Tengah hari. Suhu Tokyo agaknya mencapai temperatur 35° terasa sangat membakar. Liburan musim panas di tahun pertama Tetsuya masa SMA jadinya menyebalkan. Namun, menantikan pekan depan ia akan memainkan air di dermaga atau membuat istana pasir, membuat kemelut yang semula mendidih menjadi sejuk.
Sebab jalan-jalan ke pantai perlu mendapat izin dari kakaknya yang protektif. Mau tidak mau Tetsuya harus melewati beberapa syarat. Salah satunya berkutik pada tugas musim panas yang harus diselesaikan lebih awal, lalu teori tambahan khusus dari si tiran Seijuurou.
Huh, menyebalkan.
"Nii-san, mau sosis Tetsuya tidak?"
Sosis Tetsuya.
"Hah?" Otak kotor. Seijuurou reflek menatap selangkangan adiknya.
"Ini sosis gurita. Kakinya aku buat delapan seperti koreksi, Nii-san. Jadinya, sosis Tetsuya atau sosis Seijuurou?" Tetsuya memiringkan kepala, kemudian menusuk-nusuk kaki sosis dengan sumpit.
Sosis, sosis, sosis.
Bedebah cilik.
Mungkin efek cuaca ekstrim jadinya laju otak Seijuurou melamban, bahkan nyaris hangus.
"Kau tidak mencucinya dengan sabun cuci piring lagikan?" Mengalihkan pertanyaan, Seijuurou sengaja merebut potongan sosis dari garpu Tetsuya sebelum diberi respon.
Tetsuya menggeleng, kemudian kembali mengunyah potongan sosis Tet-maksudnya gurita. Selagi mengerjakan beberapa lembar tugas Tetsuya tidak sadar sudah menghabiskan potongan terakhir sosisnya. Ia mengetuk piring tanpa mengalihkan pandangan dari buku, sehingga tidak tahu mangkuknya sudah kosong dan justru membuat irama yang mengusik telinga Seijuurou.
"Nii-san. Apa aku boleh ambil ice cream?"
Seijuurou mengangguk sambil menarik lembar jawaban Tetsuya. Persetanlah, ia tidak mau dengar soal sosis ini dan sosis anu lagi.
"Adanya batang, Nii-san!"
Kan.
Seijuurou melengos rasanya ingin merobek-robek lembar jawaban adiknya, tetapi sadar ia belum mengoreksi satu jawabanpun. Ampun, Adiknya ambigu sekali. Ia jadi menyesal sudah menyetok ice cream di kulkas.
"Kau mau fokus makan atau mengerjakan tugas?" Seijuurou menyelidik dengan sebelah tangan mengetuk kertas yang dibubuhi tinta.
"Kenapa jawabannya jadi 'tak hingga' Tetsuya ini masih soal pertama." Seijuurou menggeram. Tetsuya jadi makin ciut tidak jadi menawarkan ice cream ke kakaknya.
"Kau mau pekan de--"
"Ti-tidak! Iya kukerjakan ulang," balas Tetsuya cemberut. Tanganya menyilang di depan wajah. Mood-nya meleleh seperti batang ice cream yang terlanjur terbuka.
"Ice cream-mu menetes."
Mungkin karena sering diperintah. Reflek Tetsuya menjadi cekatan. Melupakan jawaban salah yang berusaha ia pecahkan. Lidahnya meliuk di antara badan ice cream. Berputar naik-turun agar lelehannya tidak jatuh ke kertas. Sialnya, pemandangan yang membuat saliva melewati tenggorokan Seijuurou terus berlanjut sampai ia sesak napas.
Seijuurou tidak akan segera meninggal karena gelombang panas inikan?
Ice cream yang meleleh turun melewati dagu Tetsuya, mengalir hingga menyentuh tulang selangkanya yang putih.
Krauk
Batang ice cream patah dan meluncur mulus ke goa sang adik. Seijuurou berhasil menstabilkan jantung. Lolos dari kematian konyol.
Menyelesaikan sebuah ice cream-nya. Jemari Tetsuya tampak memilah-milah beberapa ice cream yang berhasil dibawanya. Tiba-tiba kelereng musim panas meratap sedih. "Tidak ada varian lain, huh? Selera Nii-san seperti pria tua," keluh Tetsuya sambil mencibir.
"Mau yang berbeda?"
"Ada lagi?"
"Pisang berisi cairan vanilla."
Maaf--
Seijuurou hanya iseng. []
Update: July 9, 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Aléatoire
Fanfiction[Cover] Art by: 阿慧纸 || yigetukeng on Neka Edit by: earlsulung on Canva [Blurb] Cerita ini aku dedikasikan untuk para penggemar AkaKuro, yakni kumpulan drabble dengan satu latar belakang tanpa konflik berat. Hanya sekelumit kehidupan Seijuurou sebaga...