Don't be silly!

586 59 83
                                    


Budayakan berdoa sebelum membaca.

Happy Reading 😘

.
.
.

"Ahh... " Jihoon melenguh panjang. Sebuah suara yang Jihoon sendiri tidak tahu bisa dia buat.

Tapi sekarang bukan waktunya untuk terkejut. Sekarang adalah waktu dimana dia terbaring di atas kasur tanpa celana, melakukan semua hal yang orang lakukan ketika merasakan oral seks untuk pertama kali: mendesah, melenguh, mengerang, berpadu menjadi sesuatu yang disebut menggila.

Tersangka utama dan satu-satunya yang membuat Jihoon menjadi seperti itu, jika ada yang bertanya, adalah Choi Seungcheol dan otak mesumnya.

Jihoon sejujurnya tidak terlalu ingat bagaimana semua ini dimulai, atau siapa yang memulai, tapi Jihoon ingat menyambut Seungcheol di kamarnya dengan senang hati, dan tidak memprotes ketika Seungcheol menindih tubuhnya di atas kasur. Jihoon pikir, kenapa tidak, selama mereka tidak mencoba saling membunuh.

Tidak, kalian tidak melewatkan sesuatu. Memang begitu lah proses hubungan yang terjadi di antara keduanya. Pertama saling benci, kedua saling benci, ketiga saling benci, kemudian setelah melewati sekian banyak tahap saling benci, sampai lah mereka di tahap saling mengulum penis (sebenarnya hanya Jihoon yang bertelanjang pantat dan penisnya dikulum, tapi tidak menutup kemungkinan hal sebaliknya akan terjadi, siapa yang tahu).

Semuanya terjadi dalam satu kedipan mata. Tapi bisa kah Jihoon protes saat apa yang Seungcheol lakukan dengan bagian bawahnya membuatnya menggelinjang penuh nikmat?

Boro-boro protes, mengingat namanya sendiri saja Jihoon tak sanggup. Yang ada di kepala Jihoon hanya Seungcheol, dan lidah yang menyapu batang pen--

"O-oh! Ahh!"

Tidak menduga bahwa sensasi yang dia rasakan dari perlakuan Seungcheol akan terasa begitu nikmat, Jihoon bergerak tanpa sadar merapatkan kakinya, mengapit kepala Seungcheol yang berada tepat di antaranya.

Tiba-tiba sensasi menggairahkan itu hilang.

Seungcheol menghentikan kegiatannya untuk memberi titah. "Lebarkan kakimu."

Dia tampar paha dalam Jihoon, sedikit terlalu keras, memunculkan pola merah yang kontras dengan kulit seputih susu pemuda mungil itu.

Jihoon tersentak, merasakan rasa sakit yang mengejutkan nya terasa nikmat. Ada sensasi lain selain perih yang membuat jari jemarinya mencengkram dan penisnya berkedut.

"Ahh!"

Jihoon menggelinjang merasakan gelombang kenikmatan dan euforia meluluh lantahkannya, membawanya ke puncak awang-awang kala dia mencapai klimaks.

Punggung Jihoon melengkung seiring kemaluannya memuntahkan bebannya. Sekali lagi, Jihoon tidak bisa tahu dia bisa melakukan itu: melengkung kan punggung tanpa mematahkan tulang-tulangnya.

Segalanya menjadi putih untuk beberapa saat sementara seluruh tubuh Jihoon gemetar.

Jihoon tidak pernah tahu mulut Seungcheol bisa melakukan sesuatu yang lain selain menjadi pabrik omong kosong. Sesuatu yang begitu mengesankan. Jihoon hampir percaya bahwa dia telah sampai di Nirvana, sampai dia merasakan hembusan napas berat menerpa wajahnya.

Saat Jihoon membuka mata wajah Seungcheol menyapanya. Bibirnya yang nampak basah memamerkan senyum namun Jihoon tidak merasakan apapun selain kebingungan.

Merasa ada yang aneh Jihoon menyibak selimut, mengintip ke baliknya dimana adiknya tergeletak lemas di antara selangkangannya.

Bersih.

Silly Thing Called SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang