12 | Look at me

10.5K 2K 175
                                    

12 | Look at me

"Yes, when you love it, when you understand why he did it."
Kalimat itu menjadi hal yang membuat pikiran Ally sempat teralihkan dari rapat terakhir sebelum keberangkatan misi. Ia juga nyaris kehilangan konsentrasi saat Renato bicara, memberi tahu beberapa hal pada Snake, pimpinan Elite Force yang ditugaskan sebagai tim back up.

"Aku tahu kalian mampu melacak kami, tapi bagaimana aku memilih strategi untuk mengamankan perempuan itu, kalian tidak perlu ikut campur. Aku tidak berbagi amunisi, senjata, obat atau makanan. Jika salah satu dari kalian membuat kesalahan, mengacaukan misi, itu bukan urusanku." Renato kemudian mengendikkan dagu kepada Ally yang duduk di sampingnya. "Aku akan mengeluarkannya dari Hasnaba sesuai jadwal yang sudah disepakati, kalian ada di sana atau tidak pada hari itu, aku tidak peduli, pesawat akan tetap berangkat sesuai jadwal."

"Bagaimana kau akan memilih strategi, Snake tetap harus tahu, Ally adalah prioritas, kami tidak ingin menjauhkannya dari Dawlad Khabib hanya untuk berakhir ditawan penjahat lain," kata Willya dengan raut serius.

"Aku tidak tertarik menawan perempuan merepotkan."

Langit hampir gagal menahan tawa, tapi menyadari bahwa Ally dan Willya meliriknya membuat lelaki tua itu segera berdeham untuk mentralkan suasana. "Nate, kau sendiri yang berkata bahwa orang lain boleh memimpin, Snake harus tahu cara kerjamu, dia perlu melapor pada kami, ini misi yang segala hal di dalamnya melibatkan tanggung jawab kami semua."

"Aku akan membawa negosiator itu keluar dari Hasnaba dengan selamat," ulang Renato seolah menegaskan kemampuannya.

"Sampai Ally kembali ke sisiku, aku menolak mempercayai begitu saja." Willya bersikukuh dan menatap Langit lekat. "Dia harus tetap melaporkan segalanya pada Snake."

"Selama kau menjamin keselamatan saudaraku dan keluarganya, aku akan menjamin hal yang sama untuk keponakanmu," kata Renato lalu memutuskan berdiri dari duduknya. "Aku harus mempersiapkan senjataku, dan tentang aturanku tadi, aku tidak akan mengubahnya."

"Nate..." panggil Langit ketika Renato hendak berjalan ke pintu keluar.

"Ah, satu hal lagi, ketika kami kembali, saudara kembarku dan keluarganya harus berada di tempat yang sama untuk pertukaran... aku tidak akan menyerahkan perempuan itu tanpa memastikan segala hal tentang saudara kembarku dalam keadaan baik."

"Sedikit luka mungkin tidak bisa dihindari," komentar Willya.

"Tidak sulit juga membuat sedikit luka pada keponakanmu," kata Renato dan ketika Willya beralih menatap Langit untuk protes, Renato menambahi. "Perhatikan bagaimana kau memperlakukan saudaraku, karena itu juga berkaitan dengan bagaimana aku memperlakukan keponakanmu... yakinlah, jika terjadi sesuatu terhadap Dean, akulah penjahat terburuk yang harus kalian hadapi."

Setelah mengatakan itu Renato berlalu pergi.

"Apa yang sudah Dean Harshad lakukan terhadapnya?" tanya Ally pada Langit.

"Hidup dengan benar di dunia, menggantikannya," jawab Langit lalu memandang Willya yang mulai meremasi kertas rincian misi. "Tenanglah, Nate sangat berbakat dalam hal ini, sulit untuk dipercaya, tapi jika berkaitan dengan Dean... dia akan melakukan apa saja."

"Aku bisa menghabisinya sebelum kita kembali ke Jakarta," kata Snake.

Langit menggeleng tegas, "Pengkhianatan selalu membutuhkan hal yang sangat mahal sebagai bayaran, jangan coba-coba melakukan itu."

"Dia toh seharusnya layak dengan hukuman mati, atas apa yang—"

"Ikuti perintahku!" sela Langit dan kemudian menoleh pada ketua tim yang dipilihnya itu, memberi tatapan serius. "Kau sama sekali tidak tahu, dengan siapa kau berhadapan, dan percayalah... Renato Aldern tidak bercanda ketika mengatakan dia dapat menjadi penjahat terburuk yang harus kalian hadapi."

The Last MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang