3. Back To Normal

56.7K 2.9K 17
                                    

Aku mengernyit merasakan cahaya matahari yang menembus sela-sela tirai putih tipis yang menutupi jendela besar dihadapanku.

Aku memposisikan tubuhku untuk duduk, aku menoleh ke kanan dan kiri. Rupanya aku tertidur disofa semalaman. Aku menoleh memandang jam dinding diatas televisi. Jam 7 dan entah kenapa kepalaku pusing sekali. Huft jangan mengeluh Jemma!

Aku kembali membanting tubuhku diatas sofa, ini hari Minggu. Tidak ada salahnya kalau aku tidur lagi.

"Bangun Jemma! Bangun!"

Suara cempreng itu membuatku tersentak.

Carlie! Arrgh!

Aku menggerang seraya merenggangkan otot-otot tubuhku yang terasa pegal. Aku berbalik menatap wanita berambut putih yang sekarang ini sedang sibuk mengeluarkan beberapa sayuran dan bahan-bahan memasak dari kulkasku.

Carlie Brown. Wanita berusia 52 tahun itu adalah tentanggaku, kami berteman dekat. Dia tipe wanita yang hiperaktif dan ceria, ya aku tau dia memang bisa dikatakan tua tapi kalau kau melihatnya sendiri kau akan berpikir kalau wanita bertubuh tambun ini berumur sekitar 45 tahunan. Dia tinggal disebelah kanan apartemenku bersama kedua cucunya yang kembar, diantara tetangga-tetangga yang lain dialah yang paling mengenal dan sangat mengertiku.

Aku beranjak masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri, tak terlalu memperdulikan Carlie yang sibuk memasak didapurku. Kami sudah terbiasa seperti ini, setiap pagi dia akan datang ke apartemenku menggunakan kunci cadangan -yang kuberikan kepadanya- untuk memasak sarapan bila dia kehabisan bahan untuk dimasak.

Aku melilitkan handuk ke tubuhku dan masuk kedalam kamar untuk mengganti baju. Aku lirik Coco yang masih tertidur pulas didalam box, sepertinya dia sedang mengigau karena bibir mungilnya terus bergerak-gerak, lucu.

Aku keluar dari kamar setelah mengganti baju dengan baju kasual biasa. Aku merapikan letak-letak barang diruang tengah termasuk potongan-potongan kain diatas mesin jahit, aku mengambil gulungan benang yang sudah menipis, aku harus membelinya lagi.

"Jemma kemarilah!" panggil Carlie.

Aku masuk melewati sekat yang memisahkan dapur dengan ruang tengah. Aku melihatnya sedang mengaduk sesuatu didalam panci dengan api sedang. Dia memintaku untuk membantunya memotong-motong sayuran yang sudah dia persiapkan, dengan senang hati aku melakukannya.

"Jadi, hari ini kita masak apa?" Tanyaku seraya memotong dadu wortel ditanganku.

"Menurutmu?" Tanya Carlie mengangkat alis kanannya.

Aku mengangkat bahu tak tau, Carlie menyendokkan kuah didalam panci dan menyodorkannya padaku. Aku menyeruput kuah didalam sendok itu, rasanya mantap. Aku mengangkat jempolku.

"Kau yang terbaik, Carlie!" ujarku, dia tersenyum puas. Dia memang melarangku untuk memanggilnya dengan embel-embel nyonya atau semacamnya, karena dia tak mau terlihat lebih tua dariku walau kenyataannya aku 29 tahun lebih muda darinya hehehe..

Tidak lama pintu apartemen -yang tak terkunci- terbuka dan muncullah dua kepala mungil milik si kembar. Josh dan Ethan, cucu kembar Carlie yang berusia 3 tahun.

"Oh kalian! Ayo masuk jangan berdiri didepan pintu begitu!" ujarku menyuruh mereka masuk seraya tersenyum.

Anak kembar itu melangkah masuk dengan malu-malu, bisa dikatakan mereka cukup tinggi dibanding anak seusia mereka. Faktor gen, mungkin. Mereka juga tampan dan manis. Faktor gen juga, mungkin.

"Tante.. Nicholette sudah bangun?" tanya Ethan padaku, sudah biasa aku mendengar Ethan yang sedikit terbelit saat mengucapkan 'Nicholette'.

Aku menghentikan aktivitasku memotong sayuran dan memandang mereka. "Dia belum bangun"

Show YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang