Empat

94 18 2
                                    

Beberapa hari tinggal bersama Changbin membuat Felix terbiasa akan sosok si surai kelam yang kadang buat ia kesal juga senang dalam waktu yang bersamaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari tinggal bersama Changbin membuat Felix terbiasa akan sosok si surai kelam yang kadang buat ia kesal juga senang dalam waktu yang bersamaan.

Felix terbiasa bangun di pagi hari dengan sarapan dan segelas susu, kopi, atau minuman aneh super duper enak yang sudah disiapkan Changbin di meja. Terbiasa akan jendela juga pintu yang sudah terbuka agar sirkulasi udara lancar bahkan ia terbiasa akan wastafelnya yang bersih tanpa adanya bekas piring kotor yang berserakan.

Felix adalah tipe orang yang akan menumpuk semua alat makannya setelah makan dan baru ia cuci esok hari. Tapi semenjak Changbin disini, pria itu selalu mencuci semuanya tepat setelah makan.

Bukan hanya itu, bahkan tugas rumah yang lain pun Changbin kerjakan sendiri tanpa diminta ataupun disuruh.

Felix sampai bingung, ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Selama ini ia sedang menampung orang yang kesakitan dan terjebak di tengah hutan atau menyewa seorang asisten rumah tangga sih sebenarnya?

Jelas bukan yang kedua.

Felix pusing terlebih melihat Changbin yang sibuk mondar-mandir dengan mesin penyedot debu seperti sekarang ini.

"Biar gue ajadeh mending, Bin. Pusing lihat lo bolak-balik kayak setrikaan."

"Kan gue pegang mesinnya, lo pikir dia punya kaki jadi bisa jalan-jalan sendiri? Gimana sih lo, Fel."

Felix kerucutkan bibir, ia yakin kalau saja ada penghargaan manusia paling menyebalkan di dunia ini Changbin pasti masuk nominasi atau bahkan dia yang ada di urutan pertama dan menjadi juaranya.

"Gue ajalah sini, tinggal dikit gue lanjutin masa dari tadi lo doang yang kerja."

"Nggak usah udah, lo duduk aja cemilin pringles rasa keju kesukaan lo yang bahkan lo setok sampai sepuluh kardus."

Felix mendengus sebal, tangan kanannya suapkan keripik kentang untuk sumpal mulutnya yang gatal ingin menimpali ucapan Changbin dengan kasar.

Selain menyebalkan ternyata Changbin suka memaksa, memaksa kerjakan semua pekerjaan rumah bikin si tuan rumah jadi tak enak hati.

Felix awalnya memang nggak mau, bahkan ngga ngebolehin apalagi Changbin masih luka.

"Bin, lo kenapa nggak bisa diem deh? Lo masih luka kalau lupa."

"Luka gini doang nggak masalah Fel. Cuma luka robekan, nggak ganggu gue buat beraktifitas apalagi cuma ngerjain kerjaan rumah."

"Ya iya sih, tapi masalahnya sekarang gue yang bingung."

"Bingung kenapa?"

"Gue jadi nggak ngapa-ngapain gini, bosan."

Changbin terkekeh kecil, sedangkan Felix buang muka, kembali melirik keripik kentang yang ia simpan di meja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Birth-dieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang