Prolog

56 14 8
                                    

Oh iya sebelum membaca jangan lupa difollow dulu yaaa, dan jan lupa buat follow IGku juga ↓↓↓

Oh iya sebelum membaca jangan lupa difollow dulu yaaa, dan jan lupa buat follow IGku juga ↓↓↓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lara merupakan anak konglometrat. Sebelum Adi lahir Lara sempat menikmati hidup mewah bergelimang harta. Berbeda dengan Lara, Adi sejak dalam kandungan tak pernah hidup bergelimang harta. Ibu mengandung Adi saat Lara berumur 5 tahun. Ayah Lara bangkrut saat itu. Semua hartanya habis dikarenakan hobi sang ayah yang suka berjudi, dan bermain wanita. Sang ayah pergi meninggalkan Lara dan ibunya tanpa harta sepeserpun. Sehingga mereka hidup miskin. Bahkan saat melahirkan Adi, ayah tak ada di sisi ibu. Ibu rela bekerja serabutan, melakukan apapun untuk menafkahi anak-anaknya. Bukannya tak ada keluarga yang ingin membantu, tapi ibu tak tahu harus berbuat apa. Karena tak meiliki uang sepeserpun untuk pulang kampung membawa kedua anaknya yang masih kecil.

“Lara kamu disini dulu ya jagain Adi, ibu mau cari uang dulu, doain ibu ya Ra...” ucap ibu memerintahkan Lara untuk menjaga Adi yang masih bayi di teras masjid.

“baik bu Lara bakal jagain Adi sampai ibu pulang, semoga ibu dapat uang hari ini. Aamiin, hati-hati ibu...” jawab Lara gadis kecil yang masih berusia 6 tahun itu.

Sang ibu tak tega melihat kehidupan anaknya seperti ini. Iya merasa kasihan pada Lara yang tak bisa merasakan bangku sekolah seperti anak lainnya. Ia juga merasa kasihan pada Adi Bayi malang yang harus bertahan hidup di kerasnya jalanan ibu kota.“Ya Allah tak tega hamba melihat kedua anakku ini, bantulah hambamu ini ya Allah. Berilah hamba kemudahan dalam menjemput rejekimu. Untuk ku berikan kepada anak-anakku.” batin sang ibu.

Ibu pun berjalan menyusuri ibu kota mencari pekerjaan. Apapun itu akan dia lakukan untuk menafkahi kedua anaknya.

“Permisi bu apa ada pekerjaan untuk saya? Apapun itu akan saya kerjakan bu, saya butuh uang untuk menafkahi anak saya.” memelas Ibu kepada pemilik toko kelontong yang sedang menjaga tokonya.

“mencari nafkah? Emang suami ibu kemana?.” tanya sang pemilik toko dengan ekspresi penasaran dan agak kasian.

“suami saya pergi entah kemana bu. Jadi saya sekarang harus mencari nafkah untuk menghidupi kedua anak saya.” jawab Ibu Lara dengan raut muka agak sedih karena harus menerima kenyataan ini.

“Ya Allah, maaf bu kalau saya membuat ibu jadi sedih. Kebetulan karyawan saya sedang libur karena sakit. Ibu bisa menggantikannya beberapa hari sampai dia sembuh.” kata si pemilik toko.

“Gapapa bu.” tanggapan ibu atas permintamaafan penjaga toko.

“Terima kasih bu, terima kasih sekali. Saya juga dulu pernah jaga toko. Jadi saya bisa melakukan pekerjaan ini. Akan saya jaga baik-baik amanah ini dari ibu.” seketika wajah Ibu Lara sumringah. Karena dia tau malam ini bisa membawa pulang uang untuk ke-2 anaknya.

“Iya sama-sama bu, tapi maaf sebelumnya. Ibu tidak saya pekerjakan sebagai karyawan tetap. Karena saya sudah memiliki karyawan. Jadi ibu hanya sementara disini.” ujar pemilik toko.

“Iya tidak apa-apa bu, sebentar pun saya juga sangat berterima kasih.” jawab ibu.

“baik kalau begitu saya tinggal ya bu. Disetiap produk sudah tercantum harganya. Jadi tugas ibu hanya menjaga toko. Jika ada yang beli ibu tinggal melihat harga di kemasan, dan menghitungnya dengan kalkulator yang sudah saya sediakan.” arahan pemilik toko.

“Baik bu.” jawab ibu.

“Alhamdulillah terimakasih ya  Allah atas bantuanmu ini.” batin ibu mengungkapkan rasa syukur kepada tuhan.

ADI LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang