Ephemeral 01

8 3 0
                                    

Lizzy Analisa. Teman dan sanak-saudaranya sering memanggilnya Lizzy. Bersekolah di salah satu SMA swasta terakreditasi A kelas satu semester dua. Rambut sebahu miliknya sedang bergoyang kesana-kemari, tat kala kakinya berlari menerobos orang yang sedang berjalan santai dikoridor sekolah.

Peluhnya berjatuhan, kakinya terus melangkah cepat tanpa henti.

"Lizzy!"

Merasa usahanya tidak sia-sia, dan kelasnya sudah di depan mata, Lizzy memelankan laju larinya menjadi berjalan. Menghampiri gadis bermata cokelat gelap sedang beridiri di depan kelas sambil melotot ke arahnya.

"Kan udah gue bilangin pasang alarm ya turutin." Kayla Paramita atau sebut saja Kayla adalah pelaku yang berteriak memanggil Lizzy dan berdiri di depan pintu kelas.

Persetan dengan jadi bahan tontonan, Kayla sebal melihat sahabatnya lagi-lagi datang terlambat.

"Pasang alarm sih udah, tapi habis dimatiin tidur lagi. Ya, kan, Liz?" Lita datang membawa sebuah pengepelan untuk diberikan pada Lizzy. Bernama lengkap Jelita Valencia, dirinya juga salah satu teman terdekat Lizzy.

Mendengar ledekan dari Lita, Lizzy hanya cengar-cengir saja. Dirinya mengakui bersalah dan tidak berkeinganan membela.

"Gue agak susah bangun pagi kalau hari sekolah, tapi kalau libur gue bangun pagi kok."

"Ya untungnya apa sih? Kenapa gak kebalikannya aja, coba?" dumel Kayla dengan meniup-niup poninya ke atas.

"Dari pada ribut, mending lo taruh tas terus ngepel deh, Liz. Mau upacara nih," Lita menyodorkan pengepelan yang sedari tadi digenggamnya pada Lizzy.

Jadi, alasan Lizzy buru-buru hari ini, selain jadwal piketnya, hari senin juga diadakan upacara bendera.

Kini para murid, staf beserta para guru sedang berkumpul di lapangan guna melaksanakan upcara berdera. Selayaknya sekolah-sekolah lain, tempat Lizzy menuntut ilmu juga masih terdapat murid yang membandel.

Dengan datang terlambat dan juga tidak memakai atribut lengkap, murid yang tidak mematuhi tata tertib akan berada di barisan paling berbeda. Tentunya dengan menjadi sorotan seluruh peserta upacara lainnya.

"Liz, gak usah bandel. Ke uks sekarang," Kayla menarik Lizzy menjauhi barisan dan membawa gadis tersebut menuju ruang kesehatan disekolah mereka.

"Gue gak maksud apa-apa ya. Dari pada entar lo pingsan dan nyusahin mending disini, oke?" Kayla tidak menunggu pendapat Lizzy sama sekali. Setelah berkata demikian dan menepuk-nepuk kepala sahabatnya, dia meninggalkan uks dan kembali berbaris dilapangan.

Sudah lima menit berlalu, dan sejak dua menit yang lalu Lizzy berdua di uks. Kalau Lizzy tidak salah ingat namanya Farraz Gautama dari kelas dua belas IPS.

Bukan tanpa sebab Lizzy tahu tentang kakak kelasnya tersebut, namun para guru yang mengajar di kelasnya sering kali menyebut-nyebut nama Farraz. Hal itu tidak lain karena seringnya datang terlambat, berteman dengan kakak kelas atau murid lain yang bermasalah. Namun juga menjadi panutan karena mampu meraih prestasi yang memuaskan.

Salah satunya bidang olahraga dan bermusik. Kalau tidak salah menjadi perwakilan sekolah untuk lomba atletik cabang lari dan suaranya yang dalam sering diminta mengikuti lomba menyanyi solo maupun band.

"Heh, mikir jorok lo ya!?" Lizzy tersentak kaget kala deep voice melewati gendang telinganya.

Mengerjap sebentar, dia menoleh ke arah kanan, dimana terdapat kakak kelas yang tadi sempat dia lamunkan sedang berbaring di atas bangkar dengan kedua tangan dijadikan bantalan dan kedua mata tertutup rapat.

"Kenapa diem? Yang gue bilang bener kan?" tiba-tiba saja Farraz justru berganti posisi menjada terduduk dengan menghadap Lizzy.

Melihat tatapan Farraz yang terasa mengintimindasi, Lizzy buru-buru menggeleng, "enggak kak."

"Terus mikirin apa? Gue?"

Lizzy mengangguk cepat, namun sedetik kemudian dia merutuki kebodohannya.

"Cie mikirin gue," Farraz menggoda, "suka ya?"

"Enggak mungkin!" jawaban spontan Lizzy membuat Farraz semakin gencar mengerjainya.

"Gini-gini setiap gue lewat selalu ada yang bilang ganteng tuh."

"Ya walau kakak ganteng juga, kalau gak kenal masa langsung suka?"

"Emang lo gak kenal gue?" Lizzy mengangguk. "Terus kenapa gak suka gue?"

"Ya maksud aku kan kenal nama doang sama kelasnya," sebelum Farraz kembali bertanya Lizzy buru-buru menambahkan. "Kalau kenal sebatas itu sih belum bisa suka. Harus deket dulu,"

"Oh lo ngode gue deketin?" Lizzy menggeleng, namun Farraz lebih dulu turun dari bangkar dan berdiri dihadapannya. "Sedeket ini lo juga belum suka?"

Lizzy merasa hawa panas dari mulut Farraz terasa mengganggunya. Apalagi laki-laki itu berbicara tepat disamping telinganya. Belum sempat Lizzy berujar, kini aksi Farraz yang menumpukan dagunya di pundak Lizzy dan menaruh tepat kanan-kiri tangannya guna mengurung Lizzy...

..membuat gadis itu terdiam.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang