"Pak!"
"Saya boleh pindah tempat duduk? Soalnya saya kalau duduk disini nggak kelihatan ke papan tulis.."
Baru saja kelas kami diatur perpindahan tempat duduk oleh wali kelas. Lagi-lagi, sudah kuduga, pasti akan ada siswa ataupun siswi yang protes dengan posisi tempat duduknya.
Bisa saja karena mata mereka yang memiliki minus cukup tinggi, jadi harus duduk di kursi paling depan agar terlihat. Bisa juga mereka protes hanya karena suatu alasan, bilang saja kalau mereka ingin duduk di sebelah teman mereka, atau bahkan seseorang yang mereka suka.
Ya.. Sama seperti aku, sih.
Walau hingga saat ini aku belum pernah merasakan perasaan "jatuh cinta" Yang sebenarnya, tetapi aku mudah "suka" Hanya sekedar suka dan menggemari orang lain. Haha, banyak yang bilang aku genit, iya? Padahal mah sebenernya memang iya.
Jadi harus bagaimana, ya? Namanya juga anak muda yang ingin mengekslpor lebih dalam tentang segala hal, segala perasaan, dan apapun yang ingin dilakukan.
Jadi, selagi masih bisa dilakukan, kenapa tidak?
Dalam hatiku berkata, jangan pindah ke tempat duduk ku. Kenapa? Aku ingin duduk disini karena posisi tempat duduk yang dekat dengan Gery. Sempurna, bukan? Walaupun tempat duduk ku kini bukan di dekat jendela lagi, senggaknya aku dapat duduk di dekat Gery.
Aku menopang daguku dengan telapak tangan dan sikuku yang menempel di meja sambil menatap ke arah sekitarku dengan malas.
Oke, sekali lagi, aku berharap, tolong jangan pindah ke tempat duduk ku. Aku ingin duduk dekat orang yang aku suka.
"Bagaimana?" Wali kelasku lagi-lagi bertanya, seolah-olah ia tidak jelas dengan apa yang dikatakan siswi tersebut barusan.
"Karena posisi duduk saya di pinggir, saya nggak kelihatan papan tulis. Saya boleh pindah, pak? Di barisan ini juga nggak apa-apa, tapi di tengah. Jangan di pinggir" Katanya lagi.
"Oke, kalau begitu, siapa yang mau tukeran tempat duduk sama Sella?" Tanya wali kelasku sambil mengangkat sebelah alisnya. Sengaja, ia tidak mau menukarkan tempat duduk dengan murid lain untuk memeriksa, apakah ada murid yang mau mengalah dan bertukar tempat duduk dengan Sella?
Kalau begini caranya, tentu tidak.
Tidak ada yang mau mengalah. Tidak ada yang mau tukar tempat duduk dengan Sella.
Kita semua sudah nyaman dan sudah puas di posisi duduk kami masing-masing, termasuk aku.
Kini seluruh murid yang berada di kelas, celingak-celinguk untuk mencari siapa yang ingin bertukar tempat duduk dengan Sella.
Benar-benar, kelas ini tidak ada satupun yang ingin mengalah?!
Ah.. Apakah aku harus mengalah lagi untuk kali ini? Karena aku merasa kasihan pada Sella yang tidak kelihatan papan tulis yang dapat menyebabkan belajarnya terganggu. Tetapi di satu sisi, aku ingin duduk dekat Gery.
Ah, kalau begini caranya kapan aku bisa pdkt??
Aku membuang napasku kesal, akhirnya aku mengangkat tangan kananku.
"Thalia, kamu mau tukar tempat duduk dengan Sella?" Tanya wali kelasku lagi, memastikan.
"Iya, pak" Akhirnya, mau tak mau aku mengangguk.
Sayangnya untuk kali ini, aku harus berpamitan dengan kursiku yang sekarang, dan pindah ke kursi lain dengan posisi yang jauh.
Jauh dari Gery.
Aku rasa, mungkin lain waktu aku memiliki kesempatan lain untuk bisa dekat dengannya.
Iya, pentingkan sesama terlebih dahulu. Mungkin itu lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
End to Start
Ficção Adolescente"Serupa, namun bukan berarti sama" Thalia, gadis berusia 15 tahun yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta yang "sebenarnya" Berawal dari lelaki dengan paras menyerupai masa lalu Thalia yang tidak ingin ia lihat lagi. Thalia selalu dibuat kesal...