15

3.3K 176 33
                                    

Cuaca sore hari ini terlihat mendung dengan awan hitam yang sudah mengambil alih langit yang tadinya membiru. Begitu pula suasana hati Jimin yang diradakan pria itu saat ini, mendung dan tidak cerah sama sekali. Merasa sedih, kecewa dan marah secara bersamaan saat Hyejoo kembali menghindarinya. Ketika pria itu juga membutuhkan sahabatnya, Taehyung, bocah itupun seperti menghindarinya.

"Kenapa dunia seakan menghindari ku? Apa ada yang salah dari ku?" Jimin melamun di kelas terakhirnya hari ini. Hyejoo dan Taehyung lagi-lagi tidak masuk kelas secara bersamaan. Perasaan tidak enak kembali menguasai pikiran juga hatinya. Akhir-akhir ini mereka seperti sengaja menghindari dirinya.

"Mungkin mendatangi mereka merupakan hal yang tepat, mari cari tahu jawabannya." Begitu kelas berakhir, Jimin dengan santai keluar kelas dan menuju kendaraannya lalu menancapkan gasnya membelah jalanan kota menuju tempat yang tidak lagi asing baginya untuk dikunjungi.

Langkahnya berhenti disalah satu pintu usang dengan nomor yang tertempel di tengaj pintu itu. Saat ingin mengetuknya, Jimin dapat mendengar suata desahan yang sangat begitu jelas berasal dari dalam ruangan yang berada di depannya. "Shit!" Umpatnya.

Dengan amarah yang sudah berada di puncak kepalanya, tangan kecil pria itu dengan brutal mengetuk pintu itu. "Kim Taehyung sialan! Buka pintunya! Kau memang bajingan!" Teriak Jimin tanpa memperdulikan lingkungan sekitar yang mungkin dapat mendengar suara lantangnya itu dan merasa terganggu.

Dua insan manusia yang sedang beradu desahan di dalam ruangan itu seketikan berhenti melakukan aktivitas panas mereka. Gadis yang sedang berada diatas prianya itu langaung menegang ketakutan. Pandangannya ia arahkan pada pintu yang masih diketuk brutal dengan suara pria yang ia kenali sedang berteriak.

"Fuck you Jimin!" Balas Taehyung yang juga berteriak, semakin membuat Hyejoo menciut. Apakah Jimin sudah tahu jika ia dan Taehyung sudah berhubungan badan? Apakah pria itu akan membencinya setelah ini? Atau bahkan pria itu akan menganggapnya tidak ada lagi di dunia? Pertanyaan-pertanyaan itu lah yang sekarang menguasai pikirannya.

"Come on! Lanjutkan saja, jangan hiraukan pria pendek itu!" Taehyung mengalihkan kepala Hyejoo agar melihatnya. Dia meremat pinggang gadisnya membantu menyeimbangkan tubuhnya yang hanya ditumpu kedua tangan yang berada diatas dada bidangnya. Tubuh mereka yang masih menyatu itu kembali bergerak setelah terdiam beberapa menit akibat Jimin. Taehyung menggerakkan tubuh Hyejoo maju-mundur, sedangkan sang pemilik tubuh hanya dapat terdiam ketakutan.

"Brengsek! Buka atau ku rusakkan pintumu?!" Jimin tidak menyerah untuk membuat sahabat bejatnya itu utuk keluar menemuinya. Ia sudah bersiap untuk menendang keras pintu itu, namun belum sempat kakinya menyentuhnya, pintu sudah terbuka dengan menampakkan Taehyung yang hanya mengenakan boxer pendek yang menutupi kemaluannya yang menegang.

"Apa mau mu sialan?" Tanya Taehyung tanpa basa-basi atau ucapan salam hangat layaknya orang yang bertemu musuhnya.

"Kau yang berengsek! Kenapa hanya ada sex di dalam hidupmu?! Kau tidak memikirkan masa depanmu?!" Jimin sedikit melirik ke dalam ruangan yang terlihat seperti kapal pecah tampak persis seperi orang yang habis melakukan hubungan badan.

"Ck! Urusi saja dirimu, Jimin. Kau tak berhak mengatur hidup atau pun kebutuhan sexku!" Taehyung bergerak menutup pintu flat nya, namun tertahan oleh tangan sahabatnya.

"Aku disini karena peduli padamu, bukan untuk mengatur hidupmu! Orangtua mu memberi pesan padaku untuk menjagamu, pikirkan itu sialan!" Jimin mencengkram kuat bahu pria yang lebih tinggi darinya itu.

Taehyung tersenyum miring mendengar perkataan sahabat kecilnya itu. Ia tidak habis pikir kenapa selalu membawa orangtua disetiap persoalan hidupnya? "Berhentilah membawa manusia tua itu, sialan! Aku bahkan tidak pernah menganggapnya ada!" Taehyung sudah murka, ia langsung menutup pintunya dengan keras.

"Kau memang bajingan keparat!" Jimin menendang pintu yang baru saja tertutup itu. Ia berjalan dengan cepat meninggalkan pemukiman kotor yang ditempati sahabatnya itu. Kini hanya tersisa satu tujuannya, Hyejoo. "Aku harap bisa bertemu dengan mu, Joo."

Sosok yang sedang dipikirkan Jimin itu mengeratkan selimut yang menutupi tubuh polosnya. Hyejoo menahan air matanya agar tidak jatuh saat mendengar perkataan yang Jimin berikan untuk Taehyung. Ia bersembunyi di balik lemari agar presensinya tidak diketahui Jimin. Pengecut bukan dirinya?! Ia merapalkan segala permintamaafannya untuk pria itu walaupun tahu ia tidak pantas dimaafkan.

"Kemarilah," ucap Taehyung dengan suara pelan. "Ia sudah pergi." Sambungnya menatap gadis yang berada di samping lemarinya. Dengan perlahan gadis itu melangkah mendekatinya. Ia kembali mengeratkan selimut yang melilit tubuhnya.

Taehyung menatap dalam manik hazel gadis yang habis ia setebuhi itu seolah dapat menyalurkan perasaan yang ia rasakan saat ini. Gadis itu membalas tatapannya dengan polos.

"Kau takut?" Tanyanya, sang gadis hanya mengangguk pelan.

"Aku akan melindungi mu," Taehyung memberikan senyuman tipisnya pada gadis itu. Ia berkata seolah akan melindungi Hyejoo dari segala ketakutan gadis itu, padahal dialah yang menjadi sumber utama ketakutan yang Hyejoo alami. Tapi, Hyejoo seperti tersihir oleh ucapan manis Taehyung, kalimat selanjutnya yang pria itu katakan entah mengapa membuatnya dapat merasakan getaran aneh dan membuat jantungnya berdegup kencang.

"Jadi, tetaplah bersama ku."



🌸tbc🌸

enjoy my tea, ateanaaa💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ᴍʏ ᴅᴇᴠɪʟ ꜱᴇᴄʀᴇᴛ ᴀᴅᴍɪʀᴇʀ | ᴋᴛʜ [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang