"Ah!" Gadis yang akrab di panggil Zia itu terlonjak.
"Ish Sekar! Gigitan terakhir brownis gue!" Ia mengomel kesal karena brownis coklat nya jatuh ke tanah.
"Beli aja di kantin, nih nih gue kasih duit nya." Sekar menampilkan wajah yang menyebalkan menurut Zia. Juga jangan lupa mulut nya yang berbentuk 'nyinyinyi'
"Ga bisa, ini kan brownis yang gue buat bareng bang Candra kemarin." Zia mulai badmood.
"Eh gue minta maaf deh, kalo tau buatan bang Candra gue makan aja tadi." Sekar menyesal. Ya walau cuma setengah Hati karena brownis yang di buat Candra memang lezat.
Sekar yang melihat wajah sahabat dari embrio nya ini menekuk wajah nya dengan bibir bebek yang mulai maju, membuatnya semakin merasa bersalah namun ia juga gemas.
"Ntar gue traktir Greentea deh! Jangan cemberut dong.." rayu nya.
Zia mengabaikan nya. Ia membereskan bekas makan nya dengan muka yang masih ditekuk.
"Sama coklat deh..."
Zia langsung menoleh dan mengangguk. "Lima batang coklat ya!" Iya tersenyum dan menunjuk 5 jari nya.
"Eh bang*st! Tekor dong gue! Dua aja ya?" Sekar mulai menawar.
"Lima!"
"Dua aja..."
"Lima!"
"Ok, Tiga ya!"
"Ok tiga! Yang gede ya? Makasih Sekar, sayang deh." Zia tersenyum manis.
"Ik tigi ying gidi yi? Mikisih sikir, siying dih." Sekar mengulang perkataan Zia dengan logat menyinyir. "Seneng lo bikin dompet gue Kering?" Zia hanya terkekeh untuk menjawabnya.
Ditengah bercanda nya mereka, ada teman sekelas mereka yang datang menuju mereka.
"Zi, di kantor ada mama lo. Gue disuruh sama bu Mirna buat manggil kalian berdua. Ah iya, katanya bawa barang kalian juga. Memangnya ada apa sih?" Ujar teman sekelas mereka itu.
"Kok lo nanya gue, gue juga ga tau." Jawab Zia.
"Acara dadakan lagi kali ya?" Sekar juga bertanya-tanya. "Udh ah, ayo samperin aja mama lo." Ujar nya.
Mereka bergegas merapihkan barang-barang nya lalu berlari kecil menuju ruang guru. Betapa terkejutnya Zia melihat wajah mama, matanya sembab, hidung nya merah. Seperti habis menangis deras.
"Ma, mama kenapa?" Zia bertanya saat sudah didepan hadapan mamanya.
Mama tidak menjawab, hanya tersenyum sendu. Lalu mengajak Zia dan Sekar untuk segera masuk ke dalam mobil.
"Mami? Disini juga?" Tanya Sekar melihat ibunya ada di dalam mobil di kursi kemudi. Didalam juga ada Aidan—adik laki-laki Zia yang masih duduk di bangku kelas 6 SD— dan juga Nara—adik perempuan Sekar yang masih duduk di kelas 1 SD.
"Mama kenapa nangis?" Bisik Zia di dekat telinga Aidan.
"Ga tau Kak." Jawabnya.
Mereka mulai keluar dari lingkungan SMP Garuda. Mobil melaju dengan kecepatan yang lumayan kencang. Perasaan Zia mulai tidak enak, dan sekarang mobil sedang masuk ke lingkungan Rumah Sakit terbaik di kotanya.
"Ma, siapa yang sakit?" Zia bertanya. Tidak ada jawaban dari mamanya atau pun mami Sekar.
Akhirnya sampai di suatu ruangan, dengan raga seseorang yang sangat Zia kenal berbaring di atas ranjang rumah sakit.
Mama nya mulai menangis tanpa suara. Zia berjalan ke arah raga itu. Mata nya berkaca-kaca, tangan nya bergetar.
"A-abang..." lirih nya.Ia melihat wajah Candra yang terpejam dengan kulit pucat dan bibir biru.
![](https://img.wattpad.com/cover/277109434-288-k57131.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Maheswari
Teen Fictionkanzia maheswari. entah lah, hidup nya tidak selancar kelihatan nya. semuanya berawal ketika kakak laki-lakinya meninggal, jatuh dari atap gedung sekolah. ia pun mulai mencari penyebab sebenarnya kakak nya meninggal. tak semuanya berjalan mulus, kem...