IV - Dilema

26 4 0
                                    

Meskipun sedikit keberatan aku tetap mengiyakan permintaan Yoongi atas dasar rasa cintaku terhadapnya. Aku tidak mengerti mengapa dewi bulan menghubungkanku dengan alpha berhati dingin itu. meskipun ia tidak menolaknya secara langsung, aku dapat merasakan sakit yang teramat di dalam hubungan ini. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi merindukan hidupku sebagai rogue di luar sana. sakit ini adalah sakit yang berbeda, yang tak  dapat aku obati layaknya luka fisik, aku harus menahan lara di hatiku agar tetap waras.

“Hyunji, ayo kita ke kebun di belakang. Aku ingin mengecek hasil panen musim ini,” ucap Chaewol. Sebagai calon pasangan Yoongi, ia benar-benar dicintai oleh seluruh anggota pack.

Dalam perjalanan, ia selalu disapa oleh banyak orang dengan panggilan ‘Luna’. Nama yang indah, seindah rembulan. Sangat tidak mungkin aku mendapatkan gelar panggilan itu. Sebagai rogue, statusku sangat dikhawatirkan dalam pack ini. Dapat kudengar bisik bisik di belakangku setiap aku melewati mereka sebagai pengawal dan ratu.

Aku tidak pernah tau bagaimana masa laluku sebelum ini. Yang aku ingat adalah saat itu aku masih remaja dan diasuh oleh serigala luar yang tinggal di puncak gunung Jinri. Mereka tak bisa berubah menjadi manusia, begitupun aku yang beranggapan jika aku bukanlah manusia setengah serigala.

Transformasi pertamaku didapat setelah aku bertemu dengan Maya. Seorang rogue omega yang sangat cantik. Ia sudah kuanggap sebagai ibu kedua setelah serigala-serigala itu.

Namun sayangnya ia menghilang di suatu malam purnama beberapa tahun yang lalu. Dari situlah awal pencarianku bermula. Aku pergi mendatangi berbagai macam pack untuk mencarinya, namun malah diusir dan hampir dirudapaksa.

“Lihat! ini tanaman yang kutanam. Yoongi sangat menyukai jeruk, oleh karena itu aku menanam beberapa,” ucap Chaewol dengan senang. Ia mencoba mengambil beberapa buah, namun karena tubuhnya yang kecil, ia sedikit kesulitan.

Aku mengulurkan tangan untuk membantunya mengambil beberapa jeruk itu, membuatnya begitu senang.

Tak lama dari jeruk terakhir yang aku ambil, Yoongi datang dengan aura alpha dominannya. Ia menghampiri kami–lebih tepatnya menghampiri Chaewol yang tersenyum menatapnya.

“Yoongi, aku mengambil beberapa jeruk untukmu!”

“Terima kasih,” balasnya sambil mengusap kepala itu.

Aku yang melihatnya hanya terdiam, dan diam-diam menyentuh pucuk kepalaku sendiri.

“Kau mau kemana habis ini?” tanya Yoongi pada Chaewol. “aku mau ke dapur umm bersama Hyunji.”

“Kebetulan sekali, aku dan yang lain baru saja kembali dengan membawa daging kambing gunung. Masaklah makanan enak dengan itu.”

Daging kambing gunung adalah kesukaanku. Maya sering menangkap satu untuk kami makan bersama-sama. Diam-diam aku tersenyum, merasakan rindu kembali menyapa.

Tak sengaja aku melihat jika Yoongi melirik sekilas, yang kemudian kembali memalingkan wajahnya. Untuk hari ini, aku mencoba untuk tak peduli. Mungkin lain kali akan ada hal yang dapat membantuku untuk mengatasi dilema ini.

***

Setelah makan malam, aku berjalan sendirian ke belakang pondok. Di sana ada sebuah danau kecil yang cukup tersembunyi, namun sering dipakai sebagai sumber air darurat selain sungai.

Aku mendudukan diri di tepi danau dan mencelupkan kaki ke sana. Suasana hatiku cukup senang malam ini setelah makan makanan yang sudah lama aku rindukan. Sambil menatap purnama yang saat ini cuma setengah, au mendengar suara langkah kaki mendekat. Dari aroma ini, aku mengetahui jika yang datang adalah Yoongi, membuat Iris menjadi senang.

Tanpa suara, ia hanya berdiri cukup jauh dariku sembari ikut menatap rembulan.

“Hari pertama yang cukup baik,” ucapnya tiba-tiba. “Dengar, meskipun kita imprint, au tidak dapat memiliki hubungan denganmu.”
“Kenapa?”

“Itu bukan urusanmu, yang jelas saat ini aku cukup menyesali keputusanku.”

“Bukankah kau yang menyiksa diri dan juga innerwolfmu?”

“Nah, au berharap dewi bulan membuat kita tidak berjodoh selamanya.”

Saat Yoongi mengatakan hal itu, dadaku menjadi sakit. Amat sangat sakit hingga aku menjadi sesak napas dibuatnya.

Aku baru mengerti, jika inilah yang orang-orang katakan penolakan.

***

Setelah reject yang dilakukan oleh Yoongi malam itu, besoknya aku kembali demam.

Aku tidak dapat menggerakkan tubuhku dan terus merasa di sekelilingku menjadi gelap.

Aku bisa mendengar suara Chaewol yang terdengar khawatir, namun sayangnya aku tidak bisa membuka mata atau bersuara. ENtah berapa lama, suara-suara di sekitarku menjadi hilang dan digantikan dengan suasana lain seperti aku tengah berada di padang bunga.

Dalam adegan itu, aku melihat diriku sendiri di bawah pohon sambil menatap ke suatu arah. Di sana ada Yoongi, seorang perempuan dan seorang anak laki-laki. Apakah itu keluarga mereka? Yoongi dan Chaewol?

Entah kenapa aku merasakan air mata menetes dari pipiku hingga membuatku terbangun secara tiba-tiba.

“Hyunji-ah, kau baik-baik saja?” tanya Chaewol.

“Ah, iya aku baik,” ucapku masih sedikit terengah.

“Tunggu sebentar, aku ambilkan kau minum.”
Setelah kepergian Chaewol, aku baru menyadari jika ada Yoongi disitu. Ia bersandar pada sebuah meja dan menatapku sambil melipat lengannya.

***

(Yoongi POV)

Aku terdiam mendengar kabar jika rogue itu jatuh sakit tepat setelah penolakanku semalam.

Aku datang menghampiri bilik kesehatan dengan dalih sebagai kepala pack, aku bertanggung jawab atas keadaan anggota untuk menghindari pikiran buruk dari Chaewol terhadapku.

Ketika aku sampai di ruangan itu, entah kenapa jantungku berdegup kencang. Hatiku entah kenapa merasakan sakit yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Cukup lama aku memperhatikannya hingga tiba-tiba air meneteskan air mata dalam tidur. Apa yang dia mimpikan?

Hal tersebut entah kenapa membuatku merasa bersalah. Seharusnya aku tau jika imprint bukanlah suatu perkara mudah. Dengan aku menolaknya, itu sama saja dengan menentang dewi bulan dan kini yang merasakan akibatnya adalah dia. Sejujurnya aku memiliki alasan dari setiap tindakanku.

Chaewol kembali dengan tergopoh-gopoh, padahal ada tabib yang siap membantunya. Ketika ia melihat Hyunji ingin bangun mencoba membantunya dan kembali pergi untuk mengambil minum.

“Sudah lebih baik?” tanyaku padanya.

Gadis itu tidak menjawab. ia terlihat kebingungan dan masih dalam kondisi tubuh yang lemas. Tak lama Chaewol kembali dengan dua cangkir di tangannya. Satu air putih dan satu lagi ramuan yang aku yakin itu dari Jung Hoseok.

Hari itu aku terus memikirkan bagaimana keadaannya meski ia sudah bisa berjalan-jalan sore harinya.

***

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rogue • ABO Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang