Chapter 1

69 6 6
                                    

Sebelum kabut pagi terusir sepenuhnya dari dermaga, daerah pesisir sudah terbangun dan dikuasai para juru muat. Suara gemerincing rantai zeppelin terdengar setiap kali kapal merapat, ditarik dan dikaitkan ke pancang-pancang. Penumpang naik dan turun. Turunkan barang, catat, distribusikan. Naikkan barang, kunci kargo lalu berangkat. Dermaga ini sangat padat sehingga tidak ada satu kapal pun yang parkir lebih lama dari seharusnya.

Segala kesibukan tersebut memudahkan bagi sebuah zeppelin tanpa identitas dan surat jalan; menurunkan kurir beserta paketnya. Bukan. Bukan sebuah kebetulan mereka bisa merapat tepat di titik buta pos jaga. Bukan juga kebetulan hal ini terjadi di saat pengawas dermaga terlalu sibuk mengurusi keluar masuknya kedua puluh enam kapal lain. Ketika akhirnya patroli berseragam mulai memperhatikan sudut itu, tanda-tanda bahwa pernah ada kegiatan di sana sudah hilang tak berbekas. Sekoci gelap itu sudah lama pergi. Diterbangkan secara ahli agar sejajar dengan kapal dagang yang berukuran lima kali lebih besar; tersembunyi dengan sempurna di balik bayangannya.

Seorang pemuda bergerak menjauh dari garis pantai. Benda tipis dan keras menekan dadanya, terlindung jaket bepergian yang memang umum digunakan di Vienna. Ia berjalan cepat, lalu – ketika tidak seorangpun melihat – melompati tembok belakang area dermaga. Melewati beberapa gang sempit berkelok, melaju ke utara bergabung dengan para komuter yang mengantre kendaraan terbang menuju dataran atas.

Lebih dari tiga jam kemudian, paket tersebut sudah berada di jantung Akademi Sihir Vienna. Sang Kepala Akademi mengerutkan dahinya. Ia baru saja masuk ke kantornya, namun kotak kayu itu sudah berbaring angun di mejanya. Selaput sihir utuh meliputinya bak segel pengaman. Tak kasat mata, namun mengeluarkan pendaran redup yang langsung hilang sama sekali ketika wanita paruh baya itu mengetukkan ujung jarinya. Tap Tap.

"Apakah mereka menemukan sesuatu kali ini?" gumamnya penuh harap.

... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

 "Hellioz...."


"Hellioz!!!" gadis kecil itu berbisik dengan keras. Sepasang mata birunya mengintip di sela tumpukan tinggi buku-buku. Ketika nekat mengulangi bisikannya lebih keras, petugas perpus menjewer kedua telinganya dan menariknya keluar ruangan. "Dilarang berisik di perpustakaan, Caelia; Peraturan itu berlaku juga untukmu." Ia mengusap telinganya meski rasa sakitnya tidaklah seburuk harga dirinya yang terluka.

Tak lama kemudian anak laki-laki yang dicarinya meninggalkan perpustakaan; tas tersandang di bahunya, kumpulan buku dan kertas di kedua tangannya terlihat terlalu berat untuk ukuran tubuhnya. Ia melirik Caelia sekilas, namun memutuskan untuk menghiraukannya dan terus berjalan. "Hellioz!!!" Caelia berseru dengan geram.

"Jangan sekarang, Cael."

Caelia tidak menerima jawaban semacam itu, "Apa yang begitu penting? Kamu sedang mengerjakan apa?" dia terus bertanya tanpa henti. Hellioz juga tidak dapat mencegahnya mengambil sebuah buku dari tumpukan teratas barang yang ia bawa; kedua tangannya sibuk.

"Floating Hope" Vienna adalah archipelago yang terdiri ribuan pulau kecil dan empat pulau besar di ketinggian 9,9km, Membentang dari selatan Magnus hingga - sebagian kecil - berada tepat di atas wilayah Linwood. Sebagian orang percaya bahwa tempat ini dulunya merupakan sebuah kerajaan yang disebut Arkana – yang juga merupakan awal mula ditemukannya ilmu magis ...," buku itu memperlihatkan tulisan tangan kecil-kecil yang rapih.

"Kembalikan,"perintah Hellioz, tapi Caelia malah menjawab setengah berkelakar,"Tuan Muda Leonrith, biar aku bawakan bukumu," ia berjalan mengikuti pemuda itu sambil terus membuka-buka buku tersebut, "Sejarah lagi? Ini sudah yang keberapa dalam sebulan ini? Ketiga? Keempat? – Kutebak Master Juncta memberimu hukuman merangkum lagi?"

"Tidak, Nona Caelestis, merangkum adalah hobiku," katanya sinis.

Ketika Cael bertanya, "Bukankah kamu tidak lulus Arkana Lanjutan?," Hellioz mengeluarkan umpatan pelan yang terdengar seperti 'Arkana Basic'. Gadis berkuncir dua itu menggelengkan kepalanya dengan tampang prihatin, "Arkana Basic? Sulit dipercaya, Hellioz."

"Biar bagaimanapun, aku masih memegang point terbaik Literatur, Dogmalogi dan Diagramologi, ... juga Metoda Scry kurasa," Hellioz berusaha menyelamatkan gengsinya meski pemuda itu tidak terdengar terlalu yakin. Caelia mengangguk-angguk," Dengan kata lain semua yang tidak benar-benar mempelajari sihir - Ya Hellioz, sulit dipercaya," Caelia menghela napas, "Mungkin lebih bijaksana kalau kau belajar berdagang saja."

"....Jadi kamu datang untuk menghinaku?"

"Mungkin..., " cengirnya, lalu mengucapkan kalimat berikut dalam satu tarikan napas, "Tapi juga karena Tesla memintaku, dan –HUH- aku tidak mengerti kenapa,"

"Hebat, kau akrab sekali dengannya sampai memanggil nama kecil. Kalau benar ia mencariku – Kenapa Grand Master Nirgilis tidak menggunakan interkom."

"Kurasa itu -" ucapan Caelia terputus. "Sial, Cael, aku ada kelas tambahan dan kita telah berjalan memutari akademi. Ruangan Grand Master ada di arah sebaliknya. Seharusnya kamu katakan hal itu dari tadi," keluh Hellioz.

"ITU SALAAAAHMUU!!! Kau yang tidak mau dengar! ...Sudahlah! Lupakan kelas tambahannya dan ikut aku. Lagipula kurasa kamu butuh latihan fisik tambahan – selain kelas tambahan," ledeknya.

"Tidak bisakah kamu berpura-pura tidak menemukan aku?"

Caelia menjawabnya dengan gelengan kepala, "Hellioz!!! Tesla bilang dia akan meluluskanmu– " Hellioz membalik badannya. "...Eh cepat sekali kau berubah pikiran? Tapi buat apa kamu terus membawa buku-buku itu? Kita akan ke kantornya sekarang kan?" tanya Cael riang.

"Dan membiarkan buku-buku ini tergeletak sembarangan? -Tidak. Kurasa aku akan membawanya,"

Arletha Chronicles [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang