A : Trauma

293 48 6
                                    

Cerita ini mengandung muatan dewasa
.
.
.

Aku berjalan perlahan dijalan yang sepi, bekas hujan masih tersisa, hatiku tidak tenang saat temanku bilang hal yang tidak membuatku baik-baik saja. Ini sudah masuk larut malam, tapi aku tetap memberanikan diri untuk datang ke Workshop pacarku.

Tanganku ragu untuk meraih gagang pintu itu, apakah aku siap menyaksikannya sendiri? Tapi aku harus siap, aku membukanya perlahan dan ternyata benar, pacarku sedang bersama seorang wanita berambut panjang yang terkenal populer di universitasku, yaitu Hotaru.

Mereka saling tarik menarik dalam ciumannya, aku hendak pergi tetapi bunyi pintu membuat aku dan dua orang dihadapan ku pun terkejut.

"Sakura?"

Aku melihat Utakata sebentar dan berlalu pergi, aku berlari sekuat tenaga. Utakata memanggilku beberapa kali dan aku merasakan getaran ponselku terus menerus. [Utakata]

Sekarang aku butuh beberapa minuman? Mungkin, minum adalah pelarut masalah.

Melihat jam di tanganku sudah pukul setengah satu malam, tapi aku masih saja berada di bar dekat Universitas ku. Menghela nafas panjang terus menerus, ku tekatkan untuk tidak percaya pada semua laki-laki brengsek didunia ini.

Tiba-tiba air mataku mengalir, cinta pertamaku, menghianatiku begitu saja. Aku mengenal Utakata sejak SMP, kami bagaikan dua sejoli kemana pun bersama, bahkan hingga saat ini. Tapi jika tuhan tidak menjodohkan aku dengannya. Aku bisa apa?

Aku menegakkan tubuhku, dan menarik tas ku. Berjalan terhuyung, kekiri dan kekanan kepalaku pusing, tapi aku harus pulang. Berapa banyak yang ku minum? Ah terserah yang penting rasa sakit ini hilang. Tapi sayangnya rasa sakit itu tidak juga mau menghilang.

.
.
.

Pagi menyabutku dengan hujan, aku menatap hujan dengan tidak minat. Seakan mereka mengejekku, aku membuka payung ku dan berjalan menempuh hujan. Aku melihat dedaunan dan bunga-bunga yang menunduk kebawah karena berat menanggung beban air yang terus menetes,  boarding house milikku dekat dengan universitas jadi hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai.

Cipratan air mengenai betisku, aku benar-benar siap untuk memaki bahkan aku akan bertarung mungkin? aku terkejut saat yang ku dapati adalah seorang pria yang parasnya tampan, benar-benar tampan.

"Kau yang melakukan ini?" Tanya ku dengan suara menantang.

Pria itu terdiam, melihatku dari atas sampai bawah dan tersenyum.

"Apa aku terlihat akan melakukannya?" Ujar pria dihadapan ku.

Aku tidak membalas senyumnya, karena dunia pun tahu bahkan langit pun mewakili ku, aku sedang tidak baik-baik saja.

"Apa aku harus percaya? Kau di hadapanku sekarang,- aku menghela nafas - minggir aku mau jalan."

Sekali lagi aku melihat senyumnya, bukan, itu bukan senyuman tetapi seringai.
.
.
.

Aku mendengarkan dengan seksama pria didepanku yang sedang mempresentasikan desain produk yang ia pelajari satu minggu ini, ia terlihat bersemangat, aku mendengus, aku iri padanya kenapa mood seseorang bisa sebagus itu pada hari ini?

"Sakura!"

Aku terkejut saat dosen sudah berada di hadapanku, hari ini aku kacau. Aku hanya bisa menelan ludahku dengan susah payah. Dalam hatiku mengutuk Utakata dan Hotaru terus menerus.

Beberapa jam berlalu, presentasi selesai dan aku mendapat masalah walaupun ini bukan masalah besar, tapi seharusnya aku sudah menyelesaikannya hari ini, ini semua karena si brengsek Utakata dan Hotaru.

Senyum miring ku terbit saat melihat pasangan baru itu akhirnya menunjukkan diri mereka, tidak tahu malu, pikirku.

"Hay Sakura?" Wanita jalang ini menegurku? Astaga di taruh dimana urat malunya?

Aku tersenyum miring dan membuang nafas kasar dari mulutku, dan berlalu pergi. Tak menghiraukan siapapun yang melihat tingkahku, aku sangat kacau hari ini.
.
.
.

Drrrttt

[ Kau putus dengan Utakata? ]

Aku melihat pesan dari teman ku Ino, teman semasa kuliah, aku mengenalnya saat baru masuk kuliah entah bagaimana tiba-tiba kami berteman dengan akrab sampai dua tahun terakhir ini.

[ Iya ]

Aku letakan ponselku dan aku melanjutkan lagi dengan tablet ku dan terus mengutak-atik desain yang kukerjakan untuk presentasi besok, entah mengapa aku mengikuti pelajaran desain produk yang bahkan aku tidak menyukainya, desain produk? Bahkan aku sangat bosan, apa karena ayah tiriku sukses dalam menjalankan kariernya di desain produk? Itu konyol.

Drrrrrtttt drrrttt

<Mama>

Ponselku terus bergetar karena panggilan dari Mamaku, ini yang paling aku hindari, aku tak terlalu akrab dengan mamaku yang terus menerus meninggalkanku sendirian saat masih kecil, bahkan masih sangat jelas dikepala ku saat mama dengan pria asing itu saling tarik menarik dalam ciumannya, seperti ..... Ahh sial aku jadi teringat kedua brengsek itu lagi.

Aku mengambil ponselku dan segera mematikan daya, agar malamku kali ini tenang, walau hanya malam ini. Please aku butuh ketenangan walau hanya malam ini.

Continued

Just FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang