Pagi ke pagi~
Ku terjebak di dalam ambisi~~Seperti orang - orang berdasi
Yang gila materi~ rasa bosan
Membukakan jalan mencari peran
Keluarlah dari zona nyaman~Aku bergumam menyanyikan lagu yang berjudul 'Zona Nyaman' menggunakan earphoneku sambil berjalan menyusuri trotoar.
Jam kini sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aku baru saja pulang sehabis dari mall bersama Ara, Rachel, Gery, Anggi, dan Jonni.
Walau begitupun, hari ini juga, aku menikmati hari yang aku lewati dan bersyukur.
Banyak yang bisa aku pikirkan, apalagi suasana sedang mendukung sekarang. Tetapi, nanti sajalah. Aku tidak ingin membuat suasana hatiku menjadi hancur.
Aku memasukkan kedua tanganku ke saku jaket yang kini aku kenakan. Entah kenapa, malam ini udara terasa cukup dingin. Bukankah biasanya pagi?
Aku menutup kepalaku dengan tudung jaketku. Terasa seperti seseorang yang misterius, bukan? Hahaha.
Banyak orang yang berlalu lalang disini.
Orang, yang memiliki jalan kehidupannya sendiri. Aku melihat wajah mereka, dan terkadang aku berpikir. Sudah berapa banyak hal yang mereka lewati? Atau mungkin, hidupnya sedang diterpa oleh hembusan angin sekarang? Dan mereka berusaha untuk tetap kokoh dan berdiri agar tidak terbang bersama dengan hembusan angin tersebut.
Aku pernah mendengar seseorang berkata seperti ini. Sepertinya, ini salah satu quotes dari penulis terkenal.
Katanya, 'burung murai membangun sarangnya pada hari yang berangin, sehingga sarangnya dapat menahan angin yang lebih kuat'
Bukankah itu quotes yang sangat bagus? Aku akan selalu mengingatnya.
Lagipula, banyak hal yang terjadi di dunia ini dan aku tidak sendiri.
Aku menunggu lampu tanda menyebrang berubah menjadi hijau.
Melihat kendaraan yang berlalu lalang disini. Melihat para pedagang yang berjalan di pinggir jalan. Melihat banyak orang kantoran yang baru saja pulang dari kerjanya, juga bahkan aku melihat beberapa momen mengharukan dari seorang ayah dan anaknya yang sedang bersenang-senang.
Aku juga ingin seperti itu.
Lampu tanda menyebrang berubah dari warna merah menjadi hijau. Seluruh kendaraan berhenti, membiarkan aku beserta yang lain berjalan menyebrangi zebra cross.
Setelah itu, aku langsung berjalan menuju toserba yang dekat dari rumahku.
Tidak jauh jaraknya, bahkan sangat dekat. Hanya satu menit dari sini kesana.
Sesampainya aku di toserba, aku masuk ke dalam lalu mencari makanan yang ingin aku beli.
Lagi-lagi, hari ini, sepertinya suasana menjadi menyenangkan ketika aku duduk dibangku yang disediakan di toserba sembari makan ramen, bukan?
Jadi, aku mencari merk ramen yang biasa aku beli dan beberapa camilan lainnya, tak lupa dengan minuman.
Setelah itu, aku mengantre untuk membayar makanan dan minuman yang kubeli di kasir. Walaupun kini sudah menunjukkan pukul 8, toserba memang sudah sepi. Tetapi ada beberapa orang yang mengantre untuk membayar. Setelah itu, biasanya mereka langsung pulang ke rumah masing-masing. Aku harap begitu.
"Maaf Pak, microwave disini rusak. Belum sempat diganti, jadi belum bisa panasin makanan yang bapak beli" Aku mendengar petugas kasir yang berbicara seperti itu kepada lelaki bertubuh besar yang berdiri didepanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
End to Start
Teen Fiction"Serupa, namun bukan berarti sama" Thalia, gadis berusia 15 tahun yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta yang "sebenarnya" Berawal dari lelaki dengan paras menyerupai masa lalu Thalia yang tidak ingin ia lihat lagi. Thalia selalu dibuat kesal...