TOKO BUKU

5 0 0
                                    


“ Ra, main yuk,” Dyadra memegang tanganku  ketika aku hendak keluar kelas. Yaa hari ini kelasku hanya sampai jam setengah 12, banyak waktu yang senggang dan biasa di gunakan untuk melakukan aktifitas di luar kampus.
“ Kemana?? Aku mau ngerjain makalah Akuntansi nih” kataku, aku pusing sekali, makalahku yang satu ini belum kelar dan aku harus mencari referensi buku lain.
“ ayolah, refresing duluu, makalahku juga belum kelar kok” pinta Dyandra sambil merengek.
“hemm okee, gimana kalau kita ke toko buku, sekalian aku mau beli novel terbaru dari...” belum sempat aku menyekesaikan bicaraku,Dyandra memotongnya.
‘duhhh, bisa gak sih sehari aja tanpa buku?? Peningg tau gak dengernyaa”  Ucap Dyandra sambil memegangi kepalanya.
“ kamu tau gak, kita ini sama tapi beda” kataku sembari menuruni tangga.
“ hah maksudnya?” Dyandra menatapku heran.
“ iya, kamu pintar walaupun persentasi membacamu denganku berbeda, sedangkan aku type orang yang harus selalu membaca untuk dapat menuju Level mu,” ucapku
“ ih lebay banget sii, aku juga gitu kaliik, tapi aku type orang yang fokus belajar pada malam harii, makanya Aku suka banget begadang, liat nih kantung mataku” katanya sembari memperlihatkan kantung matanya yang kian menebal.
“ wahaha itu kantung mata akibat membaca apa estafet drakor?” aku menggodanya. Kini Dyandra menoleh kearahku dengan tatapan sinis. “ enak aja”  sembari mendahului ku.
“ jadi ketoko buku kan?” aku berusaha mensejajarkan langkahku.
Dyandra melihat ke arah jam tangannya. “ gak ada waktu,” jawabnya singkat dan masih berjalan. Aku bingung apakah dia marah padaku? Ah that’s not Dyandra.
Aku memperlambat jalanku. “ padahal tadi dia ngajakin main, eh sekarang tiba tiba sibuk, hemm” aku menghela napas.
Dyandra tiba tiba berbalik badan dan berkacak pinggang. Aku kaget dan langsung menghentikan jalanku. “ ya ampun Rara, ini udah jam berapa? Udah masuk dzuhur tauu, sholat dulu baru deh ke toko buku, tenang aja aku pasti nemenin kamu kok” Dyandra mulai cerewet. Tapi aku senang. Aku dan dia pun menuju masjid untuk melakukan sholat dzuhur.

Aku dan Dyandra pun sampai di toko buku. Setiap kali aku masuk ketoko buku entah kenapa aku tiba-tiba mendadak semangat. Rasanya seperti ini adalahlah rumahku. Sampai – sampai mbak yang menjaganya saja sudah hafal denganku.
“ Ra, ini toko bukunya tumben banget sih rame gini?” ya, Dyandra benar toko buku langgananku ini mendadak rame dan banyak orang yang mengantri di kasir.
“ iya ya, apa ada launcing buku baru? Tapi setauku buku terakhir sudah terbit sekitar seminggu yang lalu,”
“ ya, dan kamu gak mungkin gak tau kalo ada buku baru yang launching di toko ini kan”

Aku melihat sekelilingkku, tak ada penulis yang datang atau launching buku baru, hanya saja kasir yang berjaga hari ini hanya satu dan membuat pelayanannya kalang kabut akibat tidak terhandel. Aku memilih buku sambil memperhatian mbak Intan selaku penjaga kasir. Kasian sekali dia harus mengurusi banyak orang.
“ Rara” panggil mba Intan yang tengah sadar ku perhatikan, hebatnya dy masih sempat senyum kepadaku. Aku pun membalas senyumannya. Kemudian mulai menelusuri rak rak novel.
“ mba, novel ‘ hate first love you later ‘ di rak mana ya?” tanya seorang pemuda pada mba Intan
“ sebentar ya mas, “ mba Intan kalut, masalah di kasir saja belum kelar ini sudah di tanyai mengenai tempat buku. Tapi dy ingat pada Rara.
“ Ra, Raraa!” panggil mba Intan.
“ Ra di panggil mba Intan” Dyandra menyikut lenganku.
Aku menoleh pada mba Intan. Mba Intan melambaikan tangannya sepert menyuruhku mendekatnya.
Aku bingung dan langsung menghampiri Mba Intan “ ada apa ya mba?”
“ tolong kamu antarkan mas ini ke rak novel ‘ hate first love you later’ mbak masih sibuk banget” . ekspresi mba intan terlihat memohon.
Aku reflek menoleh pada mas mas yang tengah berdiri di sampingku. Dia pun menoleh padaku sekilas.
Aku pun mengantarkannya, ia berjalan mengikutiku dan berhenti tepat di depan novel tersebut berjejeran. Belum sempat aku bicara pada mas ini untuk sekedar mempersilahkan, tiba tiba muncul sesosok wanita yang mengajaknya bicara. Yaa langsung saja aku pergi , tak ingin mengganggu perbincangan mereka.
“ Ra, siapa ra?” tanya Dyandra sembari menyenggol sikut ku.
“ Ga tau laah aku kan Cuma anter aja,” jawabku sembari mengangkat bahu.
“ lumayan Rak,” kulirik Dyandra, ntah kesambet apa kini ia tengah senyum senyum tidak jelas.
“Diiiii sehat?” aku memegang keningnya. Tapi dia masih saja senyum senyum sambil melihat ke arah mas mas tadi. “ Diii, hus zina mataaaa!” aku menariknya menjauh.

  Sudah berjam jam aku dan Dyandra menjelajahi toko buku ini dan akhirnya aku mendapatkan beberapa buku yang akan aku baca.
“ gimana Ra? Dah senang kan dapet buku banyak?” ucap Dyandra.
Aku terkekeh dengan ekspresi wajah Dyandra yang menunjukan bahwa dia mengejekku. Walaupun begitu aku sangat sayang dengan sahabatku yang sudah aku anggap seperti keluarga sendiri.

Terimakasih yang sudah membaca, next cerita hari kamiss yaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNPREDICTABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang