5. PERTIMBANGAN BESAR

8 2 0
                                    

Kenapa hal yang kita takuti justru sering terjadi sih?

~Lovia Sahara~

_________________________

5. Pertimbangan Besar

Hampir seminggu belakangan Lovia mengurung diri di dalam rumah. Kali ini benar-benar mengurung diri tanpa keluar sedikitpun. Biasanya ketika Lovia memilih mengurung diri di kamar, Aldan dan Diandra selalu merecokinya, entah itu menyeretnya ke mall atau paling tidak nongkrong di kafe.Tapi kali ini tidak lagi, Lovia berhasil menjalankan misi mengasingkan diri di kamar selama seminggu penuh. Bahkan ketika hari pertama menstruasi-nya dan kebetulan pembalutnya habis, ia memaksa Abang Arez-nya untuk membelikan benda sakral itu tanpa mau penolakan. Lovia benar-benar takut keluar rumah, lebih tepatnya takut apabila tanpa sengaja berpapasan dengan Diandra atau Aldan mengingat Lovia belum menemukan ide apapun untuk menggagalkan rencana pertunangannya dengan Aldan.

Selama seminggu pula kesibukan Lovia hanya berputar pada berkutat dengan bertumpuk-tumpuk novel, berhadapan dengan laptop yang menampilkan drama korea yang belakangan sedang digandrungi oleh teman-temannya, dan membuka akun media sosialnya yang selalu pakai nama samaran. Selebihnya hanya mandi, makan, tidur, dan bangun. For your info, walaupun Lovia terlihat seperti introvert, sebenarnya tidak terlalu begitu. Lovia tau tentang film-film drama korea yang selalu teman-temannya bicarakan, bahkan EXO sampai BTS Lovia hafal semua personilnya. Lovia juga selalu update berita yang sedang viral di Instagram ataupun video-video yang sedang hits di Tik Tok. Lovia hanya kurang meng-highlight dirinya sendiri di depan muka publik. Lovia tidak suka jadi pusat perhatian, maka dari itu Lovia selalu nyaman dibalik nama samaran di setiap akun media sosialnya juga pura-pura tidak tau tentang apapun yang sedang ramai dibicarakan teman-temannya.

Ujung minggu yang tidak ada bedanya dengan hari-hari biasa Lovia belakangan ini Lovia pakai untuk membaca satu novel terjemahan karya Rebecca James setebal 283 halaman. Novel lama yang sudah Lovia baca berulang kali dengan alasan buku itu adalah novel pertama yang Lovia miliki sebelum ia menjadi pecandu novel.

"Hufftt!" Lovia melempar tubuhnya ke belakang sehingga menabrak bed super empuk dan nyaman miliknya meski nyatanya tidak senyaman itu. Mau seberapa suka dan nyaman Lovia di dalam kamarnya, tetap saja rasanya bosan karena pemandangan hanya itu-itu saja. Kali ini Lovia menyesal karena selalu menolak ajakan Aldan dan Diandra untuk nongkrong sebelum semua masalah terjadi. Nyatanya refreshing itu perlu.

Jam dinding menunjukkan pukul lima sore. Ternyata sudah sore dan Lovia belum menjalankan ibadah salat asar. Masuk kamar mandi, Lovia dibuat menggerutu karena saluran air kamar mandi di kamarnya mampet. Terpaksa ia harus turun untuk memakai kamar mandi lantai satu.

"Halo, calon mantuku!"

Mata Lovia sedikit melebar dan mulutnya agak menganga mendengar sapaan dari seseorang yang entah sejak kapan ada di rumahnya. Walaupun posisi Lovia membelakangi, Lovia terlalu kenal dengan suara melengking dari Tante Alfiah, ibunda Aldan.

Lovia menoleh dengan gerakan senormal mungkin. Matanya menangkap Tante Alfiah yang tengah duduk di ruang keluarga bersama nyonya rumah. Bibir Tante Alfiah membentuk cengiran yang terlihat lucu dan lebih imut dari usianya yang hampir 60 tahun.

"Hai, Tan," Lovia balik menyapa dengan nada pelan.

"Sini dong duduk sama Mami, Lov!" ujar Tante Alfiah seraya melambaikan tangan agar Lovia mendekat.

Lovia dibuat menganga lebih lebar lagi dengan panggilan baru yang disematkan oleh Tante Alfiah untuk dirinya sendiri ketika berbicara dengan Lovia, 'Mami'. Seperti cara Aldan memanggil Tante Alfiah.

NEPAL VAN JAVA | Here We MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang