BAB 1

889 8 0
                                    

"Anna," wanita setengah baya itu kembali membuyarkan lamunanku. Aku tersentak dan pulpen yang kupegang terjatuh ke atas karpet. Dengan gugup aku mengambilnya kembali. Tanganku begitu bergemetar, jantungku berdetak tak menentu. Mataku rasanya juling saat aku melihat kertas perjanjian yang berada di hadapanku. Di atas meja kayu dengan ukiran yang begitu indah. Aku tidak percaya orang tuaku meninggalkanku dan memberikanku kepada keluarga seperti ini. Keluarga yang sangat terkenal di US. Ini bukan aku. Itulah alasan mengapa meninggalkanku. Mereka tahu, mereka tidak akan bisa memberikan aku kehidupan yang layak maka ia memberikan aku, menginginkan aku menikah dengan lelaki ini. Lelaki yang belum tentu aku bisa menyukainya. Kapan mereka mengenal keluarga ini? Aku tidak pernah bisa mengingatnya. Ini begitu rumit. Sekali goresan tanda tangan di surat perjanjian ini, kehidupanku akan berubah total.
Mulai dari pakaian, tubuhku, bahkan tempat tinggalku akan berubah. Aku tidak perlu membanting tulang lagi di rumah makan yang kumuh. Bahkan gaji yang kuterima tidak dapat mencukupi kehidupanku. Kutatapi mata cokelat wanita setengah baya, calon ibu iparku. Ia tersenyum manis dan terus memaksaku untuk menandatangani perjanjian ini. Anna Victoria Whitford - Anna Victoria Bieber. Entah mengapa judul dari surat perjanjian ini harus bernamakan Bieber di bagian belakang namaku. Aku bahkan belum menandatangani apa pun.
"Anna, orang tuamu telah memberikanmu kepada kami. Bahkan kami sudah terlambat untuk mengambilmu, sayang. Berapa umurmu lagi?" tanya wanita setengah baya bernama Pattie ini padaku.
"19 tahun,"
"Kami telah dua tahun. Seharusnya kami mengambilmu saat umurmu 17 tahun. Saat kau benar-benar lulus dari sekolahmu. Kapan orang tuamu meninggalkanmu?"
"15 tahun?" aku bertanya padanya karena aku kurang yakin. Aku kurang yakin karena sebelumnya aku kecelakaan sehingga memori dalam jangka waktu yang singkat kulupakan. Saat itu aku kecelakaan, orang tuaku juga kecelakaan. Tapi aku terbangun di sebuah rumah sakit dan aku tidak tahu di mana keberadaan mereka. Sehingga aku hidup sebatang kara di dunia ini. Aku tidak memiliki sepupu atau siapa pun. Ini sungguh mengerikan. Aku hanya memiliki satu sahabat.
"Siapa yang mengurusimu selama 4 tahun?"
"Aku mengurusi diriku sendiri. Aku tidak melanjutkan sekolah juga. Ada apa dengan perjanjian ini?" tanyaku penasaran. Karena di surat perjanjian tidak dituliskan alasan mengapa aku harus menandatangani surat ini. Dan mengapa aku harus bersama dengan keluarga Bieber.
"Ini adalah perjanjianku dengan orang tuamu. Tapi, Anna, kau benar-benar harus menandatangani surat perjanjian ini demi kelangsungan hidupmu," ujarnya meyakinkanku. Kulihat suaminya yang terduduk di sebelahnya, tampak tidak peduli dengan perjanjian ini. Justru dari tadi ia memainkan iPad yang berada di tangannya dan mendecak kesal berkali-kali. Entah apa yang ia lakukan.
Kemudian otakku terputar kembali. Kathleen. Sahabatku yang selama ini tinggal bersamaku selama 4 tahun. Dia yang membantuku untuk mencari pekerjaan. Dia sebenarnya mempunyai orang tua, tapi ia melarikan diri. Umurnya berbeda 4 tahun denganku, sehingga sekarang ia berumur 24 tahun. Ia orang yang sangat baik. Aku bertemu dengannya di rumah sakit juga. Aku akan menceritakannya nanti. Intinya aku memikirkan, bagaimana keadaannya nanti jika aku meninggalkannya. Di sini tertulis jika aku telah menandatangani surat perjanjian ini, aku sudah sepenuhnya milik dari Justin Bieber. Anak tunggal mereka. Aku bahkan belum melihat batang hidungnya atau pun foto dari lelak ini. Aku memang tidak tahu lelak ini sama sekali.
"Bagaimana dengan sahabatku?" tanyaku hati-hati.
"Kathleen? Dia akan baik-baik saja," ujarnya dengan mantap. Tapi aku menatapnya dengan keraguan, "Aku berjanji. Dia akan baik-baik saja. Sekarang masalahnya adalah kau harus menandatangani surat perjanjian ini," tambahnya lagi.
"Baiklah," ujarku dengan pasrah dan mulai menempelkan ujung pulpen untuk menggoreskan tanda tanganku di atas kertas ini. Di mana aku menjadi milik Justin Bieber mulai detik ini, sekarang, dan sampai selamanya. Pernikahan. Aku akan menikah dengannya. Aku akan menikah dengan seorang Millioner.
"Bagus."
Lalu semuanya terjadi.

****

"M-Mr. Bieber?" aku benar-benar terperangah dengan keindahan yang berada di depanku sekarang. Seorang lelaki berwajah indah dengan pahatan yang benar-benar cocok sekali dengan tubuh tegapnya, memakai setelan pakaian formal untuk bekerja, sepatunya mengkilap, dan matanya .. benar-benar indah. Aku tidak percaya kalau ia akan datang ke rumahku secepat ini. Bukan rumahku, tapi rumah Kathleen. Kathleen tidak ada di rumah sehingga aku harus menyiapkan baju sendirian. Malam ini aku akan pergi ke rumah Justin. Rumah Justin Bieber, seorang Millioner. Aku benar-benar terpaku dengan keindahan yang kulihat. Rambutnya yang berwarna cokelat membuatku menelan ludah. Oh, Tuhan! Aku tidak tahu kalau Kau akan memberikan padaku lelaki tampan seperti Dewa ini.
"Apa kau akan membiarkanku berada di luar terus menerus?" tegurnya setelah beberapa menit membuatku terpaku. Aku tersadar dan langsung melebarkan pintu yang kubuka sehingga ia bisa masuk. Ketukan kakinya terdengar saat ia melangkah masuk ke dalam rumah Kathleen. Kemudian, inilah dia. Aku benar-benar malu. Rumah ini hanyalah rumah biasa.
Bagian pertama yang kalian akan lihat adalah ruang tamu. Tiga kursi, satu meja. Rumah ini hanya memiliki dua kamar, satu dapur, dan satu gudang. Tidak terlalu besar. Ini hampir sama seperti apartemen. Tapi Kathleen membelinya. Dan kami akhirnya tinggal di sini.
"Kau boleh duduk," ujarku sambil mendorong pintu agar tertutup, tapi tiba-tiba seseorang menahannya. Aku mendongak dan melihat seorang lelaki bertubuh besar berdiri dengan kacamata hitam yang ia pakai. Kulitnya berwarna cokelat manis, orang Indian. Ia menggeram padaku. Siapa lelak ini? Kurasa ia adalah pengawal Justin.
"Masuk saja, tidak apa-apa," ujar Justin dengan santai. Apa? Apa yang baru saja ia katakan? Baiklah, tidak apa-apa. Aku melebarkan bukaan pintuku agar tubuhnya yang besar bisa masuk ke dalam rumahku yang kecil. Ia masuk dan berdiri di samping pintu dan posisi kaki yang melebar dan kedua tangan di belakang, entah apa yang ia lihat, yang pasti ia memandang ke depan.
Kututup pintu rumahku dan mulai menatap Justin dan pengawalnya secara bergantian.
"Jadi, kau Anna, eh?" tanya Justin yang tidak duduk di atas kursi. Mungkin ia tidak ingin duduk. Kemudian ia membenarkan dasi yang ia pakai. Kuanggukan kepalaku dan mulai bersandar pada tembok. Aku tidak tahu, tapi aku tidak terintimidasi akan kedatangannya. Seakan-akan ia adalah teman lamaku yang akhirnya bertemu denganku.
"Kau sangat ..kotor. Apa kau sudah selesai membereskan pakaianmu? Karena malam ini, aku tidak punya banyak waktu," ujarnya dengan tegas. Aku menganggukan kepalaku. Kemudian melangkahkan kakiku menuju kamarku. Sialan. Apa yang baru saja ia katakan? Aku kotor? Justru ini adalah penampilan terbersihku yang pernah kulakukan. Dan ia bilang aku kotor? Astaga, Justin sangat jujur. Aku mulai mengambil dua koper yang ada sudah siap.
Baiklah, aku akan memulai hidup yang baru. Kuhirup nafasku.

DOMINAN SUBMISSIVE | Herren JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang