Bab 17: Swerve To Surf

23 9 0
                                    

Nyatanya cukup menyenangkan mengawali perekaman dengan kegiatan Q and A singkat. Manajer Kang pikir segmen tanya jawab cepat antara kakak beradik Yoon akan berakhir dengan saling mengolok. Tetapi, tawa dan canda justru mewarnai segmen tersebut.

Yah, norma persaudaraan memang seperti itu adanya. Meski sering terlibat dalam percekcokkan satu sama lain, tetapi kepedulian dan rasa sayang itu tak kau pungkiri ada di sana. Seperti hubungan Sehun dan Jeno saat ini.

Setelah menyelesaikan cerita konyol yang lebih sering datang dari sang idola. Mereka pun memutuskan untuk melanjutkan ke program inti. Bermain surfskate di halaman rumah keluarga Yoon, seperti yang sudah Jeno janjikan untuk mengajari sang kakak sebagai rasa terima kasihnya atas hadiah yang ia terima.

Beralih dari lokasi pertama, ketiganya pun mulai bersiap-siap. Manajer Kang dengan penempatan kameranya, sementara Sehun dan Jeno mulai menggunakan alat pelindung diri, seperti helm, penutup siku, dan juga lutut. Mungkin mereka tidak akan melakukan gerakan ekstrem, mengingat Jeno bukan peseluncur profesional, dan Sehun sendiri belum pernah mencoba bermain surfskate sama sekali. Namun, mereka tetap mengedepankan keselamatan diri.

"Aku akan mengajari Hyung gerakan dasar saja. Itu karena aku juga belajar secara spontan dari menonton video di youtube," jelas Jeno begitu keduanya siap di depan kamera untuk menyapa penggemar Sehun yang kedua kalinya.

Sang idola mengangguk mengerti. Meraih pundak sang adik, dan keduanya pun tersenyum manis ke arah kamera.

"Jadi, apa yang akan kalian lakukan hari ini?" tanya Manajer Kang, kembali menjabat tugas naratornya.

Duo kakak beradik mulai memamerkan alat keselamatan diri yang mereka pakai. Tak lupa sepasang sneakers nyaman yang membalut kaki mereka, dan lucunya lagi Sehun dan Jeno mengenakan gaya pakaian yang sama, kaos dengan celana pendek. Mungkin hanya kebetulan saja, yang jelas dua pemuda Yoon ini terlihat kompak setelah beberapa hari terakhir selalu bertingkah seperti kucing dan anjing.

"Jika dilihat dari yang kita pakai, mungkin penggemarmu mengira kita akan pergi bersepeda, Hyung." Alih-alih langsung menjawab pertanyaan sang manajer, Jeno melemparkan teka-teki.

Sehun terkikih mendengar hal itu, berusaha menahan tawa, sebelum ia meninggalkan Jeno sebentar untuk mengambil surfskate yang mereka simpan saat bermain Q and A tadi.

"Tara ... ini yang akan kita mainkan hari ini." Kembali dengan surfskate di tangannya, sang idola terlihat sudah tidak sabar. "Aku belum pernah memainkannya, jadi Jeno akan mengajariku bagaimana caranya."

"Apa kau sudah siap, Hyung?"

"Tentu saja sudah. Let's go!"

***

Keduanya berlari ke halaman depan yang lebih luas. Jalur masuk yang mengelilingi lapangan rumput di depan rumah ini memanjang dari pintu gerbang hingga ke pintu depan. Jaraknya yang cukup jauh, cocok sekali mereka gunakan sebagai medan bermain surfskate tanpa harus keluar pekarangan.

"Aku akan mengajarimu bagaimana memposisikan kedua kaki di atas deck (papan), kau harus bisa berdiri di atas surfskate dengan seimbang," Jeno mulai memperagakan, pun Sehun yang memperhatikan sang adik dengan saksama.

Pertama-tama ia mengajari Sehun bagaimana memposisikan kedua kakinya secara benar di atas deck. Untuk orang biasa yang dominan menggunakan tangan kanannya saat beraktifitas, maka posisi kaki kiri berada di depan sedangkan kaki kanan berada di belakang. Sebaliknya untuk orang kidal, kaki kananlah yang berada di depan dan kaki kiri berada di belakang.

"Itu artinya saat aku naik ke atas papan, posisi kedua kakiku harus sedikit miring?" tanya Sehun setelah Jeno memperagakan sedikit.

"Iya, Hyung. Itu agar kita bisa mengontrol gerakan papan dan mengikuti alurnya. Aku akan memperagakannya sekali lagi."

Untuk menaiki surfskate, Jeno memulainya dengan meletakkan kaki kirinya lurus di atas papan, dan kaki kananya bertumpu pada jalan. Mengayunkan kaki kananya untuk mendorong papan agar bergerak, dengan santai ia turut mengangkat kaki kanan tersebut dan meletakkannya di atas papan, otomatis kedua telapak kakinya berubah posisi menjadi miring.

"Ingat, Hyung. Kaki kirimu harus kau letakkan di bawah truck, dan ujung-ujung jari tepat di belakang tepian papan, jika telalu menjorok ke depan kau bisa jatuh. Begitu pun kaki kananmu, letakkan di belakang truck agar lebih nyaman. Untuk menggerakkan papan, kita bisa memulainya dengan menggerakkan pergelangan kaki."

Sehun mengangguk, memperhatikan Jeno yang mulai mengitari halaman depan dengan gerakan konstan dan sedikit lambat. Itu karena ia ingin memperlihatkan Sehun gerakan pergelangan kaki terlebih dahulu. Setelahnya ia pun sedikit menekuk lutut, memutar papannya untuk menghasilkan akselerasi.

Setelah memperagakan kombinasi gerakan pergelangan kaki dan lutut, Jeno menambahkan gerakan pinggul dan pundak saat ia mempercepat laju papan. Menekuk lutut, dada dengan posisi di depan lutut. Seperti sebuah kompres, gerakan menekuk dan meluruskan lutut diikuti gerakan pinggul dan kedua pundak menyesuaikan seperti ombak, Jeno dengan santainya memadukan keseimbangan dan kecepatan laju surfskate. Mengitari halaman rumahnya untuk beberapa saat sebelum ia berhenti di hadapan Sehun.

"Wow, kau benar-benar lincah." Bertepuk tangan, Sehun memuji kelihaian sang adik. "Aku tidak yakin aku bisa melakukannya dengan cepat."

"Kau pasti bisa, Hyung. Untuk gerakan dasar tidak terlalu sulit." Jeno pun menyemangati.

***

Teori memang lebih mudah dibandingkan praktik. Itulah yang tengah Sehun rasakan saat ini. Mengamati Jeno mencontohkan gerakan dasar terlihat begitu gampang menurutnya. Namun, ketika ia mencoba melakukannya sendiri, Sehun harus gagal berkali-kali.

Untuk berhasil berdiri seimbang di atas surfskate saja ia harus mencoba hingga lebih dari sepuluh kali. Ada-ada saja kecerobohan kecil yang sepertinya tak luput untuk pria tinggi itu lakukan.

Mulai dari terlalu kaku saat memiringkan posisi telapak kaki, hingga tanpa sadar Sehun menempatkannya terlalu mundur. Hampir saja ia terjengkang ke belakang jika saja Jeno tak cepat meraih tangannya dan membantunya berdiri.

Tidak hanya itu, ketika ia mengayunkan kaki kanan sebelum naik deck, tanpa sadar ayunannya terlalu kuat hingga surfskate yang ia tumpangi terselip. Pun pantat sang idola berakhir mencium permukaan jalan. Terjatuh dengan tidak elegan membuat sang idola menghembuskan napas berkali-kali.

"Woah ... woah ... Jeno-ya, haruskah aku menekuk lutut sekarang dan meluruskannya lagi?" teriak Sehun begitu ia berhasil berdiri seimbang dan menggerakkan surfskate.

Jeno tertawa, mengikuti gerakan lambat sang kakak, dan berlari di sampingnya. Ia takut jika sewaktu-waktu Sehun akan terjatuh lagi. "Pelan-pelan saja, Hyung. Kuasai dulu iramanya, baru lakukan gerakan yang lebih sulit."

Meski penuh perjuangan, tetapi Sehun terus berusaha dan tak patah semangat. Memperhatikan arahan sang adik hingga ia berhasil mengombinasikan seluruh gerakan yang Jeno ajarkan tadi. "Woohoo, sekarang aku bisa berputar dan berhenti dengan tampan," seru sang idola. Penuh percaya diri ia mengitari halaman rumah beberapa kali, hingga ia berhasil kembali ke hadapan Jeno dengan mulus.

"Selamat, Hyung. Kau bisa menguasai gerakan dasar dalam waktu singkat. Bagaimana kalau kita bertanding?" Jeno mengangkat alisnya menantang.

Sehun menghela napas, menggeleng kecil untuk menolaknya. "Biarkan aku bernapas dulu sebelum kau mengalahkanku lagi."

Jeno tertawa. "Kalau begitu, Hyung harus membeli satu buah surfskate lagi, agar kita bisa bermain bersama saat kau tidak sibuk." Mengeluarkan kepalan tangan ke arah sang kakak, putra kedua keluarga Yoon seolah menagih janji.

"Pasti!" Sehun membalas kepalan tangan sang adik, pun senyum lega tersulam di bibirnya.

Tbc...

*Bab 17 di sini. Akhirnya duo Yoon kita akrab juga ya.

Sampai bertemu di bab selanjutnya.

Love,
Pi ❤

Runaway RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang