"Strategis juga kelasnya." Ellysia kira sepuluh MIPA 1 akan terletak di ujung koridor paling gelap plus punya hawa yang suram.
Perkiraanya meleset. Design kelasnya memang mirip seperti terletak di lantai dua. Padahal bangunannya sengaja dibuat agak tinggi supaya para murid tidak leluasa untuk kabur karena pojok kanan kelasnya berdampingan dengan pos satpam juga gerbang dan tempat parkir sedangkan bagian depan langsung menghadap taman.
Sebelum mengetuk pintu, Ellysia mengembuskan napas dengan perlahan. Ia nggak bakal tahu kan gimana pandangan teman-teman pada dirinya nanti? Terlebih saat Fajar memintanya untuk ke ruang BK, cowok itu bicara di tengah lapang, pasti teman-temannya mendengar hal tersebut.
"Permisi, kak?"
"Yang tadi di panggil ke ruang BK, ya? Ayo, masuk."
Jangan harap Ellysia akan berjalan dengan pandangan tertunduk karena malu, ia justru mendongak dengan mata menatap nyalang tapi yang ia dapat justru tatapan meremehkan juga masa bodo dari teman-temannya.
"Karena kelas ini jumlah perempuan dan laki-lakinya ganjil, kamu duduk sama Alvaro, ya? Nggak apa-apa, 'kan?"
"Iya, kak," jawab Ellysia dengan seulas senyum. Langkah kakinya berderap menuju bangku paling belakang, selain Yaga ternyata ia juga sekelas dengan Alvaro.
"Nggak nyangka, ternyata kita sekelas juga. Lo masih inget sama gue, 'kan?"
Kreeet
Tanpa berbasa-basi Alvaro menyeret tasnya untuk pindah ke bangku lain.
Se-tidak sudi itu kah cowok jangkung itu duduk dengan dirinya?
"Sebelumnya kita kenalan dulu ya, karena ada pepatah tak kenal maka tak sayang," ujar salah satu perempuan yang berdiri di depan. Potongan rambutnya mirip dengan gaya rambut bob pendek, hanya saja panjang rambutnya melebihi bahu.
"Izin memperkenalkan diri, nama saya Andira Uzma Azalia, kalian bisa panggil saya Dira. Saya dari kelas sebelas MIPA dua. Sebenarnya fasilitator MIPA 1 ada yang nggak hadir—"
"Sorry, gue telat."
Sosok pemuda berseragam putih abu masuk dengan senyum lebarnya. Karena orang yang duduk dihadapan Ellysia terlalu tinggi, ia jadi memiringkan tubuhnya untuk melihat wajah cowok itu.
"Hai, kenalin gue Fajarnya langit. Dari kelas dua belas IPS 3."
Ellysia mengulum senyum, ternyata cowok itu mengenalkan dirinya dengan nama yang sama. Fajarnya langit, ia percaya nggak percaya sih waktu Fajar kasih tau namanya pas jalan ke ruang BK tadi, mengingat dalam name tag pemuda itu hanya tertulis Fajar saja tanpa embel-embel langit.
"Sebelumnya gue mau minta maaf karena nggak bisa mendampingi kalian untuk beberapa hari ke depan."
"Kak Fajar?" sela Dira.
Fajar mengangkat tangan, tak ingin ucapannya di potong begitu saja. "Temen gue yang bakal gantiin, udah koordinasi juga sama anak osis yang lain. Bentar lagi dia datang. Kalo gitu gue pamit, ya? Semangat MPLS-nya!"
Usai itu Fajar berbicara pada Dira dengan suara rendah. Cewek itu tampak menulis sesuatu sambil mengangguk. Kemudian Fajar segera pergi tanpa melirik lagi.
"Oh iya, aku belum kenalan. Nama aku Sasikirana Fanya Arundati, biasa dipanggil Fanya dari sebelas IPS 5. Enggg ... Sambil nunggu pembina yang ngasih materi, kita main games dulu, yuk? Gamenya gampang, cuman—"
"Sorry, gue telat."
Terasa dèjavu, tapi yang datang kali ini bukan Fajar. Melainkan sosok pemuda yang terengah sambil menenteng jas almamater osis. Sosoknya mencuri perhatian sebagian murid, tubuhnya jangkung dengan kulit kecoklatan yang tampak eksotis saat bercampur dengan keringat.
![](https://img.wattpad.com/cover/230403386-288-k591875.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST TASK [1]
Teen Fiction📍Hiatus dulu, ya ••••• "El, profil biodata lo kok ke sebar di grup angkatan kakak kelas?" "Hah?!" ••••• Ellysia Arabella pernah punya pengalaman "kurang menyenangkan" saat masa putih biru. Ia punya tekad mau masuk kelas apapun nanti saat SMA, ke...