sehingga pemuda itu memutuskan bahwa garis akhir rute sepeda mereka malam ini ke café milik keluarga Jeno.

"Itu karena kamu jarang naik sepeda, jadi nafasmu pendek-pendek," balas Jeno jahil. Yakin sudah memancing ego seorang Jaemin, karena jelas sahabatnya itu memiliki stamina paling baik setelah dirinya dan Mark di dalam grup mereka. Anehnya Jaemin justru tertawa terbahak-bahak mendengar komentar Jeno.

"Aku kebanyakan bertapa di kamar sepertinya,"

"..."

"Jadi kaku semua otot-ototku," balasan Jaemin hanya membuat Jeno terdiam. Tidak tahu harus berkomentar apa, karena dia menjadi saksi apa yang dialami sahabatnya beberapa bulan terakhir ini, hingga membuat Jaemin yang sebelumnya sedikit terbuka, Kembali menjadi Jaemin yang hidup di dalam tempurungnya yang nyaman.

"Ayo Ahjussi, cepat! Sebelum café Eommaku tutup," teriak Jeno sembari mengayuh sepeda dan meninggalkan Jaemin di belakangnya. Samar Jeno bisa mendengar teriakan protes Jaemin yang kepayahan mengayun sepedannya.

Mungkin memang aktivitas fisik bisa menjadi salah satu pelampiasan bagi mereka yang patah hati. Jeno tidak pernah berharap harus mengalaminya karena jelas dia berharap hubungannya dengan Yuna akan baik-baik saja sampai kapan pun. Paling tidak itu berguna untuk sahabatnya. Lebih baik melihat Jaemin berteriak dan mengomel seperti biasanya, daripada melihatnya hanya berguling di atas tempat tidur sembari berusaha menghubungi seseorang yang sudah tidak mau dihubungi. Bukan hanya tidak ingin dihubungi Jaemin, tetapi mereka semua bertujuh.

***

Kafe ibu Jeno jauh berbeda dibandingkan kali terakhir Jaemin datang, yang mungkin terjadi tahun lalu. Menyadari jika dia sudah kurang ajar karena lupa mengunjungi ibu dari sahabat dekatnya. Kafe ini sekarang nampak lebih cerah dan luas karena pemilihan warna putih untuk dinding dan juga interiornya, serta tidak adanya tempelan pernak-pernik yang berkaitan dengan NCT Dream membuat kafe ini lebih 'normal'.

Apalagi malam ini, kafe ini sengaja tutup lebih awal agar Jeno dan Jaemin lebih nyaman berkunjung, membuat kelenggangan ruangan terasa nyaman dan bernuansa rumah.

"Astaga Jaemin, akhirnya kamu ingat mengunjungi Eomma-mu ini y?" teriak Ibu Jeno histeris melihat Jaemin memasuki kafenya. Seruan yang diikuti dengan pelukan hangat yang hanya bisa dibalas dengan senyuman di wajah Jaemin.

Ibu Jeno sama hangatnya dengan anak lelakinya, dalam artian lebih ekspresif daripada anak lelakinya yang tipe tsundere. Malang memang Ibu Jeno memiliki anak yang memiliki gengsi setinggi langit hanya untuk mengucapkan kata-kata sederhana seperti 'aku merindukan Ibu' atau ' aku mencintai ibu", hingga pasti sangat jarang mendengarnya dari anaknya.

"Bibi apa kabar? Sehat?" balas Jaemin ramah sembari mulai melepaskan perlengkapan naik sepedanya satu per satu. Sementara di belakangnya, dia mendengar percekcokan antara Jeno dan kakaknya. Ini adalah salah satu hal yang paling dia sesali dari tidak memiliki saudara.

"Harusnya bibi yang bertanya kepadamu, apa kabar?" omelan Ibu Jeno sudah serupa dengan Ibu Jaemin hanya membuatnya tertawa, dan belum sempat menjawab Ibu Jeno sudah mengeluarkan komentar yang membuat Jaemin terdiam.

"Kamu sama Mina sama saja, makin hari semakin kurus...."

Keheningan yang janggal tiba-tiba terjadi di ujung kalimat Ibu Jeno. Bahkan perseteruan di meja sebelah ikut berhenti ketika satu nama di sebut. Membuat Jaemin hanya bisa tersenyum ragu dan menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal. Binggung bagaimana harus menjawab, tetapi disisi lain cukup penasaran dengan ucapan Ibu Jeno yang menyiratkan bahwa wanita itu pernah bertemu dengan Mina.

The Another Dream's SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang