Sophrosyne (bahasa Yunani : ) adalah konsep Yunani kuno tentang cita-cita keunggulan karakter dan kesehatan pikiran, yang bila digabungkan dalam satu individu yang seimbang mengarah pada kualitas-kualitas lain, seperti kesederhanaan, kesederhanaan...
But you'll never know unless you walk in my shoes You'll never know 엉켜버린내끈 'Cause everybody sees what they wanna see It's easier to judge me than to believe
Pengalan lirik di atas bisa menggambarkan 2 orang manusia yang benar benar hanya bertumpu pada takdir dan mempercayakan segalanya pada tuhan. Jika kalian fikir perjalanan mereka sangat mulus hingga beruntung bisa bertemu seventeen adalah hal yang paling naif yang kalian dengar.
Keduanya memutuskan untuk menetap di korea setelah memikirkan ribuan kemungkinan, ribuan resiko dan kesulitan yang mereka akan hadapi di negara orang. Mereka pergi ke negara orang dengan membawa harapan besar dari orangtuanya dan doa yang selalu mereka sematkan untuk anak – anaknya.
Dea dan Anna pertama kali ke korea saat mereka 1 tahun lulus kuliah, Kesehatan Masyarakat masih kurang familiar di telinga masyarakat, mereka menganggap jika pekerjaan kesmas hanya seputar pekerjaan di puskesmas saja.
Keduanya bukan dari kalangan kaya, mereka hanya orang kalangan menengah yang faktor terbesar keributan di rumah adalah masalah keuangan. Maka dari itu, mereka ingin keluar dari zona tersebut dan memutuskan saling bergantung satu sama lain.
Anna dan Dea menunggu pesawat keberangkatan ke Korea dengan harap harap cemas, mereka tidak khawatir soal Bahasa karena 3 bulan sebelumnya mereka sudah kursus Bahasa korea dan mereka bisa menggunakan Bahasa Inggris walaupun hanya basic, yang mereka berdua cemaskan adalah soal kultur dan hal yang sudah pasti akan berbeda.
Jika di negara sendiri hidup sebagai mayoritas,
Di negara orang pasti akan hidup sebagai minoritas.
Jika sebelumnya melihat orang minoritas di tindas,
Bisa saja diri kita mengalami hal itu bukan?
Namun sekali lagi, ketakutan itu mereka tepis jauh demi kebahagiaan kedua orangtuanya, bermodal ilmu yang di miliki dan keyakinan yang kuat, bahwa mereka bisa, bahwa tuhan akan adil pada hambanya yang mau beruaha dan tuhan sangat menyayangi umatnya, akhirnya mereka berangkat ke Korea sebagai pegawai Rumah Sakit.
Pukul 15.00 KST mereka akhirnya sampai di bandara Incheon, keduanya langsung menuju ke Rumh asakit Haesung, tempat mereka bekerja. Rumah sakit menyediakan asrama tempat tinggal bagi pekerjanya, Dea dan Anna memutuskan untuk tinggal di asrama karena mereka masih belum familiar dengan korea, juga masih belum mengerti system di Korea seperti apa untuk kepemilikan tempat tinggal.
Dea dan Anna masuk ke asrama tempat mereka tinggal, keduanya menghelaikan nafasnya setelah melihat ruanganya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruangan yang sebenarnya cukup sempit jika di tinggali untuk 2 orang, namun mereka menguatkan diri mereka sendiri, keduanya memasuki ruangan dan memutuskan siapa yang akan tidur di atas dan di Kasur bawah. Dea memilih di Kasur bawah karena jika tidur dia akan sangat rusuh, ia pun cukup takut pada ketinggian. Mereka membereskan barang barang mereka dan bersiap tidur untuk memilai hari baru besok.
Bekerja sebagai tenaga kerja asing memang sangat melelahkan, banyak kendala yang harus banyak mereka hadapi terutama bahasa, namun berkat Seungyoun mereka bisa melewati masa masa sulit itu. banyak bantuan yang dia berikan pada keduanya salah satunya untuk menjelaskan secara rinci dalam berkomunikasi.
Dea dan Anna kembali ke asrama mereka setelah shift mereka selesai, 3 bulan di Korea mereka hanya memakan ayam 1 bulan sekali dan sisanya hanya ramen, kimbap, nasi instan dan telur. saat keduanya membuka nasi instan, helaian nafas terdengar dari keduanya. mereka saling tatap dan menggelengkan kepalanya pelan. mereka memakan nasi dengan tenang dan tiba tiba mata Anna berkaca kaca.
"De, gue ngapain sih kesini Ya Allah, gue ngapain susah susah hidup disini" ucapnya di iringi dengan isakan, Dea mengunya nasi di mulutnya dan menepuk pelan bahu Anna.
"ya mau gimana.... sabar aja, bentar lagi ko, udah terlanjur basah juga" ucap Dea mencoba menenangkan Anna, padahal dirinya pun sama, merasakan penurunan mental dan fikiran negatif terus menghampiri mereka.
Dea masih menepuk bahu Anna saat anna masih menguluarkan emosinya, Dea memberikan minum pada anna supaya tenang.
"gapapa na, gue yakin kita bakalan sukses, semoga aja" Keduanya melanjutkan makan dengan mata yang tidak bisa berhenti untuk mengeluarkan air mata.
Lelah? Bisa di sebut seperti itu. Di negaranya sendiri mereka bisa memakan makanan sesuai selera mereka, di Korea keduanya harus selektif dengan makanan bahkan cenderung menahan diri, selain karena biaya hidup yang mahal, mereka juga sedang menabung untuk mewujudkan mimpinya masing masing.
Keduanya duduk di taman rumah sakit, mereka sedang memakan makanan siang mereka setelah menyelesaikan tugas mereka untuk memberikan penyuluhan. Keduanya sedang menonton video idol yang random lewat di timeline twitter. Anna tiba tiba menarik handphone yang ia pegang dan menyimpan jari telunjuk di bibirnya, Dea menyeritkan alisnya, menatap bingung pada Anna.
“paan?”
“ga denger lo?” Dea menggelengkan kepalanya
“ Apaan anjir? Tiba tiba banget?”
“ dengerin deh… gue ga mungkin salah, gue denger suara mereka udah 8 tahun jir” Dea akhirnya mendengarkan dengan seksama, apa yang Anna dengar. Terlihat 2 orang dengan pakaian simpel berjalan sambil berbicara, lebih tepatnya yang lebih kecil memarahi pria sebelahnya.
“kenapa sih lo tuh ga pernah dengerin gue? Harus banget ya gue seret seret ke rumah sakit ini? Mau gue gaplok?” runtukan dari pria mungil terdengar, pria di sebelahnya hanya tertawa
“auh, Jihoon-ah lo gatau seserem apa suntikan dokter, apalagi kalo bahu gue di ubeh ubek dengan tidak berperasaan” Ucap pria dengan mata membentuk angka 10:10 dan di balas dengusan dari pria sebelahnya.
Dea dan Anna menoleh kesumber suara dan keduanya menutup mulutnya dengan erat, menahan teriakan yang bisa saja menghebohkan rumah sakit. mereka terus menghentakan kakinya ke tanah dan mereka mencoba menahan diri. Dea dan Anna saling tatap dan mereka berpelukan erat tanpa suara.
“naaa akhirnya gue ketemu ujikkkkkk”
“sama deee gue bisa ketemu seungcheol akhirnya huhu”
“tapi tadi yang kesini Hoshi Woozi anjir bukan Seungcheol”
Acara pelukan mereka berakhir setelah seseorang menepuk bahu Dea, ternyata yang menepuknya adalah Hoshi.
“mau tanya, kalo ruang radiologi sebelah mana ya?” Ucap Hoshi dengan cengiran yang khas. Keduanya berdehem pelan dan berusaha berekspresi sebiasa mungkin.
“ mari saya antar.” Ucap anna dan keduanya mengikuti Anna, Dea mengekor di belakang sambilmenahan jeritanya. Keduanya sudah di latih untuk bersikap professional, dan mereka pun bisa bersikap professional di depan idol kebanggaan mereka.
Sangat jelas bukan, keduanya adalah seorang Fangirl?