Chapter 2 : Mimpi

126 38 15
                                    

Lelaki itu menatap sekelilingnya. Dia mengerjakan matanya sekali lagi, namun tetap sama. Dia, masih berada ditempat antah-berantah yang sayangnya sangat indah.

Gemerisik daun terdengar halus, angin sepoi-sepoi berhembus menyapu kulit. Suasana sangat menenangkan. Hanya ada suara alam yang terdengar. Burung-burung berkicau, dengan tupai yang melompat dari dahan satu ke dahan lain membuat beberapa ranting kering jatuh dari pepohonan.

Suara air mengalir memasuki indera pendengarannya. Kakinya tiba-tiba melangkah sendiri mencari sumber itu. Padahal, dia sudah mencoba menghentikannya. Dan, hasilnya ... Nihil.

♪ Come ... Come ... Come ...

Mendekatlah padaku

Come ... Come ...

Aku 'kan bernyanyi untukmu

Ikuti langkahku

Come ... Come ... Come♪

Senandungan itu terdengar sangat merdu ketika memasuki telinga. Lembut dan sangat membius.

Lelaki itu menyibak semak-semak belukar yang tumbuh rimbun. Tepat dibaliknya, terdapat air terjun yang sangat jernih. Disana, sesosok perempuan dengan pakaian berwarna putih yang membentang panjang ke belakang, duduk bersila.

♪ Come ... Come ... Come ...

Mendekatlah padaku

Come ... Come ...

Nyanyian itu terdengar kembali. Tapi, perbedaannya sekarang sangat jelas terdengar.

Tanpa sadar, lelaki itu melangkah mendekat. Bagaikan terkena mantra sihir.

Aku 'kan bernyanyi untukmu

Ikuti langkahku

Come ... Come ... Come

Kemudian, tiba-tiba saja perempuan itu membalikkan tubuhnya merasa diperhatikan. Lelaki itu mengernyitkan alis, saat wajah perempuan itu tak terlihat.

Ah, bukan! Bukan karena tak ada rupanya. Tapi, karena cahaya terang yang tiba-tiba menghalangi netranya. Dia sampai menyipitkan manik matanya.

Dan, saat lelaki itu mencoba membuka netranya lagi, dia dikejutkan akan rupa perempuan itu, dia terlihat sedang mengucapkan sesuatu. Walaupun sebenarnya, tak mengeluarkan suara, hanya seperti gumaman.

Dan, sayangnya lelaki itu tau apa yang perempuan itu gumam 'kan.

♪ Come ... Come ... Come ...

Mendekatlah padaku

⚜️⚜️

"Terbangun lagi? Anda sudah beberapa minggu ini tak terlihat tidur nyenyak, Yang Mulia," sapa Johnny—sang Panglima Jenderal Kerajaan Alengka.

"Apakah pernah ada ..." jeda Jaehyun sebentar, kemudian menghela nafas, "seseorang memimpikan hal yang sama berturut-turut?"

"Mimpi adalah bunga tidur. Mungkin, anda sedang banyak sekali pikiran? Dan hal yang dimimpikan anda adalah hal yang membebani pikiran anda selama beberapa waktu ini, Yang Mulia," jawab Johnny.

"Atau mungkin saja, ini pesan dari sang Dewa dengan perantara sebuah mimpi."

"Pesan dari dewa?" tanya Jaehyun.

"Iya, Yang Mulia. Akhir-akhir ini, ada beberapa informasi yang beredar di masyarakat. Salah satunya, orang-orang yang menghabiskan waktunya di Kuil—para Pendeta—memimpikan hal aneh. Dia bermimpi Alengka menjadi tanah yang subur dan rindang. Pendeta itu awalnya tidak percaya, tapi dia mengalami hal tersebut berulangkali. Setelah itu, dia mencari beberapa literatur kuno, dan itu bukan hal aneh. Itu, dinamakan Wahyu dewa, hanya orang yang benar-benar sakit mandraguna yang bisa mendapatkan wahyu dari dewa langsung," jelas Johnny panjang lebar.

Rahwanayana: The Real TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang