Menganu 🌚
Ps: Karena mager revisi, jadi tolong kasih tau typonya:(
Pagi ini cuaca cukup mendukung karena mendung. Inginnya pria bernama Karma Akabane ini berpelukan dan berkerubung dengan istrinya di balik selimut di atas ranjang. Sayangnya Karma sudah berpakaian rapih dan wangi, bersiap-siap menghadap sang Tuan Komisaris besar yang tidak lain adalah ayahnya sendiri.
Untungnya berkat sang istri tercinta dan ketangkasannya dalam bekerja, beberapa masalah kelicikan Karma di kantor teruruskan.
Namun nampaknya, masalah sedang ingin menggeluti rumah tangga Tuan Akabane. Selepas rapat sengit paagi tadi, dan hari terakhir kau bekerja sebagai asistennya, selepas itu Orang Tua Karma ingin berbicara enam mata.
"Sebegitu nggak maunya kamu punya anak? Nggak mau badannya melar? Longgar? Atau nggak mau kerepotan?" celetuk pria paruh baya berparas mirip-mirip dengan anaknya.
Dari sebrang meja kau yang berdiri memegang nampan bekas hantaran kopi dan teh mematung setelah mendengarkan pengutaraan menyakitkan dari mertuamu.
"Disuruh berhenti kerja dari minggu lalu, tapi masih aja keliatan di sini," lanjut pria tadi menggeleng-geleng kepala memperhatikan menantunya.
Sementara Karma yang duduk di persinggahannya hanya bisa diam dan memikirkan alasan apa yang harus dia ucapkan untuk mengusir ayahnya yang kebelet pengen punya cucu.
"Jangan bilang selama pernikahan kalian belum pernah tidur bareng?"
Karma tercekat, matanya terbelalak langsung menatap ayahnya dengan pandangan tak percaya. "Seminggu tiga kali, kok!" sanggah Karma cepat.
[Name] yang semula tegang dan berdiri gemetaran berubah legah. Karma memang yang terbaik menurutnya, menjawab tanpa tahu malu, dan seolah memberi lampu hijau padamu untuk menjawab juga.
Kembali pada pria paruhbaya tadi. "Jadi salah satu dari kalian ada yang kurang subur? Begitu?" tanyanya menatap silih berganti pasutri.
Kau yang ditatap cukup lama seolah mendapat fitnahan, jika kaulah yang dituju dari ucapannya tadi. Tidak terima dengan tuduhan palsu, segera kau menunjuk Karma, "Anak Papah, tuh, kalo main pake pengaman!" jawabmu cepat.
Karma terkejut, memundurkan tubuhnya seolah menajuh dari tunjukan tak bertuan tadi. Ya memang benar sih, kadang dia kebablas selalu pakai pengaman, dan rencana punya anak juga baru ada akhir-akhir ini setelah orang tuanya menegur.
"Karma!" sentak sang Papah tercinta.
Karma segera berdiri. "I-Iya, Pah?"
"Papah mau punya cucu! Paham?" sentak pria peruh baya itu memaksa dan mendesak.
"Iyah ..." jawab Karma mulai malas-malasan.
"Nggak pake lama!" geram sang Ayah.
Sudah bosan dengan gertakan mongmongan, Karma memutar bola matanay malas. "Kalo gamau lama-lama, mending Papah pulang. Biar kita bisa bikin sekarang."
"Di sini?"
Karma mengangguk.
"Di kantor?"
Karma mengangguk lagi.
"Seri--"
"Iya, Pah ... biar cepet, katanya mau cepet-cepet dapet cucu, gimana, sih?"
Pria paruh baya itu berdiri tegap sembari merapikan dasinya yang nampak seolah merapikan wibawanya barusan. "Yaudah buruan bikin, Papah mau kelon juga sama Mamah," ucapnya kemudian berjalan menghampiri pintu.
Dua orang manusia pasutri itu dilaluinya, kemudian jalannya terhenti saat memegang knop pintu dan membukanya setengah. "[Name]?"
"Iyah?!" jawabmu cepat karena terkejut.
"Servis yang bener!" titahnya.
"I-Iyah, Pah. Tenang aja, [Name] jago, kok!"
"Karma?"
"Apaan?"
"Jangan pake pengaman!"
"Iya langsung, tenang aja."
↬👌👈=👍
"[Name]," panggil Karma menatap ke atas tepat di hadapannya.
"Kenapa?" tanya [Name] menunduk dengan seringainya.
"Kata Papah, lakuin di sini."
"Bukannya tadi kamu yang mau di sini?"
"Iy--"
[Name] menghela nafas. "Bilang aja, burung Bapak tegang, 'kan?" ledekmu, lalu meliriknya dengan tatapan menggoda.
Karma pun ikut menyusul dengan helaan nafas, melirik lelah dengan kepekaan istrinya yang uwah. Wanita ini, tahu saja apa yang Karma pinta.
"Apa? Mau dikelonin tu burung?"
Karma menggeram, merasa gemas dengan ledekan istrinya yang memang cukup menggemaskan dan cukup membuat keinginan di bagian bawahnya meluap.
"Ya, mau, lah ..." balas Karma, juga menggoda.
Seolah sudah diberi perntah, kau mulai semua adegan erotis dengan nuansa terang dari ruangan Karma yang dihiasi banyak kaca--tenang aja, nggk ada yang liat, kok--memperlihatkan alam luar.
Nampan kau lempar ke sofa dimana tempat sang pria paruh baya si mertua duduk tadi. Kemudian sanggul rambut kau lepas, membiarkan rambut panjang tergerai acak-acakan. Perlahan dengan kaki jenjang yang berjalan seolah model catwalk yang sedang slowmo kau hampiri Karma sembari melepasi kancing kemeja bagian atas.
Karma hanya berseringai dari duduknya, memperhatikan begitu rinci pergerakan tanganmu yang gemulai membelai dari rambut hingga dada, sampai kau tepat memutar kursi Karma dan duduk di selangkanya.
Kau geganggam kedua rahang tegas Karma, lalu mendekatkan bibirmu dengan telinganyaa, dan perlahan membisikan hal nakal.
"Maaf, ya, nggak dulu ...."
![](https://img.wattpad.com/cover/276770758-288-k811623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️]Pasutri Gaje | Karma Akabane
ChickLit"Daripada gibahin orang, mending gue nenenin laki gue. Udah nunggu tuh, di ranjang." Mereka berdua terkadang berfikir, mengapa mereka bisa menikah dan saling jatuh cinta?