Changbin menggigil, tubuhnya meriang.
Ia sama sekali tak paham kenapa tubuhnya menjadi selemah ini hanya karena kehujanan-dan bergulat dengan babi hutan liar-padahal obat selalu ia minum tepat waktu, makanpun tak pernah terlewat barang sedetik karena Felix mengantarkan makanan ke kamar dengan senang hati.
Ini hari keduanya berada di tempat yang dia sendiri tidak tahu dimana, semua asing dan dia punya banyak sekali pertanyaan yang sudah menumpuk di otaknya. Tapi ia bisa apa kalau tubuhnya saja tak membiarkan ia punya waktu berpikir karena yang ia tahu hanya satu:
Dingin, Demi Tuhan ini sangat dingin!
Kemarin pun ia hanya bisa berbaring lemah di kasur sampai-sampai pergi ke kamar mandi pun ia perlu dituntun Felix karena untuk berdiri saja rasanya sulit. Ia merasa tak enak, terlalu merepotkan si tuan rumah, ingin cepat sembuh tapi sialnya tubuhnya malah semakin lemah.
"God, are you okay, Bin?" Felix panik, ia berlari kecil untuk menghampiri Changbin. Melihat bagaimana tubuh si surai kelam yang menggigil bukan main. "Tunggu sebentar, gue ambilin selimut."
Changbin hanya bisa mengangguk pasrah.
Tak usah menunggu lama, Felix membawa dua buah bed cover dalam pangkuan, bahkan hampir menutup pandangannya sendiri saking tebalnya.
Ia letakan keduanya di ranjang, di bentangkan satu persatu dari ujung ke ujung agar menutupi tubuh Changbin rapat-rapat.
Felix cemas, Changbin masih meracau bilang kedinginan. Semua selimut yang ia punya sudah dikelurkan, Pemanas ruangan juga sudah ia hidupkan.
Atau ....
Felix menggeleng, menolak mentah-mentah ide yang sempat terlintas di kepala.
"F-fel, dingin ..." ucap Changbin.
Felix semakin panik, satu-satunya cara cuma satu.
"Bin, m-mau gue peluk?" Ungkapnya, gemetar karena gugup. "Hmm, itu ... gue pernah baca kalau hug each other bisa bikin hawa jadi lebih hangat, gue nggak ada selimut lagi jadi kalau lo nggak keberatan ...."
"If you don't mind, then do it. G-gue kedinginan."
Felix menguatkan kepalan tangannya diam-diam. Gila, idenya gila tapi nggak ada cara lain.
Si surai blonde pergi ke sisi ranjang, menyingkap tiga selimut tebal dan masuk kedalam, membenamkan tubuh kecilnya pada tubuh Changbin yang masih menggigil.
Tangan mungilnya ia lingkarkan, melusup antara lengan dan pinggang Changbin, usap punggung si surai kelam untuk menenangkan.
"Fel ..." panggil Changbin lemah, matanya masih ditutup rapat.
"Hmm?"
"Sorry, gue nyusahin."
Felix tersenyum, ia eratkan rangkulannya, rapatkan tubuhnya pada pria didepannya yang juga mendekapnya dengan erat. Kepalanya ia sandarkan dia di ceruk leher Changbin, membuatnya hidungnya menghidu aroma citrus dari tubuh Changbin yang entah kenapa menenangkan Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
Birth-die
FanfictionKelahiran felix membawa kutukan. Setiap hari ulang tahunnya, orang terdekatnya akan mati satu persatu tanpa sebab yang jelas. Setelah pergulatan batin yg hebat karena rasa sakitnya ditinggalkan, felix memilih hidup mengurung diri di hutan. Seakan hi...