Problematika rumah tangga, nggak jauh sama harta. Tapi, karena di sini yang menjadi kepala keluarga adalah Politikus Ekonomi, tentunya itu bukan masalah besar yang memicu perceraian.
Akabane Karma, sudah berlalu setahun kau jadi Istrinya. Awal nikah memang kaya pasangan-pasangan lainnya, penuh gairah, mesra, dan manis-manja. Tapi kian lama, sifat-sifat buruk dan nyeleneh mulai terlihat dan cukup menjengkelkan.
Seperti ....
"Apa-apaan coba ini tetek?!" pria bersurai merah cerah berwajah garang itu memekik di ruang kerjanya. Tangan lentiknya lurus menunjuk baju sang bawahan dengan dua kancing yang dia buka.
"Makin gede, ya? Mau dipamerin, hah?!" sentaknya menyusul dengan tamparan cukup kuat pada dua buah dada yang kemudian mencuat padanya.
Kau sebagai korban pelecehan tidak terima dibegitukan, bagaimana pun juga harga diri wanita tetaplah kau utamakan. "Maksud Bapak apa, hah?! Mau perkosa saya di tempat kerja?!" teriakmu lagi tak kalah kencang padanya. Persetanlah dirimu dengan para kuping-kuping perumpi kantor yang tajam, teriakan ini bukanlah hal tidak biasa, namun sudah biasa.
"Dimana aja bisa, Ibu kan istri saya!"
"Cih' bener juga. Ayo deh, sekarang aja."
"Maaf, nggak dulu."
Demikian pertengkaran pagi di kantor selesai, kembali mereka beruda duduk normal, dan tentunya kau yang merapikan bajumu.
Kalau dilanjutkan kejadian di atas, berabeh jadinya, berubah book ini ada lambang nekopeduli-nya.
"Jadi, ada apa lu manggil gue ke sini?" tanyamu casual pada Karma. Karena tidak jadi nenen, ditutup lagi kancing baju bagian atasmu.
"Kualat, sama suami sendiri lu-gue begitu," karena tidak terima dengan typing lu-gue, Karma berkomentar.
Kau juga yang memang dasar mulut tukang jawab omongan, tentunya tidak akan diam. "Hmm-Hmm. Jadi, sayang-ku, suami-ku, ada keperluan apa manggil saya kemari? Pekerjaan saya jadi asisten Anda sudah banyak, jangan bikin urusan pagi-pagi, ya--"
Karma yang semula duduk di sampingmu beralih duduk di sofa depanmu, membenarkan duduknya menjadi lebih serius dan mulai berbicara, "Semalem, Mamah nelpon."
Mendengar kata tersebut, entah mengapa kau tahu ujungnya kemana. "Kenapa? Mamah kamu kangen?" tanyamu basa-basi dengan gelagat serius.
Karma menggeleng, "Bukan."
"Terus apa?"
Sebelum melanjutkan bicaranya, Karma terlebih dahulu meneguk saliva, kembali membenarkan duduk, dan menggak bahunya sesaat. "Mulai besok, kamu berhenti kerja."
"Maksdu lu?"
Sepenggal kisah hari ini, dari sepasang suami-istri yang sama gilanya, yang dipertemukan di tempat kerja dan berujung nikah.
Inilah dia husbu kita semua, Akabane Karma.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️]Pasutri Gaje | Karma Akabane
ChickLit"Daripada gibahin orang, mending gue nenenin laki gue. Udah nunggu tuh, di ranjang." Mereka berdua terkadang berfikir, mengapa mereka bisa menikah dan saling jatuh cinta?