[ 𝟎𝟔 ─ 𝐀𝐚𝐫𝐢𝐜 ]

26 5 20
                                    

𝐓𝐡𝐞𝐫𝐞'𝐬 𝐚 𝐥𝐨𝐭 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐀𝐚𝐫𝐢𝐜═══🍁═══

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝐓𝐡𝐞𝐫𝐞'𝐬 𝐚 𝐥𝐨𝐭 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐀𝐚𝐫𝐢𝐜
═══🍁═══







"Hey, mau makan siang bersamaku?"

Ev melirik dan pandangannya bertemu dengan wajah Aaric. "Sure," ujar Ev lalu kembali melanjutkan merapihkan buku ku.

"Good! Ayo," senangnya lalu menarik tangan Ev. Ev tertawa kecil lalu menyamakan jalannya bersama Aaric. Ev perlahan menarik tangannya dan menggunakan kedua tangannya untuk memegang bukunya.

Secara otomatis, Aaric memasukan kedua tangannya di saku celananya. Dengan begitu percaya diri, Aaric menaikan dagu nya dan berjalan dengan irama ─oh, jangan lupakan wajah nya. Peringai tampan yang dimiliki Aaric membuat lelaki itu terkadang begitu angkuh. Ck! Dasar tukang gaya yang tampan!

Aaric pun memulai percakapan diantara keduanya. "Ev, aku penasaran. Kau dari kota apa di Rumania?"

"Hm, Bukares." Ev menjawab seadanya. "Ah, kota itu! Aku pernah kesana dulu, how is it there? Dulu aku kesana saat revolusi Wallachia¹ terjadi, ah saat itu-"

"Tunggu, apa katamu?" potong Ev cepat lalu menghentikan langkahnya. Aaric ikut terhenti dan menatap Ev bingung lalu terkekeh pelan. "Aku... berkata apa?"

"Revolusi Wallachia?" beo Ev. Aaric tertawa mendengarnya sedangkan Ev memandang Aaric dengan raut penuh kecurigaan. "What do you mean? Revolusi Wallachia? Hey! Aku belum lahir saat itu. You don't sound too good." Aaric menyenggol bahu Ev.

Aaric melangkah meninggalkan Ev dengan penuh pertanyaan. Ev jelas-jelas mendengar itu bahwa Aaric datang ke Bukares saat revolusi Wallachia.

"Ev! Ayo!"

Ev terkesiap saat Aaric meneriaki namanya, Ev menoleh dengan wajah linglung dan mengangguk lalu berjalan mendekati Aaric.

═══🍁═══










Ev tengah memainkan ponselnya saat Aaric datang dengan banyak makanan. Ev terkekeh pelan melihat begitu banyak makanan di meja yang di bawa Aaric.

"Kau yakin bisa menghabiskan semua ini?" Ev menggoda Aaric. "Tentu saja! Memangnya kau tidak lapar?"

Ev menggeleng. "Aku tidak berselera."

"Bohong! Kau pasti bisa menghabiskan ini, ayo bantu aku." Aaric menyuapkan sesendok spaghetti, Ev dengan wajah enggan menolak makanan itu.

"Ayo habiskan!"

Ev memajukan bibirnya -cemberut, lalu perlahan membuka mulutnya dan memasukan spaghetti itu ke dalam lidahnya. "Bagaimana? Enak tidak?" Aaric bertanya.

Ev mengunyah lalu perlahan mengangguk. "Ini lumayan enak."

Aaric tersenyum senang. "I told ya!"

𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭𝐮𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang