17 | Misi kemanusiaan

9K 2K 90
                                    

17 | Misi kemanusiaan

Sesuai dengan yang tadi Renato perkirakan, Ally bisa mendengar sahutan suara yang mengira dua orang penjaganya tertidur. Mereka mengabaikan dua orang itu dan lebih peduli dengan muatan yang didapatkan. Ally berusaha memastikan pendengarannya, ada beberapa bahasa arab kuno yang dipakai, ia mendengar suara perempuan, juga anak-anak.

"Step right behind my back," kata Renato.

Ally tahu itu, karenanya ketika mereka diminta turun, ia sehati-hati mungkin mengikuti langkah Renato. Udara terbuka terasa cukup lembab, angin membawa bau asap, daging, dan bakaran umbi-umbian.

Terasa todongan senjata di belakang kepala Ally, sekaligus kalimat perintah.

"Mereka ingin kau langsung memeriksa Hudas, dia terkena tembakan dan menurut tabib yang mereka miliki, posisi pelurunya tidak diketahui, mereka sudah mencoba mengeluarkannya selama seminggu ini," kata Ally dan segera menambahkan saat terdengar seruan serius. "Mereka ingin kau mengatakan dulu apa masalahnya, setelah itu baru melakukan tindakan medis, jika kau sembarangan melukai, mereka akan menembakku."

"Katakan aku mengerti," kata Renato.

Ally menerjemahkannya dan mendapatkan perintah lanjutan sembari meneruskan langkah, "Kita akan dibawa ke tempat Hudas berada, kau dilarang melihat selain ke area luka."

"Aku mengerti," ulang Renato lagi.

Terdengar Ally menerjemahkan itu dan ada sahutan suara perintah bahwa muatan yang berisi peralatan medis harus dikeluarkan lebih dahulu. Mereka melangkah cukup jauh, Ally tidak merasakan kelembaban lagi melainkan suasana hangat, terasa sedikit embusan angin, suara tumbukan dan bau dedaunan basah.

"Mereka bertanya, apa yang harus lebih dulu dilakukan sebelum memeriksa," kata Ally saat terdengar suara perintah.

"Lepaskan tanganku, biarkan aku mencuci tangan, berikan aku sarung tangan."

Ally menerjemahkan itu dan merasa dirinya dihentikan, sementara suara langkah Renato terdengar menjauh. Ally segera berkata suaminya tidak akan memahami apapun tanpanya. Saat itulah ia dibiarkan melanjutkan langkah.

Ada suara kucuran air dan kemudian Renato bicara, "Katakan pada mereka untuk memegangi senter dengan benar, tepat pada lukanya."

Ally menerjemahkan itu, terdengar suara-suara tanya, perdebatan tentang apa yang disebut senter. Ally segera memanfaatkan kesempatan itu, menawarkan dirinya untuk bisa membantu mencarikan barang-barang yang dibutuhkan.

"Kenapa kau selalu ingin terlibat dalam segala hal?" tanya suara yang menodongkan senjata ke kepala Ally, nada suaranya penuh peringatan.

"Aku hanya ingin segera menyelesaikan ini dan jika bisa segera kembali ke markasku."

"Jika tujuanmu adalah kembali ke markas, kenapa kau memberitahu identitas suami doktermu dan melibatkan diri."

"Kami relawan kemanusiaan, ini memang tugas kami... jika bisa, kami juga harus memastikan keadaan tiga tawanan yang tersisa, markas tidak akan mengirimkan tebusan sebelum kami memastikan tiga tawanan yang tersisa masih hidup."

Renato mendengarkan percakapan itu dengan waspada, ia bisa menyadari bahwa di suatu bagian kepala Ally pasti ditodong senjata. Satu-satunya yang membuat Renato tidak memunculkan hawa pertarungan adalah suara Ally yang masih sangat tenang sekaligus terkendali.

"Suamimu dokter yang mencurigakan, jika kau juga bertingkah mencurigakan, kepalamu yang akan lebih dulu berlubang."

Ancaman itu seharusnya mendiamkan seorang dalam posisi tertawan seperti Ally, tapi Renato mendengar perempuan itu masih menanggapi.

"Jika kami dapat menyelamatkan pemimpinmu, maukah kalian berjanji satu hal?"

Mendengar itu, Renato sadar bahwa Ally benar-benar negosiator alami, perempuan itu tahu persis bagaimana mengambil kesempatan negosiasinya. Lawan bicaranya bahkan tidak terdengar menyadari cara-cara Ally berusaha meloloskan diri.

"Jika Hudas sembuh, kami akan memulangkanmu ke markas, tapi suamimu tidak."

"Aku tahu kalian akan menahan suamiku, karena itu jika pimpinanmu sembuh berjanjilah untuk membiarkan aku tetap hidup bersamanya di sini."

"Hudas memperistri semua perempuan di sini."

"Kecuali aku, aku milik suamiku."

Itu adalah percakapan paling menggelikan yang pernah Renato dengar, tapi tampaknya apa yang mereka bicarakan menimbulkan cukup banyak perdebatan di sekitar. Renato mendengar beberapa suara menyahut bersamaan. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Ally asing dan tidak layak hidup dalam lembah mereka. Bahasa Arab yang mereka gunakan terdengar sedikit lebih kuno, membuat Renato tidak memahami beberapa istilah yang diucapkan. Tapi inti dari perdebatan itu adalah mereka ingin sang dokter melihat lebih dulu situasinya.

Renato mendengar suara langkah Ally mendekat kepadanya.

"Mereka bersikeras kau harus memeriksanya dulu," kata Ally.

"Aku selesai mencuci tanganku," sahut Renato dan penodongnya mengarahkan ke suatu tempat.

Ada bau yang cukup menyengat ketika mereka berhenti kembali, suara beberapa perempuan entah membacakan mantra atau puji-pujian dalam suara cepat dan serempak. Dengan satu perintah tegas, suara-suara itu berhenti kemudian suara langkah-langkah berlalu pergi.

"Mereka memintamu bergerak ke kanan empat langkah dan kemudian kau harus berlutut, kedua tanganmu harus berada tepat di samping kepala, setelah itu mereka akan membuka penutup matamu," kata Ally.

Renato mengangkat kedua tangannya, seperti yang diperintahkan, lalu bergerak ke kanan, ketika berlutut tercium bau yang lebih tajam lagi. Renato malas memperkirakan apa yang akan dihadapinya.

"Mereka akan membuka penutup matamu sekarang, jangan membuat gerakan apapun dan katakan apa yang kau lihat agar aku bisa menerjemahkannya," kata Ally.

"Aku mengerti," kata Renato lalu merasakan tangan menyentuh simpul di belakang kepalanya, membuka penutup matanya.

Lukanya tidak seburuk yang Renato duga, meski tetap menjijikkan. "Dia mengalami sepsis, lukanya bernanah dan terjadi pembengkakan... dia harus segera dibersihkan ulang, dilarang memberikan tumbukan dedaunan apapun lagi, semua ini memperparah infeksi pada lukanya."

Ally menerjemahkan itu dengan cepat dan mendapatkan sahutan, "Mereka bertanya apakah penyakit itu menular?"

"Tidak, katakan pada mereka dia harus dibersihkan sesegera mungkin, selanjutnya kau harus membantuku memberikan perawatan, dia butuh suntikan morfin, pembedahan, lalu injeksi cairan, dia juga akan dibalut ulang dengan kasa bersih."

Ally menerjemahkan itu dan orang-orang bergerak cepat, beberapa diantara mereka juga mengernyit jijik ketika menyingkirkan tumbukan daun berlendir, menunjukkan tubuh infeksi dibawahnya. Renato yakin bahkan dengan pertolongan medis modern, sekaligus mendatangkan dokter terbaik, lelaki ini tidak akan hidup lebih lama dari tiga hari. Dalam diam dia memikirkan cara membuat tubuh yang hampir busuk ini menjadi terlihat lebih hidup.

Terdengar suara langkah, Ally diminta mendekat berikut suara muatan bergeser.

Sial! Renato memaki dalam hati ketika mendengar suara perintah.

"Mereka memintaku membantumu membersihkan si pasien," kata Ally.

"Tidak, aku bisa melakukannya sendiri, kau urus saja alat-alat medis dan obat yang kubutuhkan," kata Renato, ia yakin Ally pasti akan muntah melihat apa yang harus dihadapinya.

Terdengar suara bentakan dan Renato mendapati Ally sudah berlutut di sisinya.

"Katanya, pimpinan mereka menyukai sentuhan perempuan, jadi aku harus melakukan ini."

[ to be continued . . . ]

The Last MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang