27. Membaik

26.2K 1.2K 7
                                    

Keadaan perlahan berubah. Pasangan suami istri itu perlahan mulai bisa menerima pasangan masing-masing. Bahkan Erga tak segan-segan untuk memberikan perhatian untuk Nara. Pun untuk mengatakan kalimat sayang, Erga mulai mempelajarinya.

Tak hanya Erga, Nara pun mulai membuka diri. Meski hubungan mereka belum sepenuhnya baik, seperti yang diinginkan. Setidaknya mereka sudah berusaha untuk memperbaikinya.

Siang ini, keduanya berencana untuk bertemu dokter, merencanakan persalinan Nara yang tak lama lagi. Mereka yang kini bekerja di restoran milik ayah Erga mempunyai waktu yang lebih fleksibel. Walau sebenarnya mereka pun dipaksa untuk profesional oleh Eddi.

"Ayo, Mas." Nara berseru sembari menggantungkan sebuah tas selempang kecil berisikan ponsel di bahunya.

Erga yang tadinya duduk di tepian kasur sambil memainkan ponsel, mengalihkan pandangan pada Nara. Ada sebuah gejolak dalam dada, yang mengagumi tampilan wanita itu. Namun sangat sulit untuk terungkap.

Ia lantas bangkit dari duduknya, lalu melangkah mendekati Nara. Disodorkannya lengan pada wanita itu dan disambut Nara dengan senyuman tipis.

Perjalanan mereka hanya diiringi oleh musik yang mengalun pelan dari radio. Keduanya memang masih sedikit sulit untuk menciptakan sebuah pembicaraan, walau itu hanya obrolan ringan. Masih lebih sering terbawa pikiran masing-masing.

Setibanya di sebuah klinik dokter kandungan, mereka langsung masuk dan mendaftar. Lalu duduk untuk menunggu giliran diperiksa. Di ruangan itu, masih ada beberapa pasangan lain yang juga akan memeriksakan kandungan.

Nara memperhatikan satu per satu. Setiap dari mereka mendapatkan perlakuan yang manis dari suami masing-masing. Bahkan ada seorang suami yang tak sungkan untuk mengelus perut istrinya yang tengah hamil besar sama seperti dirinya. Hanya saja dia tidak pernah mendapat perlakuan itu.

Walau Erga sudah sangat baik padanya, tapi untuk melakukan hal-hal seperti itu Erga masih tidak pernah. Bukan karena tidak mau, tapi hal itu masih di luar bayangannya.

Hampir satu jam lamanya menunggu, akhirnya giliran Nara untuk diperiksa. Erga pun ikut bangkit untuk menyaksikan pemeriksaan dokter pada kandungan istrinya.

Menurut hasil pemeriksaan dokter, semuanya baik-baik saja. Kondisi janinnya baik dan sangat sehat. Dan kemungkinan Nara akan melahirkan bayi laki-lakinya minggu depan.

Rencana Nara yang ingin menjadikannya sebuah kejutan, gagal total karena dokter langsung memberitahu bahkan tanpa bertanya persetujuan keduanya. Jadilah mereka sudah mengetahui jenis kelamin bayi dalam kandungan Nara.

Erga termenung untuk sesaat ketika mendengar pernyataan dokter berhijab ungu muda itu. Bayangan akan menjadi seorang ayah dalam waktu yang sangat cepat mampu membuat jantungnya berpacu hebat. Belum lagi, selama ini ia tidak menyaksikan bagaimana perut itu membesar. Tau-tau, Nara sudah akan melahirkan. Ada sekelebat bayangan buruk dalam benaknya, jika ia akan menjadi seorang ayah yang tidak baik. Meski kenyataannya bayi itu memang bukan miliknya.

"Mulai hari ini, Bapak tolong lebih perhatikan istrinya. Kenali tanda-tanda jika sudah waktunya untuk persalinan, agar Ibu bisa langsung mendapatkan pertolongan. Kalau bisa, jangan tinggalkan istri sendirian tanpa ada yang menemani." Kalimat pengingat dari dokter itu menyadarkan Erga. Entah apa saja yang sudah Nara bicarakan dengan dokter itu sebelumnya, ia tidak mendengar. Ia hanya mengangguk dengan cepat.

"Mas, kita bisa kan beli perlengkapan bayi sekarang?" Nara bertanya takut-takut. Ia belum mempersiapkan apa-apa untuk persalinan dan bayinya nanti. Ia hanya punya beberapa pasang baju bayi yang Kimi berikan.

Erga menatap Nara yang semakin menunjukkan ketakutannya karena ditatap. "Bagaimana bisa kita melupakan hal penting itu?" gumamnya. Salahkan dia yang kurang pengetahuan. "Iya, kita akan belanja sekarang. Dan sebaiknya kamu catat apa-apa saja yang perlu, biar nggak ada yang ketinggalan. Kita tak punya waktu banyak lagi," pintanya yang langsung diiyakan Nara.

Mobil melaju cepat menuju pusat perbelanjaan di tengah kota. Karena Erga berniat untuk memberikan yang terbaik untuk bayinya. Setidaknya, ia akan membelikan perlengkapan bayi yang bagus, walau ia sama sekali belum mengetahui merk apa yang terbaik. Ia bisa menanyakan penjualnya nanti.

Kondisi mall memang cukup ramai. Erga tak melepaskan perhatian dari istrinya. Takut jika Nara tertabrak oleh orang lain dengan kondisi yang sudah seperti saat ini. Tak jarang, ia memilih untuk melingkarkan tangan di pinggang Nara. Mengiring langkah pelan wanita itu dengan cukup hati-hati.

Tujuan mereka memang hanya satu, toko perlengkapan bayi. Erga pernah melihatnya di salah satu sisi mall ini. Atau lebih tepatnya, ia mengingatnya karena sebuah kejadian kecil yang menggelikan. Dimana ia pernah terdampar di toko itu kala ia berusaha menyembunyikan diri dari seorang gadis yang mengejarnya.

Setibanya di sana, mereka disambut baik oleh penjaga toko. Dengan senyum lembut, gadis berparas ayu itu menanyakan apa yang mereka ingin beli. Nara pun menjawab jika mereka ingin membeli perlengkapan bayi yang lengkap.

"Tolong berikan yang terbaik, tak masalah dengan harganya," tambah Erga. Dan penjual itu mengangguk paham. Bergegas mengambilkan sederet perlengkapan bayi new born yang memang tak bisa ketinggalan.

Nara duduk di kursi yang tersedia di sana dan memilah-milah dari beberapa pilihan yang ditunjukkan gadis itu. Mengingat bayinya berjenis kelamin laki-laki -sesuai kata dokter kandungan tadi-, ia memilih warna yang cocok untuk bayi laki-laki. Pun dengan deretan baju bayi, tentu yang cocok untuk bayinya.

Keduanya sudah selesai belanja di toko itu. Sudah lengkap, tentu saja. Erga pun sudah menyelesaikan pembayaran yang lumayan besar untuk itu. Kini kedua tangan Erga penuh kantong belanjaan. Dibantu oleh seorang laki-laki yang diminta Erga untuk membantunya. Hal itu karena ia sendiri tak bisa membawa semuanya. Barang-barang mereka sangat banyak.

"Mas, masih beli sabun bayi lagi," pinta Nara lagi. Membuat Erga menghentikan langkah kakinya. Walau sebenarnya barang bawaannya cukup berat, tapi ia tetap memenuhi permintaan Nara. Tak ingin membuat wanita itu bersedih lagi karena sikapnya.

Mereka berhenti lagi di sebuah toko yang menjual sabun dan bedak bayi. Nara langsung menyebutkan satu merk yang memang sejak dulu sudah disukainya. Meminta satu set lengkap ditambah minyak telon.

Erga bersyukur, ia tak harus menunggu lama dengan barang bawaan segitu banyaknya. Dan barang yang baru saja Nara beli, ia biarkan Nara yang membawanya. Lagipula, wanita itu memang sengaja untuk membawanya sendiri. Ia sudah kasihan pada Erga yang terlihat mulai lelah.

Mereka langsung bertolak ke parkiran. Setidaknya, jika memang ingin belanja lagi, mereka akan menyimpan barang-barang itu ke mobil lebih dulu. Tak mungkin juga mereka membiarkan pria yang dimintai tolong oleh Erga tadi untuk terus mengikuti mereka dan membawa barang belanjaan itu.

Setelah menyimpan semua barang, Erga tak sengaja melihat sepasang suami istri yang juga membawa bayi mereka di sebuah stroller. Ia langsung memalingkan wajah pada Nara dan bertanya, "kamu nggak mau beli seperti itu?"

Nara mengikuti arah yang ditunjuk Erga dengan dagunya. Dan menemukan apa yang dimaksud oleh suaminya itu. Namun gelengan kepala menjadi jawaban darinya. "Nggak, Mas. Nanti aja kalo bayinya udah bisa naik stroller baru beli."

Erga mengangguk paham, meski sebenarnya ia ingin membelinya sekarang. Dengan alasan sekalian belanja. Kegiatan belanja ini adalah hal yang paling melelahkan baginya. Inipun karena sudah tidak mungkin lagi baginya untuk mengelak, mengingat apa yang sudah dikatakan oleh dokter saat periksa tadi.

"Kamu nggak ada keperluan lain yang mau dibeli lagi?" tanya Erga lagi setelah keduanya masuk ke mobil. Ia menatap Nara penuh kasih.

"Nggak ada, Mas. Udah cukup. Aku hanya ingin makan sekarang. Aku udah lapar," jawab Nara.

Erga melirik sekilas ke arah jam tangannya. Memang sudah waktunya untuk makan siang. Ia pun sudah mulai lapar. Lalu melajukan mobilnya, meninggalkan lokasi mall dan bertolak untuk mencari makan siang di luar. Ia tak pernah suka makan di mall.

Nara menghembuskan nafas lelahnya. Berjalan dalam waktu lama memang sangat menguras tenaga baginya. Tapi hal seperti itu penting baginya, untuk memperlancar persalinan nanti. Sesuai dengan saran dokter kandungan padanya. Dalam hati ia berdoa, semoga hubungannya dengan Erga akan benar-benar membaik. Pun dengan bayi dalam kandungannya, semoga baik-baik saja sampai harinya tiba untuk mereka bertemu di dunia yang fana ini.

Vote dan komen!

Istri yang Tak Diinginkan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang