Posisi? Di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik tanpa kapal dan nggak bisa berenang. Tenggelam, hampir mati.
~Lovia Sahara~
****
2. Maju Mundur Salah
Perjalanan di malam hari tidak lantas membuat Lovia memilih tidur ketimbang melihat kendaraan roda empat yang berjajar di jalan protokol malam ini. Suara klakson yang bersahutan tenggelam begitu saja dari pendengaran Lovia yang telah disumpal dengan headset yang tersambung dengan ponselnya lalu memutarkan suara merdu Fiersa Besari dengan lagu berjudul 'April'. Lovia menatap ke sepanjang jalan yang dihiasi bintang-bintang terang buatan manusia yang berjajar di tepi jalan. Kerlap-kerlipnya beradu dengan lampu-lampu mobil yang berjalan maju pelan-pelan bergantian.
Lovia duduk di jok belakang sendirian dengan beberapa buah pisang di sampingnya. Di jok tengah ada mamanya dan kakak iparnya. Sedangkan ayahnya ada di jok depan bersama Arez yang menyetir.
"Saat kau terlalu rapuh ... pundak siapa yang tersandar," tanpa sadar Lovia bersenandung ketika Fiersa Besari sampai pada reff-nya.
"Tangan siapa yang tak melepaaaas," Mela menyambung. Ternyata wanita hamil itu juga tidak tidur.
"Aku, yang!" Arez selaku sopir keluarganya malam ini tiba-tiba menyahut.
Mela mencubit ringan lengan Arez seraya berkata "aku lagi nyanyi!"
Arez terkekeh geli. Sebenarnya ia juga tau kalau istri dan adik perempuannya sedang bernyanyi karena ia pun salah satu peminat lagu-lagu ciptaan Fiersa Besari. Lovia sama sekali tidak menggubris perdebatan keduanya. Bukan karena tidak peduli, tapi karena gendang teliganya kali ini benar-benar dikuasai oleh suara Fiersa Besari sehingga tidak dapat mendengar suara apapun lagi. Lovia sedang asyik dengan dunianya, dan pisangnya.
Waktu tempuh dari restoran ke rumah yang harusnya hanya kurang lebih tiga puluh menit kali ini molor sampai hampir tiga jam. Kemacetan jalan tidak tanggung-tanggung terjadi malam ini. Lovia keluar dari mobil dengan langkah gontai tanpa memedulikan Mela yang dengan sabar membangunkan mama dan ayahnya.
Tanpa cuci tangan dan membersihkan badan terlebih dahulu, kaki-kaki pendek Lovia yang terbalut sneaker berwarna putih itu melangkah menuju dapur. Ia hanya tersenyum tipis ketika berpapasan dengan Mbok Wal~asisten rumah tangga keluarga Ghandi Patramana.
"Mau susu ya, Non? Biar Mbok buatkan ya?" tawar Mbok Wal yang sudah hafal dengan kebiasaan Lovia sebelum tidur.
"Lov buat sendiri aja, Mbok. Mbok Wal tidur aja gih!" tolak Lovia dengan halus.
Mbok Wal tersenyum penuh syukur. Beruntungnya ia memiliki majikan yang semuanya sama rata baiknya, jarang sekali memintanya melakukan aneh-aneh. Mereka juga mengerjakan sendiri apa saja yang sekiranya masih bisa mereka kerjakan, seperti Lovia saat ini. Terlepas dari itu, Lovia bukan hanya tidak ingin merepotkan Mbok Wal. Tapi juga karena dia sadar diri bahwa ia begitu cerewet mengenai susu yang akan diminumnya. Susunya harus rasa pisang, ditambah madu murni yang hanya Lovia yang tau takarannya seberapa banyak. Lalu airnya juga tidak terlalu panas dan tidak juga dingin~hangat kuku.
Lovia menguap lebar seraya mengaduk susu yang sebentar lagi siap jadi. Setelahnya Lovia membawa segelas susunya ke pantry, ia duduk di sana sembari menyeruput sedikit demi sedikit susu yang sudah ia buat sendiri.
Entah angin apa yang membawa pikiran Lovia terbawa ke kejadian di restoran. Ingatan Lovia begitu lekat dengan tatapan tajam Aldan ketika laki-laki itu tau bahwa mereka akan dijodohkan. Apalagi ketika mamanya dengan senang hati membeberkan isi hati Lovia pada semua orang. Lovia mendesah pasrah, entah jadi apa setelah ini hubungan persahabatannya dengan Aldan dan Diandra. Ini semua salahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEPAL VAN JAVA | Here We Meet
Novela JuvenilCinta Lovia Sahara pada sahabatnya bertepuk sebelah tangan. Aldan Muzakki, sahabat yang dicintai Lovia sudah memiliki tambatan hati. Sayangnya, Mama tiri Lovia akan melakukan apapun demi kebahagiaan Lovia, termasuk menuntut perusahaan keluarga Aldan...