12 Oktober 2017
Ingatkah kau saat kita menikmati senja dengan segelas teh di masing-masing tangan?
Dengan kue kering sebagai pelengkap di sana?
Gelas itu sekarang berdebu di lemari tanpa ada yang pernah mengisinya lagiIngatkah kau saat kita berbagi selimut di ruang tengah kala badai menghalangimu pulang?
Dengan kau yang memelukku hangat?
Selimut itu sekarang terlipat rapi di lemari tanpa ada yang pernah membuka lipatannya lagiIngatkah kau saat kita bermain permainan papan dengan adikku?
Saat aku cemburu karena kau memanjakan adik kecilku?
Permainan itu sekarang hanya dimainkan oleh adikku, aku belum menyentuhnya lagi
Dengan adikku yang tak berhenti bertanya tentangmu
Maaf, dik, aku tak bisa menjawabnya karena kau sendiri tak tahuBisakah kau beritahu aku, dimana kau sekarang?
Jawablah lewat mimpi, kasihIngatkah kau akan kemejamu yang sangat besar di tubuhku, yang kau berikan padaku saat malam terlalu dingin untuk kita lalui?
Kemeja itu masih ada padaku,
Tak akan ada sempat untuk kukembalikanIngatkah kau, salam pertamamu pada ibuku?
Begitu manis, sopan, membuat ibuku turut jatuh hati, "Kau lelaki baik," katanya
Hingga ia memberimu dasi istimewa untuk kau pakai saat mendampingiku di acara pernikahan kakakku
"Kau lelaki baik," lagi, ia berkataIngatkah kau saat kau memutuskan untuk pergi dan tak kembali?
Bagai pisau yang menyayat hati secara perlahan,
Perih dan bertahan lamaDi depan batu tak bernyawa, aku bertanya
Ingatkah?
Sayang, apa kau ingat?Karena aku ingat semuanya
Karena aku ingat telepon penuh duka
Karena aku ingat kau sudah tak menapaki duniaDari sini, kuberdoa
Dan merindu bersama lara
Rafa Saabira
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Stripped Book
PoesiaDi tengah hujan lebat yang turun bersama petir yang marah, kata-kata turut turun dan tersusun di dalam buku bergaris biru. Barisan huruf menjadi alinea cantik yang menghangatkan hati. Lalu ketika mentari kembali menari bersama pelangi, kata-kata t...