Jawaban atas doa 🍁

37 2 1
                                    

Jika saja kita semua tidak pernah ditimpa kesusahan, kita tidak akan pernah menemukan apa arti keberhasilan yang sesungguhnya

SHOFI NUR HIDAYAH

****

Sang fajar kini telah hadir kembali, membawa hangatnya asa untuk semua penghuni alam raya.
Salma merasa kantuk yang berat, ia tidak tidur semalaman. Dia harus menjaga Hida dan juga Rasyid bersamaan.

"Tante mending pulang aja ya, istirahat dulu. Nanti biar aku yang jaga disini" Kuni membujuk Salma agar pulang

Terlihat jelas tubuh Salma sudah sangat lemas, kantung mata yang kendur karena usia itu sudah menghitam, pandangannya juga sayu. Salma benar-benar kacau

"Tante nggak apa Kuni, Om Rasyid juga sudah siuman kan. Tante lega" Salma memaksakan untuk tersenyum

"Aku tahu, tapi Tante juga manusia biasa. Tante pasti butuh istirahat, jangan dipaksa nanti malah Tante yang sakit" Kuni sangat khawatir, ia paham betul Salma adalah orang yang sangat peduli terhadap keluarga ia bahkan sering mengorbankan dirinya demi keluarga

"Kuni benar Tan, jangan dipaksa ya. Tante harus istirahat kita yang bakal jaga Hida dan om Rasyid disini" Ridwan yang baru datang mulai nimbrung pembicaraan istri dan tantenya itu

"Apa tidak merepotkan? Kalian pasti punya kegiatan lain kan" Salma tidak enak hati

"Tidak ada tan, tenang aja" Kuni meyakinkan

"Kalau begitu Tante pulang dulu ya, kalian tolong jaga om sama Quinsha kabari perkembangan apapun" Salma mulai bangkit dari duduknya

"Tante biar aku antar ya, kali ini aku nggak menerima penolakan" Ridwan sedikit memaksa, ia sudah menduga Salma pasti akan menolak. Alhasil Ridwan sudah menyiapkan rencana sendiri

"Kamu ini bisa aja bujuk tantenya, iya ayo anter Tante" Salma akhirnya luluh. Dia dan Ridwan mulai beranjak dari ruang tunggu, dengan berat Salma menyingkirkan sejenak rasa khawatirnya

****
Alesya sudah berada dalam mobil menuju mansion milik ayahnya, setelah 16 jam berada dalam perjalanan Jakarta - Amsterdam yang membuat tubuhnya berasa remuk. Belum lagi dengan masalah yang ia tinggalkan di Indonesia membuat kepala gadis pirang itu berdenyut.

Zulaikha tampak murung, pandangannya hanya menyapu jalan protokol Amsterdam yang cerah berbanding terbalik dengan suasana hatinya

"Lo harus kuat Zull, kita udah sejauh ini. Nggak akan mungkin buat balik lagi" Alesya memecah keheningan, sesekali ia melirik sahabat baiknya itu sendu.

Jujur dalam hatinya Alesya juga merasa sesak, rasa penyesalan menjalar dalam hatinya. Memang benar kata orang, bahwa segala penyesalan itu berada di akhir, ia datang sebagai tamu yang menyadarkan kita semua akan segala keputusan yang diambil.

"Gue nggak pernah nyangka kalo semua bakal serumit ini, gue masih aja sama Sya nggak berguna sama sekali jadi manusia hiks" Zulaikha tergugu ia menangis sejadinya

Alesya hanya menatap nanar Zulaikha yang sudah sangat kacau, bahkan ia sendiri tidak mampu memberi semangat pada sahabatnya. Hatinya juga ikut hancur, perbuatan mereka sudah terlampau jauh.

"Kenapa si gue bisa se nekat ini, gue sendiri yang nembak kepala orang gue cinta. Tangan ini, dengan tangan ini gue bunuh dia" Zulaikha kehilangan kendali, ia menatap telapak tangannya dengan perasaan tak menentu

Merindukan mu dalam diam [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang