Bab 08: Surprised

45 11 0
                                    

Jeno mempercepat gerakan kakinya begitu ia menangkap kunci mobil dari sang kakak. Melewati pintu samping rumah, remaja berambut hitam legam itu langsung berlari menuju garasi mobil.

Mungkin beberapa menit yang lalu, putra kedua keluarga Yoon ini masih memalsukan ekspresi gembiranya untuk oleh-oleh yang diterimanya dari sang kakak. Namun, untuk hadiah yang kedua, kali ini bocah itu benar-benar penasaran.

Sejak kecil Sehun selalu memperhatikan apa yang menjadi kegemaran sang adik, berusaha memberikannya jika ia menginginkan sesuatu. Meski sang ibu kerap melarang Sehun untuk tidak memanjakan adiknya itu, tetap saja ia akan memberikannya dengan beberapa syarat kecil. Misalnya, membantu pekerjaan ibunya di rumah, atau memijit punggung sang ayah jika Tuan Yoon merasa kelelahan.

Tetapi, akhir-akhir ini Sehun terlalu sibuk untuk memperhatikan hal itu. Bahkan untuk berbagi pesan, sekadar menanyakan kabar atau sekolah Jeno saja ia tidak sempat. Menyadari hal itu kadar kegembiraan di wajah sang adik menurun.

"Sepertinya Hyung tidak punya ide hadiah apa yang sebenarnya kuinginkan," ocehnya melemas.

Berdiri di samping kiri solati hitam yang menjadi tumpangan sang idola, Jeno pun langsung menuju ke bagian belakang mobil. Membuka pintu bagasi dengan kunci otomatis di tangannya, ia menemui satu buah kardus berwarna cokelat tertinggal di sudut bagasi.

"Carver?" Bak tatakan gelas kedua mata sipitnya melebar, rahangnya terpeleset jatuh mengeja tulisan yang terukir di atas kardus yang ia temui. "Yes ...!" teriaknya, mengangkat kedua lengannya ke udara, untuk kemudian berputar-putar kecil. Bagaimana sang kakak tahu jika Jeno sangat menginginkan benda itu? Meraih kotak berwarna cokelat tersebut, bocah lelaki yang kelewat gembira itu pun langsung berlari meninggalkan garasi.

Di halaman depan rumah ia duduk di atas permukaan bersemen. Jeno bergegas meletakkan kardus yang ia bawa, tak sabaran membuka segel penutupnya, dan ingin segera merakit. Dari jenis seri yang tertulis di bagian depan pembungkusnya saja pemuda itu sudah bisa membayangkan betapa kerennya surfskate yang ia dapatkan ini.

Carver Lost Rad Ripper-C7 Complete dengan ukuran tiga puluh satu inci menyapa pandangan Jeno dengan model simpel nan artistik. Di bagian board (papan) yang memiliki kepala berbentuk meruncing dan ekor lancip berbelah tengah seperti buntut ikan. Yah, jika diperhatikan sekilas papan seluncur ini memang meniru bentuk tubuh ikan.

"Woah, ini benar-benar keren!" Membawa bagian board ke atas pangkuannya, Jeno menyapukan jemarinya kagum pada bagian belakang papan seluncur tersebut.

Untuk sisi yang tak akan terlihat saja, surfskate ini justru dihiasi dengan lukisan ombak tiga dimensi. Paduan warna hijau, biru, dan juga putih terlihat begitu hidup, membias mata seolah tengah menatap ke tengah laut lepas. Tak ketinggalan warna oranye pada bagian ujung kepala papan, seolah mewakili indahnya langit sore.

Ujung bibir meruncing penuh, menggaris bersamaan dengan kedua netra sipitnya. Membalik board di atas pangkuannya untuk menyapa sisi depan papan seluncur tersebut, Jeno justru terkikih dengan kesederhanaan desain yang didapatnya. Warna hitam mendominasi, bersahabat dengan garis putih yang membelah di tengah-tengah. Tulisan 'Carver' dan logo brand tersebut terpatri di sepertiga bagian ekor papan.

Mungkin karena bagian depan papan nantinya akan bersahabat dengan kedua telapak kaki ataupun sepatu, rasanya sangat disayangkan jika memiliki gambar yang bagus. Ada-ada saja asumsi pemuda itu, membuat ia menggelengkan kepala karena kekonyolannya sendiri. Ia tahu Carver memiliki konsep desain yang terbilang unik.

Meletakkan board miliknya ke samping, ia pun mulai mengeluarkan bagian-bagian surfskate lainnya dari dalam kardus. Sekilas membaca petunjuk perakitan yang tertulis dalam Bahasa Inggris, Jeno cukup percaya diri bahwa dia memahami dengan betul instruksi yang disajikan, bahkan gambar bantuan yang ada juga nampak mudah dimengerti.

Memasangkan baseplate (plat dasar) yang nantinya akan digunakan sebagai pondasi penghubung atau penahan tekanan dari papan ke truck (logam penyangga) berbentuk T yang menyambungkan papan dengan roda. Cukup mudah menurutnya, bahkan Carver seri lengkap ini juga menyediakan alat pengencang kingpin (baut besar) dan nuts (sekrup) di dalam bushing (karet besar) yang membalut kingpin, agar papan seluncur dapat berbelok dan memutar dengan lancar.

Setelah merakit semua komponen sesuai petunjuk, Jeno memastikan sekali lagi bahwa alat penyangga sudah terpasang kuat, pun roda-roda papan berputar dengan baik.

"Akhirnya!" teriaknya bangga. Membereskan peralatan merakitnya ke dalam kardus dan meletakkannya ke tepi, Jeno menatap hasil rakitannya dengan puas.

Sudah beberapa bulan yang lalu Jeno sangat ingin memiliki papan seluncur. Namun, tiap kali ia meminta kepada ibunya, Nyonya Yoon selalu memintanya untuk menunggu setelah ujian semester selesai. Frustasi, membuat pemuda itu berinisiatif mengumpulkan uang sakunya sendiri. Yah, sekiranya membeli produk lokal yang cukup murah. Namun, tidak disangka-sangka Sehun justru membelikannya Carver, brand luar yang terkenal cukup mahal. Jeno benar-benar bersyukur atas oleh-oleh yang ia dapat kali ini.

Beranjak dari posisi duduk, Jeno sudah tak sabar untuk mencoba papan seluncur miliknya. Bermain di halaman rumah, atau mungkin berkeliling kompleks perumahan terdengar menyenangkan sepertinya.

"Kau menyukainya?" tanya Sehun yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah.

Jeno mengurungkan langkahnya, berbalik cepat ke arah sang kakak. Kedua sudut bibirnya melengkung sempurna. Tanpa aba-aba pemuda itu berhambur ke arah Sehun dan memeluk lelaki itu.

"Terima kasih, Hyung!" ujarnya girang. Melepas pelukan, senyuman lebarnya masih melekat jelas. "Apa Eomma yang memberitahumu?"

Sehun mengangkat alis, menggeleng singkat sebagai jawaban.

"Lalu, bagaimana Hyung bisa tahu?" Kedua alis yang tadi terangkat gembira seketika mengerut. Kalau bukan sang ibu, siapa yang memberitahu Sehun tentang hal ini.

"Hyung melihatnya di instagram. Sepertinya bermain surfskate sedang populer di kalangan remaja. Jadi, Hyung pikir Jeno akan menyukainya."

Jeno kembali berhambur ke arah sang kakak. Setidaknya Sehun memiliki insting yang cemerlang kali ini. "Apa Hyung ingin mencoba?" tawarnya penuh persahabatan. Namun sayang, Sehun kembali menggeleng. Membuat sang adik menghela napas kecewa.

"Besok kan hari Minggu, kau memiliki lebih banyak waktu untuk mengajariku." Mengulurkan tangannya dan mengacak rambut sang adik, sang idola pun terkikih gemas. Ia benar-benar lega karena Jeno menyukai hadiah pemberiannya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan bermain dulu di halaman rumah." Mengambil surfskate yang sempat terabaikan, pemuda itu langsung berlari menuju halaman depan. Tak lupa melambaikan tangan ke arah sang kakak.

Suara teriakan antusias terdengar dari tempat sang adik bermain saat Sehun kembali memasuki rumah.

Tbc...

*Gak update seminggu berasa seabad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Gak update seminggu berasa seabad. Wkkkk, Pi lagi mode malas nulis plus sibuk juga. Hmmm, jadi part kali ini cuma seadanya.

Anyway, enjoy the chapter. I'll see you next time.

Love,
Pi ❤

Runaway RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang