Chapter #4

266 40 23
                                    

Aku kembali mempertimbangkan laju kemudi kapal, melihat semua kemungkinan buruk ketika sebuah akhir jalan yang lepas ada di depan mataku. Benarkah aku pantas untuk memilih lintasan kebahagiaanku yang ada padamu? Benarkah aku sudah sanggup menjalani tahap selanjutnya?

Ya Allah, kuatkan hamba di setiap napas yang kelak menjadi jejak kisah pengembara menuju jalan yang tepat.

Aku yakin Engkau tidak pergi dari sisiku, melainkan aku yang sebelumnya pergi tak kunjung memiliki arah.

Wanita yang menyadarkan aku betapa pentingnya Engkau dalam hidupku. Perantara yang menjembataniku menuju siapa penciptaku sesungguhnya. Engkau mudahkan hamba untuk menjadi pendamping hidupnya.

Nampak ribuan sujudpun tak dapat membalas nikmatMu.

Aku sangat bersyukur, meskipun berada di tengah rasa malu hanya memiliki setapak ilmu untuk mengkhitbah Aisyah.

-J






"Eh.. Kakak di sini juga. Nah, sekalian, duduk sama ayah di sini," Ahmad menggerek kursi untuk Aisyah duduk di samping berhadapan pada Jae Hyun. Mereka nampak kebingungan dan kaget dengan apa yang Ahmad katakan.

Aisyah juga tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang perlahan memerah. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika benar-benar menikah bersama pria di hadapannya. Well, sungguh. Ia malu membayangkannya, tentu saja ia bisa halu seperti wanita kebanyakan. Kemudian beristighfar setelah melalui itu.

"Kalau kakak bagaimana? Siap cv nya?"

Aisyah nampak terkesiap. Ia menoleh cepat.

"A- ayah kan seharusnya tanya lebih dulu apa Jae Hyun mau atau nggak."

"Lah, jelas harusnya dia mau. Kalian lebih baik ..."

Alis Jae Hyun saling bertaut gelisah. Ia tak bisa berpikir lebih dalam di waktu yang singkat. Ia perlu memikirkan segala hal menyangkut pernikahan.

"Maaf ahjussi. Tapi, apa saya tidak salah dengar? Saya bahkan belum layak menjadi seorang imam, pengetahuan saya pun belum cukup dan pekerjaan saya tidak menentu."

Ahmad menggeleng pelan. "Kau tidak salah dengar, Jae Hyun. Aku tahu kekuranganmu, pekerjaanmu, sifatmu, aku sudah memikirkan semua itu matang-matang sejak lama setelah bicara dengan Alam. Kalau kau memiliki perasaan pada anakku, di dalam agama kita sebaiknya kau harus menikahi dia atau tinggalkan dia. Untuk sebab itu aku ingin menikahkan kalian."

"Aisyah juga selalu menunggumu," Alam tersenyum lebar. Dibalas oleh desusan dari Aisyah.

Deg.

Jae Hyun merasakan jantungnya berdegup kencang. Hingga ingin melompat. Ia senang, tentu saja. Meskipun Aisyah tidak langsung mengungkapkan pelabuhan hati padanya.

"Tidak perlu resepsi, kalian hanya butuh akad. Dan kehadiran orang tuamu," tutur Ahmad jelas dan padat.

Jae Hyun bahkan sedih mengingat kedua orang tuanya. Entah bagaimana Jae Hyun harus menemui mereka dan bicara jika ia mau menikah. Bagaimana jika ia datang dan memberikan mereka masakan kimchi lobak lalu bilang —aku mau menikah dan kalian harus menerimaku. Andai saja semudah itu. Nyatanya ia mungkin akan diusir seperti tunawisma di jalanan.

Mungkin juga bisa dijadikan kisah— seorang ex idol yang menjadi tunawisma, butuh seorang untuk mengadopsi. Pikiran konyol.

"Jae Hyun - ssi."

Oh My Aisyah! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang