Cinta? (3)

8 2 14
                                    

"Udah santai aja kalik, ga usah panik gitu. Kita gakan terlambat kok." Rama melirik ke arah Lara yang sedari tadi menatap luar jendela sambil memainkan kukunya.

Lara tak merespon Rama. Rama pun melanjutkan perbincangannya dengan Adi. Ia bertanya arah jalan menuju tempat pak Danang. Tak terasa mereka tiba di gudang milik pak Danang. "Bener kan kata gua, kita masih belum terlambat."

"Iya, makasih." Lara menjawab dengan wajah datar.

Mereka turun dari mobil bersamaan hingga membuat pak Danang terkejut melihat siapa yang turun dari mobil itu.

"Wih naik mobil bagus ni yee..." pak Danang menatap Lara dengan senyum dan menaik turunkan alisnya.

"Apa siih pak..." Lara tersipu malu.

Sementara itu Rama menurunkan karung daridalam bagasi mobilnya. "Ini taro mana pak?" tanyanya pada pak Danang.

"Taro sini aja mas. Nanti biar saya timbang." pak Danang menunjuk timbangan.

"Duh beruntung banget sih kamu ra, ketemu cowo baik kayak dia. Udah baik, kaya lagi." pak Danang menyenggol badan Lara hingga Lara terdorong. Rama yang mendengar candaan pak Danang tersenyum, namun ia menyembunyikan senyumnya dari semua orang.

Semenytara itu Lara mengusap tangannya. "Ih pan sih pak orang kita gada apa-apa." Dusta Lara.

"Hilih, ga percaya bapak." pak Danang meninggalkan Lara menimbang karung-karung itu.

"Wihh banyak banget ini kereen banget dapet 13 Kg." pak Danang menggelengkan kepalanya kagum.

"Gimana kak, manteb ga tuh 13 Kg." Adi mendanggakan kepalanya menaik turunkan alisnya sambil menyilangkan tangannya di dada.

"Iyaa alhamdulillah dek."

"Minggu depan ke bundaran HI lagi yok kak.

"Ntar boleh ga ku bantuin lagi kalau kalian kesana?" Rama kembali menawarkan bantuan.

Adi dengan semangat menjawab. "Wah boleh banget kak!"

"Kamu ga pulang?" Lara menatap wajah Rama.

"Emm kamu ga mau ku anter pulang?" Rama membalas pertanyaan Lara.

"Ga usah, ntar kamu kemaleman pulangnya."
lu mo anter gua, gua mau kasih alamat dimana:')

"Bener gua tinggal gapapa?"

"Iyaa gapapa, gua dah banyak ngerepotin lu hari ini."

"Eh engga kok, gua ga merasa repot sama sekali."
gimana bisa repot coba kalo yang ngerepotin cewek secantik lu ra...

"Makasiih ya, hati-hati dijalan." Lara memainkan tangannya dibalik badannya.

"Iyaa gua juga makasiih... gua pamit, sampai ketemu minggu depan..." Rama menaiki mobilnya dan beranjak dari tempat pak Danang.

Kenapa dia bilang makasih ya? Aah bodo lah.

"Nih 76 ribu yaa." pak Danang menyodorkn uang ke Lara.

"Makasiih pak." jawab Lara dengan senyuman.

"Loh cowokmu dah pulang?" pak Danang menaik turunkan alisnya.

"Ish apa sih pak orang gaada apa-apa. Iya tadi ku suruh pulang. Kasian besok dia sekolah."

"Owalah..." pak Danang menganggukan sedikit kepalanya.

"Yaudah pak, kita pamit yaa."

"Iyaa hati-hati."

******

Dingin malam menemani malam Lara yang sedari tadi memikirkan lelaki tampan itu.
Aaaah kenapa jadi mikirin Rama terus.... sadar Ra lu tu beda derajat ma dia. Lara menampar-nampar pipinya hingga membuat Adi terbangun. "Kakak ngapain?" Adi mengucek matanya.

"Enggak, ini tadi ada nyamuk." dustanya.

"Owalah, jan keras-keras mukulnya. Tuh pipi kakak merah." Adi melanjutkjan tidurnya. Pipi Lara semakin memerah usai mendengar ucapan Adi.

Oh iya besok kan ku ketemu sama kak Mifta, apa ku terima tawarannya aja ya lumayan juga kayanya uang hasil jualan obat bisa buat macem-macem. Keknya bakal gede deh uangnya kalau dilihat dari kak mifta yang bisa beli apa yang dia mau pake uang hasilnya berjualan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADI LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang