Notes: alternate universe, baji as guitarist and song writer, slight draken x emma, second POV
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♡
Suasana redup. Satu-satunya yang bersinar malam itu selain bulan di angkasa adalah band yang siap memecah atmosfer dengan musik yang akan mereka mainkan. Lampu-lampu menyoroti wajah personil band satu persatu. Puluhan pasang mata memandang mereka, menantikan mereka memainkan lagu.
"Khusus untuk malam ini vokalisnya bukan saya. Tetapi gitaris kita." Pemuda berambut cepak berwarna lilac mundur beberapa langkah, memberi posisi di tengah kepada gitaris yang ia maksud.
Gitaris mereka yang berambut hitam sebahu maju ke tengah dari pinggiran panggung. Ia berdiri di depan mic. "Lagu ini saya persembahkan buat sosok spesial di hati saya. Buat kamu, saya harap kamu sadar kalau laki-laki yang bisa bikin kamu bahagia itu saya, Baji Keisuke."
Jemarinya memetik senar gitar cepat. Di antara kerumunan penonton yang ada, tatapannya cuma singgah di mata satu orang gadis. Gadis itu balik menatapnya. Lagu mulai bermain, pikiran Baji terbang ke masa dimana ia menulis lagu ini. Lagu yang terinspirasi dari gadis itu.
¤
Nada dering default milik ponsel Baji berbunyi keras. Saking kerasnya, dering ponsel yang berada di lantai atas itu mampu terdengar oleh Baji yang berada di lantai bawah. Ia berlari tergopoh-gopoh menuju kamarnya. Menyambar ponselnya, melihat nama kontak yang menelpon membuat senyumnya mengembang sedikit.
"Halo?" sapanya lebih dulu.
Suara isakan yang ia dengar dari sebrang sana membuat senyumnya memudar. Dia kenapa lagi sekarang? tuturnya dalam hati.
"Aku patah hati, Kei ...."
Lirihan gadis di balik telepon itu membuat Baji resah sekaligus senang mendengarnya memanggilnya dengan nama panggilan 'Kei'. "Patah hati kenapa lagi?"
"Draken, dia ..."
Baji mendesah pelan mendengar nama itu disebut lagi. Lagi-lagi gadis itu menangisi dia. Lagi-lagi gadis itu patah hati karenanya. Lagi-lagi gadis itu masih belum sadar ada Baji di sini yang bisa membahagiakannya, bukan menyakitinya berulang kali.
"Dia jalan sama Emma?" Ia mengulangi pernyataan (nama) yang justru membuat tangisannya semakin menjadi.
"Aku liat mereka gandengan tangan di mall tadi. Kayaknya mereka juga udah jadian, mereka keliatan mesra banget." Nada telepon berdengung kosong. Baji tidak tahu harus menyahut apa. "Apa aku nyerah aja, ya, ngejar Draken?"
