𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒐𝒇 𝒕𝒉𝒆 𝑮𝒂𝒍𝒂𝒏𝒊𝒔
─ 《🍁》 ─
Semua pasang mata menatap arah yang sama, lelaki dengan ulasan senyum dengan tatapan rendah yang menjadi atensi mereka kini melangkahkan kakinya namun Aaric secara impulsif menjadikan dirinya tameng, menahan siapapun makhluk di depan nya untuk melangkah lebih lanjut. Aaric memberi dorongan kecil lalu menekan lelaki itu dengan tatapan menantang yang hanya dihadiahi lelaki itu dengan senyuman lugas.
"Apakah begini cara kalian berkenalan?"
"Who are you?" sentak Aaric.
"Wooh relax. I'm a friend." Lelaki itu mengangkat tangan, menampilkan senyum nya yang lugas namun tak cukup untuk meyakinkan Aaric bahwa lelaki di depannya ialah sekutu. Aaric menambah tekanan di lengannya membuat sang empu tersentak kecil.
"Dia sendirian," tukas Klastyaer menyadari bahwa sang lelaki tidak bersama siapapun dan aroma mereka yang menguar tampak memudar.
"I am. People you saw before are enemies, they are not come with me." Lelaki itu mengungkap sembari melayangkan tatap pada sang peri. Reivant tidak dapat menampik dan hanya mengunci rapat bibirnya. "And you think we're gonna believe that you're not one of them?"
"I've killed them. But if you still so cautious about me, you can check their dead body," ungkapnya tenang dihiasi senyuman.
"Jangan main-main denganku," dengus Aaric.
"Main-main?" suara tawa mengudara setelahnya, mengisyaratkan ucapan Aaric sebagai jenaka belaka dan hanya memandang rendah. "What is this? Kalian akan terus menginterogasiku?" lanjutnya.
"He's right, Aaric. He's a friend," ucap Reivant penuh keyakinan. Aaric tidak bisa percaya begitu saja, ujaran Reivant tidak bisa menjadikan kecurigaannya luntur begitu saja.
"Still, aku tidak percaya dia. Bagaimana kau bisa lolos dari perisai Elvern?" sarkasme Aaric lalu mendorong lelaki di depannya dengan kasar tak menghiraukan apa yang akan terdampak pada lelaki di depannya dan melangkah mundur tak lupa dengan melayangkan tatapan tak berperasaan.
"I was here, in Ruthven, before your brother did that little trick on this place." Lelaki itu menampilkan senyum pongah, berhasil melewati wilayah mereka tanpa terdeteksi tidaklah mudah. Semua pasang mata masih menatapnya bengis, masih menaruh perasaan curiga di dalam benak kepala serta tak luput jua Reivant yang mengetahui lelaki di depannya ialah sekutu.
"You've here all the time?" Klastyaer bertanya. "Damn bro, you've got chills."
Aaric menampilkan mimik membara tampak tak senang dengan perangai lelaki di depannya dan ucapan Klastyaer yang menambah keresahannya. Menimbulkan pertanyaan dalam pikirannya bagaimana lelaki di depannya ada di Ruthven tanpa sepengetahuan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭𝐮𝐦
Fantasi𝐌𝐲𝐭𝐡. 𝐎𝐧𝐥𝐲 𝐚 𝐟𝐞𝐰 𝐡𝐮𝐦𝐚𝐧𝐬 𝐛𝐞𝐥𝐢𝐞𝐯𝐞 𝐢𝐭. 𝐁𝐮𝐭 𝐝𝐢𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐞𝐯𝐞𝐫 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐤 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐢𝐭? 𝐇𝐨𝐰 𝐝𝐢𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐦𝐲𝐭𝐡 𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐛𝐲 𝐢𝐭𝐬𝐞𝐥𝐟? 𝐀𝐧𝐝 𝐰𝐡𝐚𝐭 𝐢𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐨𝐫𝐥𝐝'𝐬 𝐠𝐫𝐞𝐚𝐭𝐞�...