◍ Kan ◍

319 63 1
                                    

"Sei-nii! Malam ini, Tetsuya mau tidur di kamar Okaa-san dan Otou-san!" Bocah tujuh tahun itu melipat kedua tangan di depan dada. Alisnya bertaut--memasang tampang menyakinkan.

Seijuurou nyaris menyemburkan potongan paperoni sembari memerhatikan bocah bertopi merah--tema natal--yang tega membaringkan guling kesayangan di lantai.

Melihat Tetsuya tidak buka suara lagi. Seijuurou merasa telinganya mungkin perlu coton buth, sehingga jemari kembali menyuap makanan cepat saji.

"Tetsuya mau tidur sendirian!" ucapan menggebu barusan membuat sebelah alis Seijuurou terangkat sempurna.

Seijuurou mulai buka suara, setelah memastika isi mulutnya benar-benar bersih. Sebelum itu, ia memandangi sang adik dari bawah ke atas secara intens. Ekspresi anehnya seolah menyiratkan ada ulat merayap di piyama Tetsuya.

"Yakin?" Seijuurou beranjak dari posisi wuenak, kemudian mensejajarkan tinggi dengan bocah kelas dua Sekolah Dasar tersebut.

Manik birunya berkilau-kilau, selayaknya lampu-lampu di pohon cemara. Tetsuya mengangguk-angguk mantap membuat topi kerucutnya menutupi sebelah mata.

"Iya!" Kemudian si bungsu melepas topi natal, berusaha memasangkannya di kepala Seijuurou. Sayang sekali, ukuran kepala mereka sangat berbeda, sehingga topinya hanya menempel tanpa benar-benar terpasang.

"Maaf." Dua telapak tangan menyatu, "untuk hari ini, Sei-nii tidur sendirian, lalu Sei-nii harus jadi anak baik," bocah biru itu menepuk-nepuk kepala Seijuurou sayang. Meniru sang kakak ketika menasehatinya. "Tetsuya tidur dulu," sambungnya sambil melambai-lambaikan tangan, tak lupa pasang pose menguap jadi-jadian.


^^(─‿─)( ̄∀ ̄)(─‿─)( ̄∀ ̄)(─‿─)^^


"Okaa-san, Otou-san!" Tetsuya memandangi empat wajah di balik bingkai foto. "Meski kalian sudah tidak ada, Tetsuya ingin mencoba mengisi kamar ini." Bocah itu mengelus bidang bening sekilas, kemudian meletekan frame foto pada tempat semula.

Dia memandangi langit-langit yang tampak tinggi. "Tetsuya sudah besar--tujuh jemari diangkat depan wajah--Sudah tujuh tahun!" monolog Tetsuya, lalu mengangkat telapak tangan untuk menangkap sumber cahaya.

"Tetsuya harus belajar mandiri," tutupnya.

Usai berkata begitu, Tetsuya memeluk guling erat-erat, kemudian mulai menghitung domba sebab kantuk mendadak sirna.

Sudah beberapa menit berselang. Akan tetapi, meski domba-domba yang melompati pagar sudah nyaris menyentuh angka 120 ekor, bahkan wajahnya berganti jadi mirip Aomine-sensei--tanpa mengubah bentuk tubuh asli si domba--Tetsuya benar-benar tidak bisa terlelap.

Merasa kantuk tidak akan datang secepat biasanya, Tetsuya membuka mata lebar-lebar. Manik birunya berkelana.

Selagi menatap sudut-sudut ruangan yang besar dan langit-langit yang tinggi dan sulit dijangkau, Tetsuya mendadak diluputi rasa takut.

Dia memeluk guling berkepala pororo, lalu menarik selimut hingga menutupi keseluruhan tubuh. Namun, rasa pengap menambah ketakutannya.

"Nii-san ..." Tetsuya mencicit ngeri, berusaha memanggil sang kakak, sambil toleh kanan-kiri. Bayangan akan hantu yang merangkak di atas plafon kamar orang tuanya, membuat tubuh bocah itu bergetar.

"Sei-nii ... Sei-nii ...."

Tetsuya merapatkan selimut sembari merapalkan nama sang kakak berulang-ulang kali.

"Hmm?"

"Sei-nii!" Tetsuya langsung menyibak selimut yang membungkus dirinya, saking bersemangatnya dia tersenyum lebar. Akan tetapi, sekali lagi, ia dikecewakan. Suara deheman barusan bukan berasal dari sang kakak.

Konyol. Pintu kamar masih tertutup rapat. Tidak ada Akashi Seijuurou yang berdiri di hadapan.

HUAAAAAA

"Apa?"

Direspon begitu tangis Tetsuya semakin pecah. Pemuda yang baru saja memasuki kamarnya hanya memeluk bocah itu dari luar selimut sambil terkekeh-kekeh puas.

"Apa yang kau takutkan?"

Baru setelah itu, Tetsuya kembali menurunkan selimutnya.

"Memang siapa yang terlebih dahulu ingin uji nyali?" pertanyaan sarkas Seijuurou membuat ingus Tetsuya semakin meleleh, belum lagi dorongan ingin buang air seni di celana.

Kalau sudah begini, Seijuurou akan berusaha menenangkan sang adik semalaman--

Ya, semalaman. Sekaligus berterimakasih dengan arwah dadakan yang mengurungkan niat sang adik berjauhan dengannya. []

Update : December 26, 2021

AléatoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang