II - Pertemuan

84 17 7
                                    

Malam hari tiba saat sang Alpha keluar dari ruang pertemuan di sebuah pack. Ia berjalan dengan tenang sambil memperhatikan seluruh keadaan pack yang ia jaga.

Musim dingin hampir tiba dan ia baru saja selesai membahas strategi pertahanan dan stok pangan bersama para petinggi pack lainnya. Di sekelilingnya, para Alpha dan Beta tengah melakukan tugas masing-masing sambil menyapa sang Aplha ketika ia lewat.

“Malam Alpha Min,” sapa Yeonjun, alpha muda yang tengah berjaga di gerbang bersama dua werewolf lainnya. Keadaan saat itu sangat tenang di luar pack, sama seperti malam-malam sebelumnya. Namun tak berselang lama setelah kedatangan kepala pack, terdengan suara ribut dari arah selatan. Suara langkah kaki berat yang beriringan dan gesekan dedaunan membuat mereka memasang posisi siaga.

Sesuatu melompat keluar, empat ekor serigala rogue tengah bertarung di depan gerbang pack mereka. Satu di antara rogue itu  ialah werewolf omega. Kakinya digigit oleh musuhnya dan terseok-seok sambil melolong pilu, membuat beberapa werewolf lain yang berada di dalam pack mengalihkan pandangan mereka.

Yeonjun yang berada di sebelah kepala pack berdiri gusar. Ini baru kali ketiga ia melakukan tugas menjaga gerbang, dan situasi seperti ini belum pernah ia hadapi. Sementara sang Alpha masing berdiri tenang di sebelahnya belum memberikan perintah.

“A-“ belum sempat Yeonjun berbicara, Min Yoongi—sang Alpha mengangkat tangannya isyarat menutup mulut.

Sesuatu berkecamuk dalam batin Yoongi. Ketika para rogue itu muncul, salah satu di antara mereka membuat sesuatu dalam dirinya bergetar. Ditatapnya lamat kejadian tersebut, sampai ketika matanya bertemu dengan sang rogue omega, hatinya bergetar. Perasaan lain hinggap di dadanya dengan kuat. Dari jauh bisa ia dengan suara memohon pertolongan yang dilontarkan rogue tersebut namun ia masih bergeming. Hingga suara lain muncul dalam pendengarannya, percakapan sang rogue dan inner wolfnya.

“Hyunji-ya.. tidak apa-apa. Aku bersamamu.”

Tiba-tiba sesuatu bergejolak dalam diri Yoongi. Ia merasa sangat marah entah karena apa. Tanpa aba-aba ia melompat dari atas gerbang dan melakukan shift dengan cepat sebelum menghajar tiga rogue lainnya hingga tewas. Dengan bercak darah yang menghiasi tubuhnya, ia menatap kembali mata itu sebelum sang rogue kehilangan kesadarannya dengan cepat.

***

Aku terbangun dalam keadaan pusing. Aku dapat merasakan kaki kananku berdenyut hebat setelah gigitan semalam. Beberapa kali mengedipkan mata, aku tetap merasakan gelap di sekelilingku.

Tunggu, apa aku sudah mati?

Lalu aku teringat sebelum kesadaranku pergi, seekor serigala besar datang dan mengalahkan para serigala liar itu. Lalu di mana aku sekarang? di balik gerbang kayu semalam? atau dibuang ke jurang?

Mendadak panik karena pikiranku, aku memaksakan diri untuk berdiri dan pergi sebelum rogue liar lain menemukan keberadaanku. Tapi sebelum aku sempat menurunkan kaki, suara kayu berderit membuatku menoleh dan berkas cahaya mulai masuk ke dalam tempatku berada.

“Kau sudah bangun?”

Seseorang berdiri membelakangi cahaya membuat siluet gelap yang menyilaukan mataku. Ia terus masuk dan membuka jendela tepat di sampingku terbaring. Dapat kulihat seorang pria berdiri dengan gagah di samping ranjangku membuatku beringsut mundur.

“Bagaimana kakimu?” tanyanya sambil menatap mataku.

Saat aku menatapnya balik, mata itu lagi-lagi membuatku terpaku. Pria ini ialah seseorang yang menatapku dari jauh tadi malam. Kembali kurasakan perasaan aneh dalam diriku membuatku bersikap defensif dengan keberadaannya.

“Siapa?”

Pria itu masih menatapku datar ketika aku menanyakan siapa dirinya. Sadar bahwa akulah tamu di sini, aku menegakkan tubuhku.

“M-maksudku terima kasih telah menyelamatkanku,” ucapku sambil sedikit membungkuk. Masih dalam sikap defensif, Iris berbisik padaku dengan lirih, “Mate.”

“Apa?” tanyaku pada Iris. Inner wolfku terpaku melihat pria yang masih berdiri sambil menatapku. Bisa kurasakan dadaku mulai berdebar. Aku tidak tau pasti apa itu mate, namun naluri seorang werewolf telah dianugerahi sedemikian rupa oleh moon goddess sehingga mereka bisa merasakan hal-hal seperti ini.

“Dia jodohmu, Hyunji-ya,” ucap Iris kembali namun kini ia terlihat antusias. Kini aku ikut menatap mata pria itu, jantungku semakin berdebar-debar mencoba yakin akan apa yang dikatakan oleh Iris. Namun saat aku hendak membuka mulutku, seseorang muncul dari balik pintu.

“Yoongi-ah, apa dia sudah sadar?”

Aku menoleh dan mendapati seorang wanita berjalan dengan anggun memasuki bilik yang aku tempati. Pria yang dipanggil Yoongi ini tersenyum melihat wanita itu muncul dan menyambut kehadirannya.

“Ya, dia sudah sadar,” ucap Yoongi masih dengan senyum di wajahnya.

“Ah, syukurlah. Siapa namamu? Aku Moon Chaewol,” sapa gadis itu ramah. Auranya memancarkan energi positif.

“Hyunji..”

“Baik, Hyunji-ah. Kalau begitu aku akan pergi untuk mengambil makananmu. Kau istirahat di sini dulu ya.”

Wanita itu pergi diikuti Yoongi yang mengikutinya dari belakang. Aku hendak memejamkan mataku kembali ketika aku mendengar suara samar-samar dari luar. Ingin kucoba mengabaikannya, namun ketika suara Chaewol menyebut namaku membuatku bangun dan berjalan tertatih menuju pintu yang telah tertutup.

“Moonie, kita tidak bisa membiarkannya berada di sini,” ucap Yoongi dengan suara rendahnya.

“Tapi kau yang menyelamatkannya dan membawanya kemari. Tidak boleh bersikap begitu,” omel Chaewol.

Aku terdiam di tempatku berdiri. Benar kata Chaewol, kenapa ia menyelamatkanku kalau dia tidak ingin aku berada di sini?

Beberapa menit hening terjadi di luar sampai suara Yoongi kembali terdengar, “Aku hanya kasihan padanya.”

Ya, memang seperti itu seharusnya. Apa yang aku harapkan dari getaran asing di hatiku? Itu hanyalah sebuah hal aneh yang tidak perlu aku hiraukan.

Merasa tidak enak dengan keberadaanku yang membuat mereka bertengkar, aku membuka pintu dan mereka menoleh ke arahku.

“Hyunji-ah, kenapa turun dari ranjangmu?” tanya Chaewol khawatir. Ia menghampiriku dan mengabaikan Yoongi. Kulihat tatapan pria itu dari mengikuti Chaewol sampai berhenti padaku.

“Aku rasa aku akan pamit,” ucapku canggung.

Mendengar itu Chaewol mendadak panik, ia pasti merasa jika aku mendengar percakapan mereka tadi. Mate atau bukan, aku bisa merasakan bahwa Yoongi tidak menyukai keberadaanku. Ia terlihat cemas saat menatap Chaewol yang berada dekat denganku.

“Jangan pergi, kakimu belum sembuh,” mohon Chaewol sambil menggenggam tanganku. Ia mencoba mengajakku masuk kembali, namun saat aku beralih menatap Yoongi pandangannya sarat untuk mengusirku pergi.

“Tidak apa-apa, besok akan sembuh,” ucapku menolak kebaikan hatinya. Iris menatapku sedih dari dalam. Ia yang tau bagaimana ketika diriku sering diusir bahkan ketika jarakku tidak sampai lima meter dari pack yang pernah aku temui.

Melihat Chaewol yang akan menangis, pria bernama Yoongi ini menghela napasnya dan akhirnya menyuruhku untuk beristirahat di dalam.

Pagi itu berlalu dengan suasana yang berat. namun baik atau buruk, aku bisa merasakan takdir yang moon goddess beri membawaku menuju sebuah hal besar.

***

Tbc.

Rogue • ABO Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang