F : Magnetic

117 40 3
                                    

Cerita ini mengandung muatan dewasa ⛔
.
.
.
.

Aku dan Sasuke berjalan dalam diam, pertanyaan-pertanyaan terus berputar di otakku.

Kenapa Sasuke diam?
Siapa wanita itu?
Kenapa Sasuke terlihat tidak nyaman saat ada wanita itu?
Apa maksud wanita itu dia tidak akan menggangunya saat Sasuke di luar?

Tapi bibirku hanya terkatup tak bisa melontarkan semua pertanyaan itu. Tak terasa kami sudah berada di gerbang boarding house milikku, Sasuke tersenyum dan tangannya meraih rambutku, mengelusnya? Kenapa dia mengelusnya? Aku terdiam kaku dan sedikit menikmatinya.

"Dia... Ehm, tadi Shion adalah mantan pacarku, kami sudah lama berpacaran. Seperti kau dan Utakata, tapi aku dan dia sudah berteman sejak masih dalam kandungan.

Sasuke terkekeh, dan itu manis sekali.

"Jadi... Hanya itu yang bisa aku jelaskan."

Aku tersenyum, lebih tepatnya tersipu karena Sasuke seperti seorang pacar yang menjelaskan ke salah pahaman yang terjadi di antara hubungannya denganku.

"Iya... Aku tak apa, Sudah lah lebih baik kau cepat pulang."

"Aku menjelaskannya karena wajah mu terlihat seperti ingin bertanya."

Apakah wajah ku terlalu gampang terbaca? Bahkan Utakata selalu bilang begitu.

"Ohh... Iya, aku hanya penasaran kenapa kau melempar pena di meja saat ada Shion, karena aku terkejut, itu saja." Oh shit, ini bukan penjelasan yang baik.

Sasuke mengangguk, "Aku pulang dulu."

Sasuke terlihat tidak ingin membahasnya dan aku hargai itu, astaga apakah ini yang dinamakan pendekatan? Apa Sasuke menganggap hal yang sama?
.
.
.

Hari ini aku terlambat bangun, dan melewatkan jam pelajaran pertama. Aku berlari kecil, sebenarnya itu tidak masalah karena biasanya jam pertama selalu tak pernah ada dosen. Aku melihat Ino sedang berbincang dengan Sai dan Sasuke?

"Hai Sakura!"

Ino selalu lebih peka, dan aku berjalan perlahan kearah mereka. Seperti biasa Sai dengan senyum lebarnya, tetapi aku melihat Sasuke membuang muka?

Aku memastikan sekali lagi, dan benar dia pamit pergi saat aku bergabung dengan mereka. Ada apa? Kenapa?

1 jam berlalu dan semua pelajaran tidak ada yang masuk kedalam otak kecilku, aku keluar ruangan dengan tidak semangat. Aku masih kepikiran dengan Sasuke yang berubah sikap pada ku, apa yang salah? Apa aku melakukan kesalahan?

"Hey, ke cafe depan?"

Tiba-tiba Tenten teman sekelas ku mengajak ku, dan aku hanya mengangguk sekali. Sesampainya di cafe mata ku tak berhenti melirik kedalam ruangan office, dimana dia? Pria berambut merah berlesung pipi itu?

"Kau mencari ku?"

Astaga hampir saja jantung ku lepas dari tempatnya, aku tersenyum lepas. Ntah kenapa Gaara terasa lebih nyaman dari pada yang lainnya.

"Aku hari ini libur, aku melamar di perusahaan parfum terkenal di kota."

Aku antusias mendengarnya, "Waw, semoga berhasil, Gaara."

"Tenten, ini Gaara."

"Aku sudah tahu, aku sudah bosan melihatnya."

Ternyata hanya aku yang tidak saling mengenal karena terlalu menempel pada Utakata, aku merasa aku bukan manusia yang sama seperti mereka. Kami mengobrol, sesekali Gaara menceritakan hal lucu dan dibalas hal lucu lagi oleh Tenten, aku hanya bisa tertawa tanpa bisa menceritakan sesuatu. Itulah aku, hidupku penuh dengan ke monotonan. Dunia ku hanya sekitar aku dan Utakata.

Aku melihat Sasuke masuk kedalam cafe dan mendekat kearah kami, wajahnya tampak menyeramkan menurutku. Tak ku sangka Sasuke menarik tangan ku dan terus berjalan membawa ku keluar ruangan, dan tanganku yang satu lagi terasa ada yang menarik juga, ku lihat Gaara memegang tanganku.

Sasuke dan Gaara saling berpandangan dengan sinis sambil sama-sama memegang tanganku, astaga jika orang salah paham akan berfikiran jika aku diperebutkan dua pria berkarisma luar biasa.

"Lepaskan tangannya." Ujar Sasuke dengan suara dingin.

"Kau dulu, dia sedang bersamaku tadi."

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri bergantian, "Okey, kalian lepaskan tanganku. Kita jadi bahan perhatian orang."

Aku pun pergi meninggalkan mereka berdua, apa sih yang kalian berdua pikirkan.

continued

Just FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang