"Wanita dan laki-laki, keduanya sama-sama diwajibkan untuk menundukkan pandangan. Karena yang masuk ke dalam dua bola mata kita susah untuk kita lupakan, butuh perjuangan extra untuk kita melupakannya. Jika pandangan haram terlanjur masuk ke dalam dua bola mata kita, dikhawatirkan merusak kekhusyuan shalat kita setiap harinya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala."
"Karena sesuatu yang masuk ke dalam dua bola mata kita tersebut akan terus terbayang dalam shalat kita, dan akhirnya shalat kita pun menjadi tidak khusyu di hadapan-Nya."
"Sedangkan manusia itu dinilai dari shalatnya, jadi perbaiki shalat kita dengan menjaga apa-apa yang akan masuk ke dalam dua bola mata kita terlebih dahulu."
______________________________________
Menundukkan pandangan itu bukannya harus menunduk terus, tapi menundukkan pandangan itu tepatnya menjaga pandangan, menjaga apa yang tidak boleh terlihat oleh kita. Apabila kita ingin berbicara dengan non mahram boleh-boleh saja, asalkan jangan saling tatap yang menghasilkan sebuah rasa. Rasa disini maksudnya rasa yang timbul dari hati karena sebuah tatap, yaitu rasa haram yang belum diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Kalau pun misalkan ada suatu keadaan yang mengharuskan kita berbicara berdua dengan non mahram, seperti masalah sekolah, kampus, pekerjaan, atau masalah lainnya yang memang positif insyaa Allah itu diperbolehkan. Dengan alasan jika memang situasinya sangat urgent dan tidak bisa diwakilkan atau diketahui oleh beberapa orang lainnya.
Karena memang sangat sulit sekali untuk muslimah milenial seperti kita ini untuk tidak berkomunikasi sedikitpun dengan non mahram setiap waktunya. Jadi diatur sebaik mungkin saja oleh diri kita, sampai apa yang kita lakukan itu benar-benar terhindar dari fitnah di hadapan Allah Subahanahu Wa Ta'ala dan dihadapan manusia lainnya. Ketika kita berbicara dengan non mahram, berbicaralah dengan tegas dan jelas, serta cara kita menatap lawan bicara kita yaitu non mahram, tatapannya lebih ke sopan saja untuk menghargainya.
"Kita jangan terpaku dengan keadaan atas diperbolehkannya, tapi kita harus tetap terpaku dengan pandangan Allah Subahanahu Wa Ta'ala setiap saatnya kepada kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Hati [END]✓
Non-FictionMenjadi shalihah tidak perlu menjelma menjadi Sayyidah Fatimah Az-Zahra, karena kita tidak akan mampu. Cukup dengan meneladani sifatnya serta mampu membuktikannya. Karena bukti akan menjadi nyata ketika kita mempunyai cinta. Semoga Allah Subhanah...