14. Time's up

600 79 4
                                    

Akhirnya tembus 800 pembaca!! Selamat datang untuk semua pembaca baru maupun lama. Semoga cerita ini dapat menghibur kalian semua ya, ily <3

HAPPY READING AND ENJOY 💫

*

14

"Lima, empat, tiga, dua, satu."

Ian mengangkat pandangannya lalu memakai arloji mewah yang dipandanginya sejak tadi. Setelahnya ia menyandarkan punggungnya dan memandangi pintu besar di hadapannya, menunggu kehadiran seseorang yang dinanti. Tangan kanannya meraih sebuah pena emas yang berada di dekatnya lalu mengetuk-ngetukannya ke atas meja. Termenung membayangkan sebuah kejadian yang masih terasa segar dalam ingatannya.

Ia menghela napas panjang.

Bertahun-tahun lamanya ia menjalani hidup yang penuh dengan ketenangan, belum pernah sekalipun Ian merasakan sebuah amarah seperti yang dirasakannya semalam saat matanya menangkap seorang wanita yang terus dibentak dan didorong kencang oleh seorang pria muda yang ia yakini sebagai mantan kekasihnya. Pikirannya langsung hilang kendali saat itu. Membuatnya bersikap impulsif dengan membelokkan mobilnya dan menghajar habis pria berkulit putih yang nyaris menampar wanita di hadapannya.

Lalu semuanya terjadi begitu saja. Tangannya yang berlumuran darah, kemeja putihnya yang sedikit sobek di bagian lengannya, juga wajah ketakutan dari pria yang tak dikenalinya yang terarah kepadanya. Termasuk tentang dirinya yang dengan sengaja mengikuti mobil seorang wanita yang menganggapnya sebagai pria yang sangat kaku itu untuk memantau dirinya.

Semua kejadian itu membuat Ian merasa seperti ada warna baru yang muncul di dalam kehidupannya. Sikap apatis yang dimilikinya seolah memudar saat kejadian itu terjadi. Lebih tepatnya, saat wanita itu terlibat di dalamnya.

Ian menghembuskan napasnya lelah. Memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut karena kurangnya waktu istirahat yang dimilikinya semalam. Ia langsung menetralkan wajahnya cepat saat pintu dibuka lebar oleh seorang wanita yang langsung menyapanya ceria.

"Selamat pagi!"

Ian melirik arloji di pergelangan tangannya "Kau terlambat sepuluh menit."

Stella yang sedang menutup pintu di belakangnya sontak membulatkan matanya mendengar itu "Aku sudah tiba pukul setengah delapan tadi. Lalu aku merias wajahku di toilet."

"Apa kau sampai di ruangan ini sebelum pukul delapan?" Ian menahan decakkan kesalnya melihat wajah acuh yang sama sekali tidak menerima fakta yang diberikan kepadanya.

"Tapi tetap saja aku tiba sebelum pukul delapan. Aku tidak terlambat."

"Kau terlambat, Stella."

"Tidak. Aku tidak terlambat." Ian mencoba untuk menyabarkan dirinya sendiri mendengar bantahan yang terus didengarnya itu "Aku yang membuat seluruh peraturan di perusahaan ini. Jadi aku lebih tahu—"

"Jadi sekarang kau mau mengeluarkan kartu jabatanmu?" Stella mendengus tidak suka "Tunggu sampai aku mengadukan sikap semena-menamu ini pada kedua orangtuamu, Ian!"

Apa?!

"Apa yang akan kau adukan? Tentang kau yang terlambat dan tidak mau mengakuinya?"

Ian mendengus puas mendengar decakkan kesal yang dikeluarkan oleh Stella. Wanita yang terlihat rapih dengan blus putih polos dan skirt merah marun bermotif kotak-kotak itu mengeluarkan seluruh isi tas nya ke atas sofa. Lalu membawa beberapa make up yang berada di hadapannya ke atas meja kerja.

"Aku hanya terlambat sepuluh menit. Untuk apa membesar-besarkannya."

Hanya sepuluh menit?

Love Is In The Building | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang