bagian 1

757 43 9
                                    

Pada sebuah tempat hiburan malam, tampak seorang gadis muda yang begitu menghayati lagu yang sedang ia dendangkan. Begitu pula dengan seorang pria uzur yang menjadi penabuh gendang. Meski terlihat tak terlalu sehat, pria ini begitu larut dalam permainan hingga memejamkan mata. Dia adalah Jang Ma-Ri dan sang ayah. Mereka adalah pemain pansori.

Pansori adalah sebuah genre musik tradisional Korea yang menampilkan seorang penyanyi (sorikkun) dan penabuh gendang (gosu).

Ditengah-tengah hiburan yang mereka beri, terdapat para penikmat hiburan yang tengah menikmati kebebasan disela rutinitas harian yang melelahkan.

Beragam manusia ada disana. Dia yang menikmati keindahan suara sang penyanyi. Mereka yang memandangi wajah cantik sang penghibur, sampai dengan mereka yang tak terlalu mempedulikan duo pemain musik tersebut. Yang mereka butuhkan hanyalah bersenang-senang ditemani teman dan minuman yang memabukkan. Di tempat ini kamu boleh meletakkan beban di pundak.

Sejauh mata memandang, tak ada yang benar-benar memperhatikan betapa harmoni dan teduhnya musik yang tengah dimainkan oleh ayah dan anak ini.

Dari lantai atas, setidaknya begitulah yang tertangkap oleh sepasang indera pria yang terlihat berkuasa. Dialah pria pemilik kelab. Boss dari tempat dimana ayah dan anak mencari nafkah.

"Kau akan terus mempekerjakan mereka? Seperti yang kau lihat, tak ada yang benar-benar tertarik dengan apa yang mereka tampilkan. Kenapa tidak mengganti mereka dengan para penari seksi. Para pria suka dengan penari tiang." Pria yang sedang mengoceh itu terlihat mendekatkan mulut pada telinga kawannya.

"Atau, kau bisa meminta gadis manis itu mengenakan pakaian yang lebih sesuai. Dia sangat cantik dan lugu. Pria pasti akan sangat menyukainya." Tambahnya dengan berbisik.

Pria yang diajak bicara menarik keluar pipa cangklong dari mulut. Memperhatikan lawan bicara dari balik kacamata hitam berlensa tebal yang dikenakan.

"Jaga ucapanmu. Bagaimana kalau pria tua itu mendengarnya." Matanya memandang tak suka pada kawannya.

"Kau masih takut padanya? Ayahmu sudah lama tiada. Bukankah sudah saatnya kau melepasnya?"

"Yak.. Yang Hyun Shuk , kalau bicara pakai otak!" Dengan jari yang masih diselipi pipa rokok, pria itu menunjuk pada kepala kawannya.

"Kau pikir aku tak mau? Kau tidak tahu saja seberapa berjasanya dulu pria tua itu pada ayahku. Tanpanya mungkin tak ada pansori klub. Bagaimana bisa aku menyingkirkan orang sepertinya? Kau punya ide."

Ah~
Pria ini sepertinya juga punya pikiran yang sama. Hanya saja, dia takut mengambil keputusan salah sehingga mempengaruhi bisnis yang tengah ia jalani. Setidaknya begitulah yang tertangkap dari percakapan keduanya. Bukankah begitu?

Kedua pria paruh baya itu melangkah pelan menduduki meja paling sudut sebelum kembali melanjutkan pembicaraan.


_


"Ayah.." pekik Ma-Ri, kala tubuh sang ayah roboh dan terhuyung ke belakang. Beberapa tamu berlari menghampiri dan memberi pertolongan.

.

.

Ayah Ma-Ri dilarikan ke rumah sakit.

Ditemani pria yang menjadi pemilik usaha tempat di mana dia bekerja, Ma-Ri bergerak gelisah sembari mengigit jari. Ia terlihat begitu khawatir dengan kesehatan sang ayah. Jelas bukan kali pertama sang ayah mengalami kejadian serupa. Tubuh rentanya memang sudah berulang kali membuat Ma-Ri khawatir.

"Berhentilah cemas. Duduk saja." Pria yang menjadi penanggungjawab menghampiri Ma-Ri sembari menyentuh pundaknya.

"Paman.." mimik wajah sedih ditunjukkan Ma-Ri. "Tidak akan terjadi apa-apa pada ayahku bukan?"

Don't Call Me Playgirl [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang