Ⅳ.

805 152 13
                                    

maaf ini part menge*ee. 

Vote-nya, PLEASE

"Gausah pegang-pegang!" kau hempaskan tangan Karma ke udara. Niat ingin tidur melepas lelah karena membereskan barang-barang kantor, kau malah diganggu oleh sentuhan-sentuhan tidak mengenakan dari Karma. 

"Sayang, mau kelon ..." Karma buat-buat suara seperti anak kecil yang sedang membujuk sang mamah untuk membelikannya mainan. Tidak lupa juga ia gerakan jari telunjuknya di punggungmu. Menggambar-gambar sesuatu, yang panjang dengan bulan dua sedang. 

"Gausah kayak anak kecil, deh. Anak kecil aja kalo ngantuk tidur sendiri!" Kian kau hempas tangan Karma, kian pula ia menjadi-jadi menyebalkan, ingin banget kau tendang dan menjatuhkannya di lantai. 

"Yaud' nenen aja, deh ...." Kali ini tangan Karma bergerak agresif, membelai-belai ala jablay pada bokong dan pahamu. 

Bulu kudukmu berdiri, usapan tangan Karma membuatmu merinding sedap dan nikmat. Segera kau sadarkan pikiran, menyingkirkan tipu muslihat iblis jahat yang menjelma sebagai suamimu. "Karma ... diem ..." dengan nada malas, kau peringati lagi iblis setan merah bayi bajang* ini.

"Kelon doang. Aku gabisa tidur kalo nggak dikelonin!" desak Karma memohon. 

Kau mendecak, "Cuihk! Ottoke ...." 

"Mau, ya? Kelon doang, nggak lebih, sayang ..." ujar Karma, ia selipkan tangannya, meraba lemas manja dari paha hingga perutmu yang masih rata. 

"Mau nyusu?" tanyamu tegas. Kau beralih, memandang Karma dan memegang pipinya denan telapak tanganmu yang hangat. 

"Mau ...." 

"Susu Anlin, mau? Aku buatin, ya, sayang ...." 

"Enggak! Mau punya kamu." Karma cemberut. Memasang wajah kecewa dengan pandangan mata yang begitu memohon. 

Kau usap-usap kelopak mata Karma. Tanpa isyarat, dengan cepat kau cium sekilas bibir yang memanyun lucu itu. "Kalo aku bilang tidur, tidur, ya, Babyk." 

Wajah Karma nampak tak karuan dan ngeblush, dia bahkan tak mendengar apa yang kau ucapkan. Matanya berkilauan, dengan hati berdebar dan kepala panas, menahan bagian bawah yang menegang. 

"Ajg! Horny!" -Karma 

Okeh, senja Karma sudah sangat siap untuk berperang kali ini. 

Kontrol pikiran dan rasa ingin suda tak terkendali di dalam Karma. Dengan cepat dia tahan kedua lengan istrinya, menariknya ke atas kepala, dan menguncinya dengan cara mendudukimu. 

"Karma!" 

Ditatap wajahmu dengan tatapan buas oleh Karma. Tak dijawab panggilanmuu tadi. 

"Sayang .... Pengen punya bayi ..." ucap Karma membisik di telingamu, suaranya rendah, panas dan menggoda. 

Kau memejamkan mata, secerca rasa ingin hadir karena bisikan panas tadi. 

"Please ... jangan horny ..." -[Name] 

Ah, sudahlah. Kali ini serahkan saja nasib selangkamu pada takdir. 

Kau busungkan dada yang sebenarnya sudah membusung karena tanganmu yang ditahan oleh Karma. Namun sekarang, kau sedikit bergerak erotis memancing keadaan kian panas. 

Cepat-cepat Karma membenamkan wajahnya di dadamu, menggesek-gesekan kasar kepalanya dengan sumbulan dadamu. Kemudian ia angkat bajumu, pemandangan daging cokelat susu menegang menyambut napsu Karma. 

"Jangan digigit, ya! Masih sakit," peringatmu. 

Karma sigap mengangguk, "Enggak, kok." 

Sergap ia hinggapi gundukan sebelah kanan, menjilatinya sesaat, membuat pipimu begitu merah dan tersenyum beringas kenikmatan. Begitupula dengan Karma. Dihisap kuat-kuat payudara yang telah dibasahinya, berharap hal manis menyingahi lidah, atau desahan nikmat yang teralun di telinga. 

"Hahh .... Ah-- Karma--" kian nikmat kau rasakah hisapan kuat dari bibir mungil yang tengah memanjakan payudaramu. Hingga membuat Karma hilang kontrol, dan tanpa sadar ia menggigit puncakmu, memerahkan sekitar areola. 

Rasa sakit menegang di payudara tiba-tiba menghinggapi dengan rasa nikmat. Kau jambak kuat-kuat rambut merah itu, membuat sang pelaku kesakita dan tanpa sengaja menarik gigitannya hingga terpisah dari hisapan.

"Kenapa?" tanya Karma kecewa.

"Jangan digigit!"

------------------

*Bajang : Bajang yang Nao pake di sini itu sebutan Bajang di Tutur Tinular

[✔️]Pasutri Gaje | Karma AkabaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang