night game - eight

457 95 15
                                    

"Telpon, cepat telpon Taeyong" ucap Rosé tidak sabaran, tangannya sejak tadi memukul setir mobil Ten, dalam hatinya berharap bahwa mereka cukup beruntung sehingga ponsel Taeyong yang lain masih bisa dihubungi.

Dibelakangnya Ten dan Lisa telah menyambar ponsel masing masing untuk menghubungi Taeyong, "Ya, apa yang kalian lakukan?" Tanya Jennie menghentikan kedua pasangan itu dari kesibukannya.

"Menelpon Taeyong, kan?" Jawab Lisa dengan nada ragu diakhir kalimatnya.

"Kalian berdua?" Jennie balik bertanya dan mendapat jawaban anggukan kepala dari Lisa dan Ten.

Didepan Rosé menghela napas kasar, "Ya, just one person!!!"

Seketika mobil menjadi senyap sunyi saat Ten mengaktifkan speaker pada panggilan diponselnya. Satu menit panggilan telepon tersebut telah tersambung namun tak ada suara yang menyahuti diseberang, maka dengan ragu Ten membuka suara.

"Ha-halo... "

"Em, Taeyong" ucapnya lagi kali ini mendapat sahutan dari seberang, suara laki laki yang terdengar asing ditelinga enam orang itu.

Dikursi paling belakang Jennie menatap Rosé dan berbicara tanpa suara, "Itu, pasti, Jeffrey" katanya lambat-lambat.

"Kami- kami mendapatkan kodenya, ah maksudku kami mendapatkan telurnya" ucap Doyoung tanpa sadar salah bicara karena terlalu ketakutan, membuatnya mendapat tatapan maut dari Rosé yang berada disampingnya.

"Sebaiknya kau diam saja" bisik sang istri.

"Bagus, sekarang bawakan telur itu kealamat yang aku kirimkan" kata suara bariton diseberang.

Rosé yakin jika Jeffrey ini adalah orang jahat yang kaya raya dan tampan karena Rosé hafal betul dengan tipe suara itu.

Doyoung yang melihat istrinya diam menjadi curiga karena ia takut Rosé masih terpikir tentang kejadian dirumah Yuta, "Hei, kau baik baik saja?" Tanya laki laki itu sambil menautkan tangannya pada tangan Rosé.

"Oh, ya, aku baik baik saja" Rosé menggeleng pelan, sekarang bukan saatnya untuk membayangkan wajah tampan dari penjahat itu.

Pasangan suami istri itu saling menggenggam tangan dengan maksud saling menguatkan, tetapi mereka tidak tahun kalau apa yang ada dipikiran mereka sangat berbeda. Jauh berbeda.







•••








Mobil yang sekarang telah dikendarai oleh pemilik aslinya --dibaca Ten-- hampir sampai didekat alamat yang dikirim oleh Jeffrey melalui ponsel Taeyong.

Perlahan lahan terlihat dua orang yang saling mengobrol dan membawa senjata api yang berukuran besar.

"Ya ya ya, Ten, bukankah mereka memberi tanya agar kita berhenti" ucap Lisa sambil memukul tangan Ten yang memegang setir.

"Mereka punya senjata api"

"Senjata api sebesar itu illegal di Korea, sayang. Jangan khawatir itu hanya mainan, it's not real" ucap Ten dengan penuh percaya diri.

Namun mobilnya mulai melambat saat melihat dua orang tadi mulai mengarahkan senjata apinya kearah mobil mereka membuat enam kepala didalam mobil itu menjadi panik.

Suara tembakan beruntun berhasil membuat Ten menghentikan mobil secara mendadak membuatnya menjadi sasaran sumpah serapah para penumpangnya.

"It's real, it's f*cking real!!!" Paniknya lalu memundurkan mobil cepat cepat.


Taeyong berjalan kearah dua orang dengan senjata api tadi diikuti oleh tiga orang lainnya, salah satu diantara tiga orang itu adalah Jeffrey.

Melihat itu membuat Doyoung turun dari mobil diikuti oleh kawan kawannya. Tangan mereka otomatis terangkat saat melihat dua senjata api mengarah pada mereka. Taeyong serta Jeffrey dan para minionnya berjalan semakin dekat.

"Telurnya" ucap Jeffrey.

Doyoung mengambil langkah kedepan, tangan kanannya merogoh kantung celana, mengeluarkan secarik kertas, "Maaf tapi saat perjalanan kesini kami mengalami kecelakaan dan telurmu pecah" ucapnya membuat Taeyong tanpa sadar menghembuskan napas lega.

"Tapi- " mendengar itu Taeyong kembali menahan napas " -isi telur itu berhasil kami selamatkan" Doyoung menunjukan kertas ditangannya.

"Tidak, Doyoung jangan, berikan itu padaku" tanpa diduga duga, Taeyong berlari seperti orang gila kearah Doyoung dan menelan kertas berisi kode yang diincar oleh mafia tersebut.

"What the f*ck" melihat aksi bodoh Taeyong tak dapat membuat Jennie menahan umpatannya.

"Apa yang kau lakukan" suara marah Jeffrey membuat suasana semakin tak karuan.

"Kau tidak bisa memilikinya, kode itu sudah kumakan" ucap Taeyong.

Jeffrey memberi aba-aba pada minionnya, "Bawa dia ke pesawat, kita akan membedahnya di Jepang"









•••






Setelah diancam oleh Jeffrey akhirnya Doyoung dan teman temennya menyerah dan melepaskan Taeyong.

"Sekarang apa?" Tanya Jisoo.

"Porsche-nya tidak jadi" sahut Ten yang masih memikirkan hadiah permainan dari Taeyong.

Diam. Tidak ada yang menanggapinya. Semua orang sibuk dengan pemikiran masing masing. Ruang tamu rumah keluarga Kim tersebut menjadi saksi bisu dari enam orang dewasa yang stress karena sebuah permainan.

"Begini saja, aku dan Rosé akan mencari Taeyong dan kalian semua tunggu disini"

"Wait, kalian pergi dan kami hanya menunggu?" Protes Lisa.

"Lisa, kau sedang hamil, ingatlah. Dan ini sangat berbahaya, Jennie dan Jisoo, kalian harus mendapatkan pacar, jangan sampai karena ulah Taeyong kalian tidak bisa merasakan pacaran" ucap Rosé yang bermaksud membuat sahabat sahabatnya yakin untuk tidak pergi tetapi berubah membuat mereka semakin emosi.

"Terima kasih Rosé" sahut Jennie setengah kesal, karena bagaimanapun ucapan sahabatnya itu sangat benar.

"Tapi, bagaimana caranya menemukan Taeyong?" Tanya Ten.

Pasangan suami istri Kim itu otomatis menyeringai membuat yang lainnya bergidik ngeri, "Mereka cukup bodoh karena ponsel Taeyong tidak mereka buang" Doyoung menunjukkan ponselnya, mereka berhasil melacak ponsel milik Taeyong.

Beruntung Taeyong adalah orang kaya yang sombong dan suka membuang uang, karena membeli banyak ponsel dan karena itu memberi banyak kesempatan bagi Doyoung dan Rosé untuk melacak ponselnya yang lain.





•••


P.s maaf guys lagi lagi aku ngaret :((

night game | nctpink [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang