Bab 6: Reina

1.9K 73 18
                                    

Aku mendapatakan kesadaranku lagi namun pandanganku tetap gelap. Aku langsung tahu bahwa aku baru saja bangun tidur dan masih menutup mataku. Kemalasan bukanlah diriku jadi aku langsung membuka mataku.

Aku bertemu dengan wajah kakak perempuanku. Ingatanku tentang tadi malam langsung disegarkan.

Kami berdua saling menatap. Tubuh kami berdua telanjang penuh dan saling berhadapan. Bau aneh tercium dari ruangan ini saat kau menghirup nafas.

Sekilas kau akan bisa menebak apa yang dilakukan penghuni kamar ini pada malam harinya.

Mungkin aku harus jujur sekarang.

"Kak, sebenarnya tentang kalung bom yang kupakai ini dan semua cerita yang kukatakan tadi malam adalah kebohongan. Aku sebenarnya hanya tidak bisa menahan nafsuku padamu dan melakukan tindakan tidak rasional ini."

"...."

Kakakku diam. Perlahan, aku memperhatikan kedua pipiya memerah dan dia langsung menarik bantal yang kupakai, menghantamkannya kewajahku.

Aku pantas menerima ini. Namun aku tidak akan meminta maaf. Permintaan maaf hanya akan dilakukan karena kau menyesali sesuatu, dan aku tidak menyesal untuk melakukan seks dengan kakak perempuanku. Karena aku sudah melakukan ini maka aku hanya bisa menanggung apa yang akan terjadi kedepannya.

Aku mengambil bantal yang menutupiku lagi dan melihat kakak perempuanku yang telah duduk di kasur, sambil menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.

"Kak?"

".....kenapa aku bisa bertingkah seperti itu tadi malam...."

Dari belakang sini –mengabaikan penampilannya yang erotis, dia nampak menyedihkan. Meskipun aku tetap tidak menyesal, aku menjadi semakin bersalah. Apakah aku harus menghiburnya?

Namun saat aku ingin bangkit, kakak perempuanku melepaskan telapak tangannya dari wajahnya, lalu mendesah sambil memijat pelipisnya. Dia kemudian menatapku.

"Tenang saja Ou. Aku tidak menyesali apa yang telah kita lakukan dan aku tidak akan marah padamu. Lagipula aku seharusnya sudah menduga ini dari tadi malam sih... Ugh. Ou, kamu harus memberitahu orang tua kita nanti."

".... Baik."

Aku mendesah lega dan mengangguk. Kakak perempuanku tahu kepribadianku dengan baik, jadi bukan pilihan salah baginya untuk memerintahkanku seperti itu.

---

Setelah selesai membersihkan kamar kakak perempuanku, aku mandi untuk bersiap ke sekolah dan bersiul saat kembali ke kamarku.

Selangkanganku tidak tegang seperti biasanya pagi ini karena telah melakukan seks dengan kakak perempuanku, yang membuatku merasa terpuaskan. Ini membuatku penasaran apakah aku akan kehilangan minat untuk ejakulasi sendirian nanti.

Aku membuka pintu kamarku yang tidak terkunci dan tiba-tiba aku mendengar suara ketikan komputerku dari dalam. Aku penasaran dan langsung memasukinya.

Wanita mini telanjang terlihat. Dia menggunakan tubuhnya yang kecil untuk berdiri diatas keyboard dan melompat sana-sini.

Dia adalah Aerin. Aku hampir saja melupakannya. Aku harus berterima kasih padanya karena telah membantuku untuk membuat kalung bom ilusi dan membuat postingan palsu.

Mungkin menyadari kehadiranku, Aerin menghentikan apa yang dia lakukan dan menoleh kearahku dengan wajahnya yang masih tanpa ekspresi.

[[Oh, Master. Maaf karena Aerin meminjam komputer Anda tanpa ijin. Aerin melihat Master sangat bersenang-senang tadi malam dan memutuskan untuk tidak menganggu]]

Zou: The Lust (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang