25. Love Match

528 72 7
                                    

Buat kalian yang bertanya-tanya kenapa aku update tiga kali seminggu, karena aku berusaha nyelesain ceritanya secepat mungkin sebelum aku mulai kuliah wkwk, atau ya seenggaknya selesai sebelum UTS. Karena aku bukan orang yang bisa multitasking huhu :(

Jadi aku harap kalian bisa terus nemenin aku sampe selesai ya ^^

HAPPY READING AND ENJOY 💫

*

25

"Home Run!"

Sorakkan riuh diberikan oleh seluruh penonton yang hadir. Merayakan keberhasilan yang dilakukan oleh Carssole Team pada sepuluh menit pertama sejak pertandingan dimulai.

Stella menyeka peluh yang mengaliri pelipisnya perlahan.

Duduk di sebuah tribun terbaik terkadang tidak selalu berjalan menyenangkan. Ia yang sengaja tidak menggunakan topi hari ini, harus memasrahkan diri saat wajahnya terkena cahaya matahari yang cukup menyengat sore ini. Sejujurnya ia bukanlah seseorang yang tertarik dengan acara pertandingan semacam ini. Jika bukan karena ketiga sahabatnya yang terpilih menjadi tim cheerleader dalam pembukaan pertandingan baseball musim panas tahun ini, diikuti penampilan dari berbagai artis kesukaannya, ia mungkin tidak akan mau duduk disini dan sengaja berpanas-panasan menonton sesuatu yang tidak disukainya.

"Aku akan membeli slushies. Kalian mau menitip sesuatu?"

Maggie dan Jessica yang sedang asik menonton jalannya pertandingan, menoleh mendengar itu "Tidak, aku baru saja selesai menyantap es mentimun yang Tristan berikan."

"Aku juga."

"Baiklah!" Stella meraih ponsel dan dompet miliknya lalu beranjak dari situ. Berjalan menaiki tangga diikuti oleh tatapan seorang pria yang juga langsung menyusulnya tanpa ia sadari.

*

Stella menepuk-nepuk dahinya yang kepanasan seraya melangkahkan kakinya menuju sebuah minimarket yang berada di dekat pintu keluar stadium. Sebuah bel berdenting nyaring saat ia membuka pintu kaca di hadapannya dan berjalan masuk. Berjalan menuju slushies section dan melihat-lihat menu yang tertera pada mesin slushies di depannya.

"Buah atau susu?" Stella melipat kedua tangannya bingung "Semuanya terlihat menyegarkan." tuturnya seraya memandangi gambar-gambar slushies berbagai rasa di hadapannya. Setelah berpikir selama beberapa saat, tangannya meraih sebuah gelas berukuran besar yang berada di atas meja dan meletakkannya di bawah mesin es.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" selalu mendapatkan sesuatu dari orang lain termasuk minuman berwarna-warni ini, membuat Stella sama sekali tidak mengerti cara untuk mengoperasikan mesin es di hadapannya. Ia selalu merasa kesulitan untuk melakukan self-service seperti ini. Gumamannya terdengar seiring matanya bergulir membaca instruksi yang ada di bawahnya, yang berada di atas meja marmer tempat mesin itu berada "Jadi—aku harus menarik tuasnya? Tapi ke arah mana? Bawah?"

Stella menyentuh tuas berwarna hitam di hadapannya "Mendorongnya ke bawah?" kedua tangannya yang hendak mendorong tuas yang dipegangnya, langsung terhenti saat tangan kekar seorang pria tiba-tiba menahannya.

"Biar aku saja."

Suara berat itu—?!

"Ian?!"

Ian menaikkan satu sudut bibirnya samar melihat wajah terkejut yang diberikan oleh seorang wanita di sebelahnya seraya mendorong tuas slushies di depannya.

Love Is In The Building | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang