Bab 7: Di sekolah

1.6K 67 17
                                    

Tidak, bukan terlihat seperti monster, tapi aku memang berubah menjadi monster. Tentakel cumi-cumi besar menggeliat dibelakang punggungku searah dengan jalan pikiranku.

Ini adalah bagian tubuhku. Pikiran itu langsung memasuki kepalaku. Tentakel besar berlendir dengan panjang kurang lebih 3 meter ini adalah tubuhku. Aku membuatnya kembali menghilang dengan memasukannya kedalam tubuhku dan itu bisa dilakukan.

[["The Tentacle", Master bisa mendapatkan itu lagi sebagai bonus tambahan dalam hadiah jika Anda menyelesaikan misi lebih dari sesuai harapan. Selain memiliki karakteristik dari tentakel biasa yang ditingkatkan sesuai ukurannya, itu bisa meningkatkan nafsu target yang disentuh secara bertahap]]

Aerin yang kembali berada di pundakku menjelaskan dengan suara biasa miliknya. Aku mengangguk mengerti. Aku memang mengerti. Kekuatan yang dimiliki tentakel ini sudah secara otomatis memasuki kepalaku saat aku mendapatkannya.

Ini membuatku bertanya-tanya, "Apakah kau mencoba mengubahku menjadi monster nafsu, Aerin?"

Aerin adalah sistem. Meskipun dia menyebutku sebagai Master, dia tidak bisa kukendalikan dan aku berjalan sesuai tuntunannya melewati misi yang diberikannya. Dan aku menyadarinya dari awal. Makanya aku menanyainya ini.

Aerin menggelengkan kepalanya, seolah menyadari apa yang kupikirkan.

[[Tidak, Aerin tidak berencana mengubah Anda menjadi monster nafsu atau makhluk lain yang sesuai keinginan Aerin. Sistem misi dan hadiah telah disiapkan sejak awal sebelum Aerin "tertidur lelap" dan itu benar-benar acak. Aerin tidak pernah mengotak-atik sistem itu sampai sekarang. Selain itu, ada pengaturan "penghapusan" untuk hadiah yang tidak Anda inginkan, jadi Anda tidak perlu khawatir]]

Aku mengangguk dan melihat pilihan "penghapusan" itu memang ada. Tetapi aku tidak benar-benar yakin karena Aerin sendiri yang mengendalikan sistem ini.

"The Tentacle" yang baru saja kumiliki tidak akan kuhapus sekarang. Aku tak peduli apakah itu menjijikan atau tidak, karena tentakel ini mungkin akan cukup berguna dimasa depan. Bodoh untukku jika menghapusnya hanya gara-gara jijik.

Selain itu, meski apa yang dibawa Aerin dimasa depan akan menjadi misteri, aku tak keberatan. Setelah aku menjadi Masternya, maka aku akan mengemban tugasku sebagai Masternya itu dengan sepenuh hati.

[[Itulah sebabnya..........Master]]

"Kenapa, Aerin?"

Aku merasa Aerin mengatakan sesuatu tadi. Tapi dia hanya memiringkan kepalanya, nampak bingung.

---

"Kita akan naik sepeda?"

Aku menatap bingung kepada kakak perempuanku yang mengeluarkan sepeda dari garasi rumah.

Jarak antara rumah kami dan sekolah tidak terlalu jauh. Jadi selama kami berjalan kaki menuju sekolah pada pagi hari, kita akan sampai tanpa terlambat.

Selain itu, kakak perempuanku biasanya berangkat duluan dan jarang untuk mengajak aku berangkat bersama, jadi ini cukup aneh.

Kakak perempuanku mengangguk.

"U-Uh, kakiku masih sedikit sakit. Jadi aku ingin Ou memboncengku."

Sakit? Aku ingin melirik ke kakinya namun berhenti di bagian selangkannya. Oke... tadi malam kan malam "pertama kalinya" dia... Jadi kukira itu wajar?

Aku mengangguk dan menaiki sepeda. Saat aku membiarkan kakak perempuanku menaiki boncengan bagian belakang, tiba-tiba aku melihat dia mengamatiku sebentar dan berbicara:

"Ngomong-ngomong Ou, aku baru menyadarinya tapi entah kenapa rasanya kamu lebih tinggi?"

"Masa sih? Aku merasa tak ada perubahan apapun tadi saat bercermin."

Zou: The Lust (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang