04. berharap

24 12 9
                                    

"happy reading"

"Itu siapa yang ngelukis cha? Icha sendiri?" Tanya umi saat melihat lukisan yang di pajang di kamar Aisyah

"Bukan, Itu temen Icha yang ngelukis." Ucap Aisyah dibalas anggukan oleh uminya

"Umi, misal Icha suka sama orang yang berbeda agama gimana?" Tanya Aisyah hati-hati

"Suka? Boleh kok tapi jangan berlebihan." Jawab umi

"Kalo pacaran?" Tanya lagi Aisyah

"Agama kita melarang umatnya berpacaran, yang seagama aja dilarang apalagi yang berbeda agama." Jelas umi

"Icha kenapa tanya kaya gitu?" Tanya umi

"Gak papa kok. Emm.. umi? Icha suka sama temen Icha, tapi temen Icha bukan islam. Gapapa kan mi?" Tanya Aisyah hati-hati

"Gak papa kok, itu hal yang wajar.. tapi, umi peringatkan ya, Icha jangan terlalu dalam untuk mencintai seseorang apalagi seseorang yang bukan umat Islam. Kalo Icha tanya kenapa Icha di takdir kan ketemu sama temen yang Icha suka, jawaban nya karna allah mau lihat Icha lebih memilih pencipta-Nya atau ciptaan-Nya." Jelas umi

"Dan satu lagi, kalian gak bisa bersatu karna apa? Karna jika kamu memilih tuhan itu artinya kamu tidak akan bersama, dan jika kamu memilih Ciptaan Tuhan, Tuhan akan cemburu, dan memisahkan kalian berdua. Itu artinya kalian gak akan bisa bersama. Kenapa umi bilang seperti ini? Karna umi gak mau lihat Aisyah sakit karna perbuatan Aisyah sendiri, suka itu gak papa karna hal yang wajar. Semoga Icha ngerti apa yang di maksud umi, dan milih jalan yang terbaik." Lanjut umi

Aisyah terdiam, ia menundukkan kepalanya, apa yang harus ia lakukan? Ia sudah janji kepada Erga kalo ia gak akan ninggalin Erga, tapi kalo gini keadaannya gimana? Kalo Icha tetep temenan sama Erga, bukankah ia tambah jatuh cinta?

"Umi, kalo Icha tetep temenan sama orang yang Icha suka, bukankah itu bisa bikin Icha tambah cinta?" Tanya Aisyah lesu

"Icha, itu sesuai iman kamu sayang, kamu temenan aja gak papa kok, gak ada yang ngelarang. Ucapan umi tadi jangan di jadikan pikiran yang berat, oke?" Ucap umi tersenyum

Lantas bibir Aisyah membentuk senyuman kecil, ia mengangguk menanggapi ucapan uminya tersebut

"Oke umi."

***

Aisyah menatap lukisan yang dibuat oleh Erga untuknya. Bagus, itu kata yang pas untuk lukisan Erga, bukan hanya bagus tapi sangat bagus.

Ia tak menyangka bahwa Erga mempunyai bakat melukis,

Ia tak menyangka bahwa Erga mempunyai bakat melukis,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu lukisan Erga, sangat bagus.. Aisyah sangat menyukainya. Untuk yang bertanya kenapa Aisyah tidak memakai hijab jawabannya Aisyah memang tidak memakai hijab.

Umi nya tidak melarang Aisyah untuk tidak menggunakan hijab, kata umi gak papa, nunggu Aisyah siap aja. Umi gak pernah mempermasalahkan hal itu.

Disisi lain.

Erga sedang memikirkan gadis yang selalu berlarian di otaknya,
Aisyah, gadis itu berhasil membuat Erga pelan-pelan melupakan sosok Liona yang dari dulu menghantuinya tapi sekarang, Aisyah lah yang menghantuinya.

Menurut Erga, Aisyah itu seperti Liona. Walaupun beda agama, Aisyah bener-bener mirip sama Liona.

Yang membuat Aisyah dan Liona berbeda ialah agamanya, kenapa? Karna emang beda, kalo Aisyah selalu mengucapkan salam sedangkan Liona engga. Itu yang ngebuat Erga luluh walaupun ia tau Aisyah sama Erga tak akan pernah bersatu, tapi apa salahnya jika ia menyukai nya?

"Apa cuma segini kemampuan kamu?" Tanya ayah Erga penuh tekanan

"AYAH TANYA APA CUMA SEGINI KEMAMPUAN KAMU?!" Teriaknya saat Erga tak menjawab pertanyaan nya

"Yah! Kalo kemampuan Erga emang segitu kenapa?! Lagian nilainya bagus kok! Diatas rata-rata. Seharusnya ayah bangga!!" Ucap Vio karna tak terima adiknya di perlakukan seperti itu

"Diem kamu Vio! Kamu gak tau apa-apa!" Emosi Antonio 'ayah Erga dan vio' memuncak.

"Gak tau apa-apa?! Ayah yang gak tau apa-apa! Ayah gak pernah peduli sama Erga! Mau Erga nangis di tengah malam, apa ayah pernah peduli?! JAWAB YAH?!!" Untuk pertama kali, Vio berteriak di depan ayah nya karna membela adik satu-satunya.

"CUKUP!" Suara mama menggema di ruangan tersebut.

"Sudah, cukup! Vio kembali ke kamar mu. Erga...

Berhenti berteman dengan Liona." Ucapan mama nya berhasil membuat dada Erga terasa sakit, ia hanya ingin berteman dengan Liona. Apakah salah?

Vio? Ia tak bisa apa-apa. Jika mama nya sudah bertindak, sudah tak ada lagi harapan.

Itu alasan kenapa Vio dan Erga membenci kedua orang tuanya. Karna mereka gak sama sekali peduli dengan anaknya.

Yang orang tua nya pedulikan hanya lah nilai, jika nilai Vio dan Erga sangat bagus, orang tuanya bangga dengan mereka berdua. Tapi jika ada satu kesalahan pun, mereka udah tak bisa berbuat apa-apa.

Erga menghela nafas panjang, kenapa ia tiba-tiba mengingat masa lalunya itu? Lagian orang tua nya sudah cerai, kenapa ia masih mengingat nya?

Tapi, rasanya berbeda.

Seakan, kebahagiaan memang tak berpihak padanya. Ia hanya ingin kebahagiaan, ia ingin hidup normal seperti orang lain.

Ia tau setiap orang pasti di beri ujian yang berbeda-beda, bahkan ada yang lebih sulit darinya. Tetapi, kenapa ia merasa ujiannya terlalu berat untuknya? Seakan, ia tak pernah bisa menyelesaikan.

Ia berharap, suatu saat nanti. Ia bisa hidup normal dan bahagia dengan orang yang di cintai nya.. kalo bisa, dengan... Aisyah.

*TBC*

Jangan lupa vomment ya..

Terimakasih semuanya^^

TAKDIR [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang