Cinta?

6 2 18
                                    

Minggu pagi, pagi ini menunjukan suasana yang cerah, matahari terbit dengan indahnya bak memberi semangat bagi siapa saja yang melihatnya.

"Kak ini hari minggu kan, ke bundaran HI yok kak." Adi mencolek kakaknya.

"Ngapain jauh-jauh kesana?" Lara menatap adiknya itu dengan tatap penuh tanya. Ya gimana dia ga penasaran ngapa Adi ngajak kakaknya kesana. Bundaran HI dari posisinya sekarang cukup jauh, ya sekitar 3 km. Memang keliatannya ga jauh, ya tapi lumayan lah kalau ditempuh dengan jalan kaki.

"Ini kan Hari minggu, banyak yang CFDan kak disana, banyak yang jual jajan juga, nah pasti nanti banyak sampah boto atau gelas plastik bekas." jawab Adi yang udah siap untuk jalan.

"Ya tapikan jauh dek..." Lara tampak lesu karena ya emang jauh.

"Yodah kalo kakak ga mo ikut, adek kesana sendiri. Gini deh coba kakak bayangin CFD kan ga lama, ga ampe dzuhur juga udah kelar. Kalo dari CFD karung-karung kita dah penuh kan kita ga perlu nyari kemana-mana lagi..." Adi meyakinkan kakaknya bahwa pergi ke CFD sangat menguntungkan.

"Yodah iya kakak ikut..." jawan Lara dengan lesu.
Tapi bener juga sih kata Adi... batin Lara.

"Nah gitu dong. Yok semangat yok..." ucap Adi dengan tawanya.

Merekapun berjalan menuju bundaran HI dimana banyak orang CFD disana. Disepanjang jalan mereka juga membuka tong sampah yang mereka temui, mengambil botol atau gelas plastik bekas yang ada didalamnya.

"Masih jauh ya dek?"

"Enggak kok kak bentar lagi juga nyampe, noh dah banyak yang lewat pake setelan olahraga."

"Eh iya kalo kita mulung disana apa engga papa?" Lara menatap Adi penuh tanya.

"Emm ga tau kak ehehe." Adi cengengesan
"Kita mulungnya kalau dah agak sepian aja, ntar kita duduk-duduk dulu. Klau kakak mo olahraga dulu juga gapapa."

"Hmmmm." Lara merengut.

"Kakak kan gendut, jadi sabilah ngurusin badan." ejek Adi lalu berlari meninggalkan kakaknya sambil tertawa.

"Heh enak aja gendut, awas kamu ya. Jangan lari!" Lara mengejar Adi, namun tak dapat menangkapnya.

"Adi sini." panggil Lara.

"Ga mau, ntar kakak cubit." Adi yang berada didepan membalikan badan, berjalan mundur menggelengkan kepala sambil menjulurkan sedikit lidahnya.

"Engga..." awas aja kamu kalo ketangep...

"Bener yaa, awas kalo boong."

"Iyaa, kakak dah ga kuat lari."

"Kakak aja sini yang ngedeket." Adi yang masih berjalan mundur melambaikan tangannya.

"Tungguin, jangan cepet-cepet kamu jalannya...."

"Iyaa iyaa."

Lara mendekat dan langsung reflek memegang tangan Adi dengan erat. "Nah ketangkep."

"Aw lepasin kak sakit, tadi katanya ga nyubit." dusta Adi agar tangannya dilepaskan.

Tapi Lara tak melepaskan genggamannya. "Enak aja lepasin, yang ada kamu kabur entar, iya kakak ga cubit."

"Engga Adi ga lari."

"Kakak ga nyubit, tapi mo ngelitikin kamu.... ahahaha." Lara tertawa puas mengelitiki adiknya itu, tawa dari adiknya menambah semangatnya untuk terus mengelitik.

"Iyaa iya ampun kak ampun, udah-udah geli kak woi..." Adi berteriak dengan tawa meminta ampunan sang kakak.

Melihat nafas adiknya mulai ngos-ngosan Lara pun menghentikan aksinya. Namun ketika ia menghentikan aksinya sang adik malah balik menyerangnya. "Gantiaan, rasain tuh geli kan...." Lara tertawa kencang karena kegelian.

ADI LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang