Tetsuya menekuk wajah, sementara dalam genggamannya terdapat Gundam pemberian Mayuzumi Chihiro—entah, gunanya sebagai lucky item ajaran Midorima atau sebagai penenang. Ia memandang bolak-balik antara sang kakak dan bangsal putih di sampingnya.
"Jadilah baik." Seijuurou berlutut, lalu menepuk pucuk kepala sang adik.
Tetsuya masih cemberut. "Tetsuya tidak akan ompong, 'kan?"
Sang kakak terkekeh. "Kau masih manis meskipun ompong. Sekarang kau harus menemui dokter, oke?"
Surai birunya bergoyang pelan, si bungsu Akashi tampak menimbang-nimbang keputusan sebelum memasuki bangsal. Ia mendongak dan dibalas senyum menyakinkan dari sang kakak. Dengan pertimbangan matang, ia melambaikan tangan pada Seijuurou.
Ruangan didekorasi santai, tidak sepenuhnya berwarna putih atau kelabu seperti bayangan Tetsuya. Warna biru langit seperti rambutnya tampak memenuhi langit-langit ruangan, di temani karpet berwarna cokelat muda.
Setelah memandangi ruangan sekilas Tetsuya menutup pintu pelan sambil menggumamkan permisi, dengan tangan masih setia menggenggam sebuah Gundam.
Sosok berambut hitam menyambutnya dengan senyuman. "Halo, Akashi. Ini kunjungan pertamamu di sini?"
Tetsuya mendongak, nada yang memasuki telinga tampak ramah, meskipun ada sesuatu yang cukup menganggu. Namun, tidak dapat dijelaskan oleh otak polosnya.
"Halo, Pak Dokter." Tetsuya membungkuk sebagai salam, kemudian kembali mengamati keadaan sekitar.
"Apa dokter akan memberi hadiah seperti peri gigi?" Kendatipun sudah diberitahu Seijuurou bahwa peri gigi hanya mitos, bocah itu masih menanamkannya dalam ingatan.
Pria dengan setelah monoton kembali tersenyum, senyum yang dalam sama halnya seperti saat Tetsuya masuk. Dibalik kacamata persegi, Tetsuya bahkan tidak bisa melihat maniknya. Matanya alami tertutup bak bulan sabit, sekilas tampak menakutkan di mata bocah sekolah dasar itu.
"Dan hadiah apa yang kau harapkan?"
Si biru tampak berpikir keras. Ia menunduk mengamati Gundam digenggaman. "Sapi. Tetsuya akan memberikannya rumput yang banyak, lalu meminta sapi untuk menyemburkan susu. Tetsuya akan berikan pada Sei-nii, supaya Sei-nii cepat tinggi."
Sungguh ide yang mulia, tetapi Imayoshi tampak tidak yakin, jika 'Sei-nii ' yang dibicarakan bocah biru itu, akan setuju dengan idenya.
Imayoshi Shoichi terkekeh sebagai respon. Melihat kecemasan mulai muncul di wajah datar bocah itu, ia lantas membimbingnya menaiki kursi dental. "Rencana yang bagus. Sayangnya, aku bukan peri gigi."
"Dokter. Apa Tetsuya bakal ompong?"
"Kau akan ompong, tetapi hanya sebentar. Gigimu kelak akan tumbuh lagi."
Tetsuya mengangguk puas, ini seperti yang dikatakan sang kakak, tetapi kemudian kengerian kembali merayapinya. "Tetsuya tidak akan ompong seperti Pororo, 'kan?"
Imayoshi membeku. Dia sama sekali tidak tahu-menahu mengenai karakter yang dibicarakan bocah ini. Namun, jika ia ikut bertanya, bukankah bocah ini akan semakin gelisah. Masih merenungi jawabannya, Tetsuya kembali membuat pernyataan. "Sebab Pororo tidak punya gigi," jelasnya seolah bisa membaca kebingungan Imayoshi.
Imayoshi tersenyum, kemudian mengatur posisi selagi mengambil alat bius. Sementara Tetsuya tampak merinding melihat alat-alat yang tersampir pada kursi dental, bahkan melupakan nasib gigi Pororo yang sempat ia bicarakan beberapa menit lalu.
Mengetahui kegelisahannya, Imayoshi memberikan tepukan ringan pada rambut halus Tetsuya. Begitu Tetsuya merapal, anestesi mulai bekerja dan kegelapan segera meliputinya.
Tetsuya bangun dengan keadaan linglung. Hal pertama yang dilihatnya adalah senyum sabit Imayoshi. Dokter muda itu mendorong mug berisi air, kemudian menunjuk area untuk bocah itu berkumur.
Usai prosedur ringan, Tetsuya keluar sambil membawa Gundamnya, berjalan seperti robot ke arah Seijuurou yang bingung atas tingkahnya. "Tidak sakit, bukan?"
Tetsuya membentuk tanda silang di depan wajah sebagai respon. "Buka mulutmu, biar Nii-san lihat."
Kali ini bocah itu mencubit ujung bibirnya, lalu menggeleng keras.
"Tidak mau bicara, hmm?"
Si bungsu kembali membentuk tanda silang dengan tangan.
Mengabaikan perbuatannya, Seijuurou kembali mengajukan pertanyaan. "Kita sebaiknya makan di luar. Tetsuya ingin apa?"
Bocah lelaki itu sejenak diam, kemudian membentuk pola dengan tangan seolah mengajak Seijuurou untuk menebak kata. "Aku akan membeli sup tahu saja kalau begitu," ujarnya sambil berbalik membelakangi sang adik.
"SEI-NII!"
Seijuurou tersenyum tipis—
Kemudian membawa tubuh sang adik ke atas bahunya. []
Update: May 4, 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Aléatoire
Fanfic[Cover] Art by: 阿慧纸 || yigetukeng on Neka Edit by: earlsulung on Canva [Blurb] Cerita ini aku dedikasikan untuk para penggemar AkaKuro, yakni kumpulan drabble dengan satu latar belakang tanpa konflik berat. Hanya sekelumit kehidupan Seijuurou sebaga...